Suara.com - Tukar Takdir menjadi film kedua garapan Mouly Surya yang dirilis tahun 2025 ini.
Sayangnya film Perang Kota yang tayang di bioskop pada 30 April 2025 turun layar dalam waktu dua minggu dengan hanya 126.200 penonton.
Lantas bagaimana dengan Tukar Takdir? Dibintangi Nicholas Saputra, Marsha Timothy, dan Adhisty Zara, film Tukar Takdir terlihat lebih menjanjikan.
Dilihat dari trailer pun, ceritanya tergolong ringan apabila dibandingkan dengan Perang Kota yang berlatar tahun 1946.
Kisah Survivor Kecelakaan Pesawat
Tukar Takdir merupakan film adaptasi novel berjudul sama karya Valiant Budi Yogi yang skenarionya ditulis Mouly Surya sendiri selaku sutradara.
Film Tukar Takdir mengisahkan satu-satunya penumpang yang selamat saat pesawat Jakarta Airways 79 jatuh di Gunung Halau-halau, Kalimantan Selatan.
Penumpang itu bernama Rawa Budiarso. Hanya Rawa yang selamat, sedangkan 132 penumpang lainnya meninggal dunia.
Rawa selanjutnya dikenal sebagai si '38D' yang merupakan nomor kursinya di pesawat Jakarta Airways 79.
Suara ledakan terdengar sesaat setelah pramugari menuangkan jus jeruk di gelas untuk Rawa.
Bagi Rawa yang sering naik pesawat dari Jakarta ke Palu maupun sebaliknya, turbulence Jakarta Airways 79 yang paling kencang seumur hidupnya.
Menjadi satu-satunya yang selamat dalam kecelakaan pesawat tidak membuat hidup Rawa menjadi tenang.
Rawa dihantui rasa bersalah lantaran bertukar kursi dengan penumpang bernama Raldi. Rawa seharusnya duduk di kursi 38C.
Rawa juga masih harus membantu Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyelidiki penyebab kecelakaan pesawat. Sementara Rawa sendiri masih harus menyembuhkan luka fisik maupun traumanya.
Belum lagi tudingan bahwa Rawa sebagai sole survivor (satu-satunya yang selamat) kemungkinan adalah teroris.
Fokus pada Emosi Penonton
Film Tukar Takdir rupanya tidak menyajikan cerita yang mengejutkan, atau plot twist yang disukai banyak penonton Indonesia.
Kisahnya sudah cukup banyak di-spill melalui teaser maupun trailer yang tayang di YouTube StarvisionPlus.
Selain penyelidikan KNKT, konflik dalam film Tukar Takdir lebih fokus kepada keluarga korban kecelakaan pesawat.
Kita sudah beberapa kali mengikuti berita pesawat jatuh yang pernah terjadi di Indonesia.
Apa yang kita ketahui hanya dari informasi yang disajikan media, bagaimana korban berduka maupun kompensasi yang didapat dari pihak maskapai penerbangan.
Namun film Tukar Takdir menyuguhkan lebih dari itu. Penonton diajak menyelami emosi penumpang yang selamat maupun keluarga penumpang yang tewas.
Rawa yang diperankan Nicholas Saputra merasa hidup kembali setelah mati.
Ketika menunggu bantuan datang, Rawa mengira ia akan mati. Ia terus menunggu kematian datang menjemputnya, tetapi tak terjadi.
Sedangkan Dita (Marsha Timothy) sangat berduka karena sang suami, Raldi (Teddy Syah), tidak selamat.
Yang bikin Dita tak terima, Raldi seharusnya duduk di kursi 38D. Dita merasa Rawa telah menukar takdirnya dengan sang suami.
Belum lagi fakta bahwa Rawa mendapat kompensasi Rp2 miliar dari maskapai penerbangan, sementara keluarga korban yang tewas hanya Rp1,25 miliar.
"Karena saya masih bisa bicara, Mbak," kata Rawa soal kompensasinya lebih besar dari penumpang yang tewas.
Sementara, Zahra (Adhisty Zara) tampak lebih tegar. Ia terus mendampingi Damianti (Marcella Zalianty) sang ibu yang amat berduka.
Suami Damianti, Dirga (Tora Sudiro), merupakan pilot pesawat Jakarta Airways 79.
Zahra mengaku tegar lantaran Dirga sudah memberikan gambaran bahwa pilot pasti meninggal dalam kecelakaan.
Kalaupun pilot berhasil selamat, ia akan menanggung beban yang lebih besar dari Damianti maupun Rawa.
Emosi-emosi tersebut yang membuat film Tukar Takdir menarik, apalagi belum ada film Indonesia yang mengangkat tema semacam ini.
Pertanyaan-pertanyaan yang Menggelitik di Hati
Yang terasa 'sangat Mouly Surya' dalam film Tukar Takdir adalah bagaimana ia bisa menyampaikan cerita seperti benar-benar nyata.
Scoring film Tukar Takdir pun mengingatkan saya kepada film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak.
Film Tukar Takdir juga cukup 'hening' yang membuat saya lagi-lagi berpikir bahwa karya ini 'sangat Mouly Surya'.
Dipilihnya lagu "Temani Aku" Sheila On 7 sebagai OST film Tukar Takdir juga cukup mengejutkan saya.
Akhir-akhir ini lagu-lagu lawas Sheila On 7 cukup sering menggema di bioskop. Sebelumnya, ada lagu "Hingga Ujung Waktu" di film "Sore: Istri dari Masa Depan".
Adegan kecelakaan pesawat tentu tidak akan lepas dari CGI. Kendati tidak sempurna, CGI di film Tukar Takdir sama sekali tidak mengganggu lantaran tidak mendominasi.
Bahkan adegan Rawa dan ratusan penumpang lain jatuh dari pesawat berhasil terlihat real dan bikin merinding.
Kalaupun ada kritik, saya menyayangkan tidak ada jawaban untuk pertanyaan Rawa: "Kenapa saya selamat?"
Sebenarnya memang tidak perlu ada jawaban karena judulnya saja 'Tukar Takdir', ini hanya kegelisahan saya saja.
Jawaban Rawa saat Dita bertanya "Sempat ngobrol dengan suami saya (Raldi) nggak?" juga kurang memuaskan saya.
Rawa mengaku hanya sesekali tersenyum dan mengangguk saat tak sengaja berpapasan mata dengan Raldi.
Padahal di trailer, Raldi sempat memegangi tangan pramugari yang terpental saat pesawat jatuh.
Harusnya peristiwa itu cukup heroik dan sedikit bisa menenangkan hati Dita yang berduka apabila Rawa menceritakannya.
Ini pun masih bisa dipahami karena mental Rawa pun masih terguncang sehingga mungkin tidak melihat atau mengingatnya.
Jangan Takut Ke-trigger atau Trauma!
Setelah menonton film Tukar Takdir, saya masih memercayai film-film garapan Mouly Surya tak akan mengecewakan.
Saya mengagumi beliau setelah menonton Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak yang, meski jumlah penontonnya sedikit saat tayang di bioskop, tetapi dianugerahi berbagai penghargaan.
Film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak diketahui meraih 10 Piala Citra dan 5 Piala Maya pada 2017.
Di Busan International Film Festival (BIFF) 2025 baru-baru ini pun, Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak masuk dalam Asian Cinema 100.
Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak menjadi satu-satunya film Indonesia yang masuk daftar tersebut.
Tukar Takdir bisa dikatakan film Mouly Surya yang paling komersial, sedangkan Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak lebih sering disebut film festival.
Menjawab komentar warganet yang mengaku takut ke-trigger atau jadi trauma naik pesawat setelah nonton Tukar Takdir, saya dengan yakin menyatakan film Tukar Takdir tidak akan menimbulkan efek demikian.
Film Tukar Takdir lebih mengajak penonton menyelami emosi para korban maupun keluarganya, serta bagaimana kita menghadapi informasi tentang kecelakaan pesawat dari berbagai media.
Ditambah lagi akting Marsha Timothy yang menurut saya paling sukses menyampaikan emosi sebagai istri penumpang pesawat yang tewas.
Tak salah Mouly Surya mengajak Marsha Timothy lagi setelah sebelumnya dihargai sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik di Festival Film Indonesia 2018 atas perannya dalam film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak.
Kesimpulannya, Tukar Takdir bisa banget jadi pilihan untuk menghabiskan weekend bersama keluarga.
Rating usianya 13+, jadi jangan khawatir soal kabar Nicholas Saputra dan Adhisty Zara beradegan intim karena bukan adegan yang tidak senonoh kok!
Kontributor : Neressa Prahastiwi
Film terbaru Nicholas Saputra berjudul Tukar Takdir tayang di bioskop mulai 2 Oktober 2025.
Film Tinggal Meninggal lebih banyak mengajak penonton merenungi hidup ketimbang tertawa?
Weapons adalah film horor yang berani, cerdas, dan penuh emosi.
Film A Normal Woman ketolong akting Marissa Anita yang ciamik!
Ada alamat di Jakarta yang tak tercatat di peta teror, namun denyutnya adalah neraka. Menelusuri 'Kremlin', ruang-ruang interogasi Orde Baru, dan persahabatan aneh di Cipinang
Ingatan kolektif masyarakat tentang tapol PKI dari balik jeruji penjara Orde Baru telah memudar, seiring perkembangan zaman. Jurnalis Suara.com mencoba menjalinnya kembali.
Akankah Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung menyaingi kesuksesan Kang Mak tahun lalu?
Film Afterburn adalah karya aksi pasca-apokaliptik yang gagal total karena cerita tidak logis, naskah yang lemah, dan eksekusi yang membosankan.
Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah berhasil meraih 420 ribu penonton meski berhadapan dengan film The Conjuring.
Catatan tiga hari Pestapora 2025, pesta musik lintas generasi.
Plot yang lemah, jumpscare yang klise, serta kurangnya ide segar membuat film terasa datar.