Suara.com - Film A Normal Woman akhirnya tayang di Netflix pada 24 Juli 2025, menjadi karya terbaru sutradara Lucky Kuswandi setelah Dear David (2023) dan Ali & Ratu Ratu Queens (2021).
Meski masih satu genre, Lucky Kuswandi menyajikan film A Normal Woman dengan lebih berani. Lebih tepatnya, film ini menyuguhkan sebuah drama psikologi yang membuat perasaan penonton ikut naik turun, hanyut mengikuti perasaan para karakternya.
A Normal Woman merupakan film pertama Soda Machine Films, sebuah rumah produksi yang didirikan Lucky Kuswandi bersama Kevin Ryan Himawan sebagai produser.
Dibintangi Marissa Anita dan Dion Wiyoko, film A Normal Woman bercerita tentang apa? Simak ulasannya berikut ini tanpa takut kena spoiler.
Menyingkap Kehidupan Sosialita Zaman Now
Adalah Milla, seorang sosialita yang kehidupannya dipandang sempurna sebagai fokus utama film A Normal Woman.
Jonathan suami Milla bukan hanya tampan, tetapi juga anak tunggal dari keluarga konglomerat.
Namun yang tak semua orang tahu, Milla cukup tertekan tinggal bersama Liliana sang mertua.
Apa pun yang diperbuat Milla rasanya selalu salah, tipikal para mertua dalam cerita-cerita yang dibicarakan di media sosial saat ini.
Sedangkan Liliana merasa berhak bersikap demikian lantaran Milla mendapatkan hidup yang mewah dari keluarganya.
Milla juga harus berhadapan dengan putrinya, Angel, yang beranjak remaja dan mulai main media sosial.
Wajah Angel yang tidak secantik ibunya membuat ia kena rundung, seberapa pun ia menunjukkan bakatnya di dunia fashion.
Suatu waktu, Milla menderita ruam di kulit leher yang menyebar cepat ke setengah hingga hampir seluruh wajahnya.
Dokter menyatakan Milla sehat dari hasil tes-tes yang dijalaninya. Bukan hanya ruam, Milla pun berhalusinasi akan sosok anak perempuan bernama Grace dengan wajah mengerikan.
Ruam dan halusinasi yang dialami Milla perlahan mengungkap rahasia yang sudah lama berusaha ditutupi oleh sang ibu tentang identitasnya selama ini.
Plot yang Terlalu Terburu-buru
Setelah menonton film A Normal Woman, penulis merasa cerita Milla diselesaikan secara terburu-buru.
Berbagai pertanyaan muncul di benak: bagaimana bisa begini, bagaimana bisa begitu?
Tentu untuk menceritakan sebuah masalah yang kompleks, waktu 1 jam 50 menit dalam sebuah film kurang cukup.
Namun penulis menilai, pendahuluan ceritanya terlalu lama, tetapi juga sekaligus belum menceritakan apa-apa.
Penyelesaian cerita baru dimulai setelah film berjalan lebih dari satu jam, membuat ending-nya memiliki kesan terburu-buru.
Banyak pula plot hole alias lubang, yang sehabis menonton A Normal Woman, rasanya belum selesai 'ditambal'.
Isu Sosial yang Relevan
Kendati begitu, ide cerita film A Normal Woman sangat menarik dengan mengangkat isu-isu sosial yang relevan dewasa ini.
Penulis mencari tahu, benarkah ruam dapat disebabkan oleh stres? Dan ternyata memang benar!
Liliana mertua Milla yang diperankan Widyawati merupakan gambaran sosok ibu, mertua, atau orangtua yang saat ini dianggap ketinggalan zaman.
Perasaan menantunya kerap diremehkan, serta selalu dihubung-hubungkan kepada agama dan Tuhan. Padahal kita yang sekarang, dibentuk dari lingkungan maupun trauma di masa lalu, 'kan?
Alih-alih ke psikolog, baptis untuk umat Kristiani atau ruqyah untuk muslim akan menjadi solusi yang ditawarkan para orangtua semacam itu.
Sebagai anak tunggal dari keluarga konglomerat, Jonathan suami Milla yang diperankan Dion Wiyoko digambarkan sebagai sosok anak yang lebih mengutamakan ibunya.
Suami yang lebih memikirkan ibu ketimbang istri kerap menjadi perdebatan para pengguna media sosial sampai saat ini.
Lalu soal standar kecantikan, betapa mudah sekali jari kita mengatakan: "Kok ibunya cantik, anaknya begini, begitu?" melalui media sosial.
Atau ketika mengetahui seseorang menjalani operasi plastik, tuduhan-tuduhan 'membohongi publik' atau 'tidak bersyukur' harus siap dihadapi. Tapi kalau jelek, dihina. Maunya apa?
Ngomong-ngomong soal operasi plastik, ini agak spoiler. Nonton dulu film A Normal Woman biar paham ya!
Akting Marissa Anita dan Widyawati Ciamik! Tapi Gisel..
Meski agak kecewa dengan plot yang 'berlubang' dan rasanya sedikit terburu-buru, akting para pemeran di film A Normal Woman patut diacungi dua jempol!
Marissa Anita berhasil menyampaikan perasaan cemas dan kalut karakter Milla sehingga membuat penonton mudah berempati.
Widyawati pun sukses berperan sebagai mertua yang menyebalkan, suka ikut campur, sekaligus kolot.
Yang membuat penulis salah fokus adalah akting Mima Shafa sebagai Angel, anak semata wayang Milla dan Jonathan.
Buat yang belum tahu, Mima Shafa adalah putri Mona Ratuliu dan Indra Brasco.
Mengikuti jejak orangtuanya, Mima akhirnya debut menjadi seorang aktris melalui film A Normal Woman.
Mima juga sukses berakting sebagai anak dari keluarga kaya raya yang hidupnya nggak bahagia-bahagia amat. Walau begitu, Angel sebenarnya anak yang manis dan selalu berpihak kepada ibunya.
Yang agak mengecewakan menurut penulis ialah akting Gisella Anastasia sebagai Erika.
Gisel rasanya kurang genit dan menggoda. Mantan istri Gading Marten tersebut juga kurang bisa menyampaikan niat jahatnya.
Atau mungkin, karena jam terbang Marissa Anita dan Widyawati yang lebih tinggi, akting Gisel jadi 'kebanting'? Cukup disayangkan.
Sebagai informasi, film layar lebar yang diperankan Gisel belum sampai 10 judul. Selain itu, basic Gisel memang penyanyi, bukan seorang aktris.
Terakhir, beberapa warning yang perlu diperhatikan: film A Normal Woman memberikan klarifikasi rating 18+ yang harus dipatuhi ya!
Sebab film ini menyuguhkan adegan dewasa serta 'mengganggu' seperti darah dan luka sehingga hanya boleh untuk penonton berusia 18 tahun ke atas.
Secara keseluruhan, dengan kurang dan lebihnya, film A Normal Woman masih layak tonton, kok.
Hanya saja, turunkan ekspektasi kalian, kecuali pada akting Marissa Anita yang super ciamik! Selamat menonton!
Kontributor : Neressa Prahastiwi
Operation Red Sea menyorot kekuatan angkatan laut Tiongkok.
Ternyata film superhero tidak melulu produksi Marvel atau DC Comics orisinalitas film-film ini bisa jadi pilihan buat kamu.
Film A Normal Woman yang sudah tayang di Netflix menceritakan kehidupan seorang sosialita yang digerogoti penyakit misterius karena luka batin yang terpendam.
M3GAN 2.0 gagal total, menuai kritik pedas dan penyesalan produser.
Awalnya film ini menjanjikan. Opening scene cukup solid dengan karakter yang tampaknya menarik.
Haruskan nonton web series-nya dulu sebelum nonton film Sore: Istri dari Masa Depan? Jawabannya ada di sini.
Rasanya seperti berwisata ke taman safari dengan koleksi dinosaurus kerennya. Seru, tapi mudah terlupakan.
"Dalam catatan sejarah itu tercantum Blang Padang (milik Masjid Raya), kata Cek Midi.
M3GAN 2.0 nggak lagi serem seperti film pertamanya.
"Tapi saya yakin tidak ada lah penegakan hukum yang akan menjerat penjual pecel lele. Itu tidak apple to apple," ujar Zaenur.
Setiap tindak penyiksaan harus diberikan hukuman yang setimpal dan memberi jaminan ganti rugi terhadap korban serta kompensasi yang adil, jelas Anis.