Review Film Tinggal Meninggal: Bukan Adaptasi Kisah Nyata tapi Nyata di Sekitar Kita
Home > Detail

Review Film Tinggal Meninggal: Bukan Adaptasi Kisah Nyata tapi Nyata di Sekitar Kita

Yohanes Endra

Sabtu, 23 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Suara.com - Imajinari kembali merilis film dengan judul yang menarik dan cerita unik, ialah Tinggal Meninggal.

Dibintangi Omara Esteghlal, Tinggal Meninggal menjadi debut Kristo Immanuel sebagai sutradara.

Bagi penggemar karya-karya Imajinari, tentu sudah tidak perlu ragu lagi akan kualitas Production House (PH) yang didirikan Ernest Prakasa tersebut.

Namun buat yang masih ragu, review film Tinggal Meninggal berikut ini akan menyuguhkan banyak alasan untuk kalian agar segera pergi ke bioskop!

Tentang Orang Caper yang (Mungkin) Banyak di Sekitar Kita

Trailer film Tinggal Meninggal yang direvisi sehari sebelum penayangan memperlihatkan adegan slow motion Omara Esteghlal sebagai Gema terlibat dalam sebuah kecelakaan.

Sinopsis Film Tinggal Meninggal (Instagram/ernestprakasa)
Sinopsis Film Tinggal Meninggal (Instagram/ernestprakasa)

Sopir truk yang menabrak Gema pun tak kalah mencuri perhatian, diperankan oleh Yono Bakrie.

Adegan kecelakaan tersebut dipelankan sehingga menambah efek dramatis ketika bibir truk berjarak sangat dekat dengan Gema.

Hanya saja waktu seolah berhenti, lalu Gema menyapa penonton untuk memperkenalkan diri.

Kristo Immanuel sebagai sutradara trailer Tinggal Meninggal rupanya memilih konsep breaking the fourth wall.

Konsep tersebut membuat Gema sebagai pemeran utama berinteraksi langsung dengan penonton seolah menghilangkan dinding imajiner antara mereka.

Trailer film Tinggal Meninggal sebelumnya pun telah mengungkap banyak hal tentang Gema. Ia bekerja di creative agency.

Meski gajinya lumayan, Gema kurang bisa berinteraksi dengan teman-temannya sehingga merasa kesepian.

Gema juga dianggap aneh karena suka komat-kamit sendiri, dan kebiasaan itu sudah berlangsung sejak masih SD.

Hingga suatu hari, Gema mengabarkan sang ayah meninggal dunia. Sejak saat itu, teman-teman kantor menjadi lebih perhatian kepadanya.

Sayangnya perhatian besar yang diinginkan Gema itu tidak permanen.

Sebuah ide gila lantas muncul dalam benak Gema untuk terus mendapatkan perhatian: siapa lagi yang harus meninggal?

Sikap Gema dalam istilah anak zaman sekarang adalah cari perhatian alias caper.

Hanya saja Gema sebenarnya bukan orang yang seperti itu. Ide caper dengan 'orang meninggal' baru dipakai Gema setelah melihat reaksi 'positif' teman-temannya terhadap duka.

Akting Omara Esteghlal Keren Pol!

Sinopsis Film Tinggal Meninggal (Instagram/ernestprakasa)
Sinopsis Film Tinggal Meninggal (Instagram/ernestprakasa)

Omara Esteghlal, suka atau tidak suka, semakin mendapat perhatian setelah menjalin hubungan dengan Prilly Latuconsina.

Kendati begitu, di luar kisah asmaranya, dua film terakhir yang dibintangi Omara Esteghlal membuat penulis meyakini masa depannya yang cerah sebagai aktor.

Omara Esteghlal berhasil membuat penulis kesal saat ia berperan sebagai Jefri Hariman di film Pengepungan Bukit Duri.

Sosok Gema membuat penulis lupa apabila Omara Esteghlal pernah berperan sebagai Jefri yang ngeselin.

Omara Esteghlal sebagai Gema adalah sosok teman yang aneh sekaligus perlu banget disayangi.

Di sisi lain, film Tinggal Meninggal juga sukses memberikan porsi yang pas untuk semua karakter di sekitar Gema.

Mawar Eva de Jongh sebagai Kerin terus berada di sisi Ardit Erwandha sebagai Ilham untuk menghentikan pernyataan-pernyataannya yang asal nyeplos.

Muhadkly Acho sebagai Bos Cokro yang guyonannya jayus, lalu Shindy Huang sebagai Adriana dengan gaya tomboynya pun nggak akan mudah dilupakan penonton film Tinggal Meninggal.

Apalagi Mario Caesar sebagai Danu dengan sejumlah buah tangannya dari 'luar negeri', serta Nada Novia sebagai Naya yang terobsesi jadi viral di media sosial, mereka menjadi mudah diingat.

Psikologi Penonton Berhasil Diubek-ubek

Penonton film Tinggal Meninggal tentu mengharapkan tawa ketika mengetahui sutradaranya adalah Kristo Immanuel.

Ia mengawali kariernya sebagai impersonator karena kesukaannya menirukan ekspresi dan suara kartun sejak masih SD.

Kristo Immanuel awalnya kuliah DKV di Universitas Multimedia Nusantara,  tetapi kemudian pindah jurusan ke film dan lulus pada 2020 dengan gelar Sarjana Seni.

Sebelum menjadi sutradara Tinggal Meninggal, Kristo Immanuel telah berperan di banyak film dan web series.

Kristo Immanuel lalu belajar melalui film Teka-teki Tika dan Kaka Boss sebagai asisten sutradara.

Film Tinggal Meninggal menjadi sangat spesial bagi Kristo Immanuel lantaran ia bukan hanya menjadi sutradara dan ko-produser eksekutif, melainkan juga menulis naskahnya bareng sang istri, Jessica Tjiu.

Kalau kamu mengharapkan tawa yang meledek, film Tinggal Meninggal sepertinya tidak menawarkan itu.

Tinggal Meninggal menyajikan tawa dengan natural, atau banyak yang mengatakan komedi satir atau dark jokes.

Sisi psikologi dalam film Tinggal Meninggal justru yang menurut penulis paling dominan. Penonton berhasil diajak mengenal Gema seutuhnya.

Dalam jumpa pers film Tinggal Meninggal, Kristo Immanuel mengungkap Gema adalah seorang Neurodivergent.

Istilah tersebut digunakan untuk menyebut seseorang dengan cara kerja otak yang berbeda dari manusia pada umumnya.

Buat penonton yang seperti Gema: suka berbicara sendiri, berkhayal, dan canggung dalam kehidupan sosial; pasti bisa memahaminya dengan baik.

Sebaliknya, penonton juga bisa geregetan karena tidak bisa memahami jalan pikiran Gema yang freak!

Adjie Santosoputro yang dikenal sebagai Mindfulness Practitioner menganalisa karakter Gema dengan sangat baik.

Adjie menilai perasaan Gema yang ingin diperhatikan, atau a feeling to be seen, sebenarnya sangat manusiawi. Kebutuhan untuk diperhatikan biasanya telah dipenuhi oleh orangtua sejak kita masih anak-anak.

Hanya saja kebutuhan untuk diperhatikan bisa menjadi candu, atau kalau bahasa anak sekarang: haus validasi.

Akar permasalahan ini menurut Adjie Santosoputro kebanyakan adalah masa lalu.

Film Tinggal Meninggal menjelaskan alasan Gema haus perhatian teman-temannya, bahkan jadi bergantung.

Dan seperti kata Adjie Santosoputro, akar permasalahan Gema berasal dari masa lalu berkaitan hubungannya dengan orangtua.

Ketimbang komedi, film Tinggal Meninggal menurut penulis lebih dekat dengan sisi psikologi.

Apabila kamu berprasangka ceritanya hanya Gema yang berbohong untuk mendapatkan perhatian teman-temannya, sebenarnya lebih kompleks dari itu.

Buat pecinta ending plot twist, film Tinggal Meninggal sangat direkomendasikan, kendati beberapa penonton mengaku justru tidak menyukainya.

Film Tinggal Meninggal juga banyak mengingatkan penonton kepada series Fleabag yang masih bisa ditonton melalui Amazon Prime Video.

Mengutip pendapat akun X @alviapoppy_, film Tinggal Meninggal menggambarkan kesepian dalam diri manusia. Seperti yang dikatakan oleh Fyodor Dostoyevsky, bahwa "Manusia pada dasarnya  adalah entitas yang kesepian."

Film Tinggal Meninggal mengajak penonton untuk memahami kesepian masing-masing, tetapi sekaligus tidak melupakan sekitar dengan hanya memikirkan diri sendiri.

Ada banyak Gema di sekitar kita, dan film Tinggal Meninggal berhasil menangkap realita tersebut dengan sangat baik.

Tinggal Meninggal memang tidak diangkat dari kisah nyata, tapi kisahnya nyata di sekitar kita.

Kudos, Kristo Immanuel dan semua yang terlibat dalam film Tinggal Meninggal!

Kontributor : Neressa Prahastiwi


Terkait

Perjalanan Karier Kristo Immanuel, Dari Impersonator ke Kursi Sutradara
Senin, 18 Agustus 2025 | 15:44 WIB

Perjalanan Karier Kristo Immanuel, Dari Impersonator ke Kursi Sutradara

Kristo kerap merenung: mengapa kita sering merasa harus memenuhi ekspektasi orang lain dalam bersosialisasi?

Introvert, Validasi, dan Kematian, Resep Gila Diramu Film Tinggal Meninggal
Minggu, 17 Agustus 2025 | 15:36 WIB

Introvert, Validasi, dan Kematian, Resep Gila Diramu Film Tinggal Meninggal

Gema adalah pribadi yang pemalu, kikuk, dan nyaris nggak percaya diri (bisa dibilang introvert sih).

Terbaru
80 Tahun Indonesia Merdeka; Ironi Kemerdekaan Jurnalis di Antara Intimidasi dan Teror
polemik

80 Tahun Indonesia Merdeka; Ironi Kemerdekaan Jurnalis di Antara Intimidasi dan Teror

Minggu, 17 Agustus 2025 | 15:38 WIB

Di usia 80 tahun kemerdekaan Indonesia, jurnalis masih menghadapi intimidasi, teror, hingga kekerasan.

Review Jujur Merah Putih One for All: Film yang Seharusnya Tidak Dibuat polemik

Review Jujur Merah Putih One for All: Film yang Seharusnya Tidak Dibuat

Sabtu, 16 Agustus 2025 | 11:46 WIB

Efek suaranya minim, mixing audionya berantakan, dan dubbing-nya seperti orang membaca teks sambil menunggu pesanan makanan datang.

Review Weapons, Horor Intelektual yang Mengguncang Pikiran nonfiksi

Review Weapons, Horor Intelektual yang Mengguncang Pikiran

Sabtu, 09 Agustus 2025 | 09:05 WIB

Weapons adalah film horor yang berani, cerdas, dan penuh emosi.

Rumah Hantu Jenderal Dudung: Gaji Prajurit Dikuliti, Sengkarut Dana Setengah Triliun Rupiah nonfiksi

Rumah Hantu Jenderal Dudung: Gaji Prajurit Dikuliti, Sengkarut Dana Setengah Triliun Rupiah

Senin, 04 Agustus 2025 | 18:10 WIB

Di balik derita para prajurit, terbentang sebuah skandal besar yang berpusat pada program ambisius era KSAD Jenderal (Purn) Dudung Abdurachman.

Review Film Ghost Train, Cari Hantu demi Konten Berujung Petaka nonfiksi

Review Film Ghost Train, Cari Hantu demi Konten Berujung Petaka

Sabtu, 02 Agustus 2025 | 09:15 WIB

Seperti apa sebuah kereta menghantui para penumpang di Korea? Jawabannya ada di film Ghost Train.

Review A Normal Woman, Saat Kecantikan Tak Mampu Bikin Hidup jadi Sempurna nonfiksi

Review A Normal Woman, Saat Kecantikan Tak Mampu Bikin Hidup jadi Sempurna

Sabtu, 26 Juli 2025 | 09:05 WIB

Film A Normal Woman ketolong akting Marissa Anita yang ciamik!

Review Film I Know What You Did Last Summer, Nostalgia Berdarah yang Gagal Menyala nonfiksi

Review Film I Know What You Did Last Summer, Nostalgia Berdarah yang Gagal Menyala

Minggu, 20 Juli 2025 | 14:14 WIB

Awalnya film ini menjanjikan. Opening scene cukup solid dengan karakter yang tampaknya menarik.