Sengkarut Distribusi LPG Bersubsidi: Mengapa Menghilangkan Pengecer Tak Selesaikan Masalah?
Home > Detail

Sengkarut Distribusi LPG Bersubsidi: Mengapa Menghilangkan Pengecer Tak Selesaikan Masalah?

Bimo Aria Fundrika | Muhammad Yasir

Rabu, 05 Februari 2025 | 14:37 WIB

Suara.com - Kebijakan Kementerian ESDM lewat Surat Edaran Dirjen Migas Nomor: B-570/MG.05/DJM/2025 melarang pengecer menjual LPG 3 kg menuai kontroversi. Masyarakat mengalami kesulitan.

Dampaknya nyata. Antrean panjang terjadi di banyak pangkalan resmi. Di Tangerang Selatan, seorang nenek bernama Yonih meninggal dunia setelah antre berjam-jam demi mendapatkan LPG 3 kg.

Yonih, 62 tahun, sehari-hari berjualan nasi uduk dan gorengan. Ia kelelahan setelah antre selama dua jam di pangkalan yang berjarak 500 meter dari rumahnya.

Kisruh ini membuat Presiden Prabowo Subianto turun tangan. Ia menginstruksikan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia untuk kembali mengizinkan pengecer menjual LPG 3 kg.

Warga antre untuk membeli gas LPG 3 kilogram di salah satu agen penjualan di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (4/2/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Warga antre untuk membeli gas LPG 3 kilogram di salah satu agen penjualan di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (4/2/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]

Bahlil meminta maaf atas dampak kebijakan ini. Ia menegaskan bahwa penataan distribusi LPG bertujuan agar subsidi energi senilai Rp87 triliun lebih tepat sasaran.

“Kami pemerintah memohon maaf kalau ini terjadi, karena ini semata-mata kami lakukan untuk penataan,” tutur Bahlil.

Penataan ini, kata Bahlil, diperlukan karena data pemerintah menunjukkan ketimpangan. Sebanyak 68 persen LPG 3 kg justru dikonsumsi oleh masyarakat menengah ke atas, sementara warga miskin yang berhak hanya mendapat 32 persen.

Menindaklanjuti instruksi Presiden, sejak 4 Februari 2025 pengecer kembali diizinkan menjual LPG 3 kg. Pertamina telah mendata 375 ribu pengecer yang otomatis berubah status menjadi sub-pangkalan.

Mereka wajib mencatat KTP pembeli dan melaporkannya melalui aplikasi. Langkah ini diambil untuk memastikan distribusi LPG subsidi lebih tepat sasaran.

“Tugas kami, sesuai arahan Presiden, adalah memastikan subsidi benar-benar sampai ke yang berhak," ujar Bahlil.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia (kedua kiri) berdialog dengan warga yang mengamuk saat antre membeli gas 3 kilogram di Karawaci, Tangerang, Banten, Selasa (4/2/2025). [ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/YU]
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia (kedua kiri) berdialog dengan warga yang mengamuk saat antre membeli gas 3 kilogram di Karawaci, Tangerang, Banten, Selasa (4/2/2025). [ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/YU]

Namun, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto menilai kebijakan ini menimbulkan masalah. Sosialisasi minim, mitigasi lemah. Sebagai anggota dewan yang menangani energi, lingkungan, dan investasi, ia mengaku tak mendapat pemberitahuan dari Kementerian ESDM.

“Jujur, kami sama sekali tidak diinformasikan soal kebijakan ini," tegasnya.

Minim Tingkatkan Pengawasan

Peneliti The PRAKARSA, Bintang Aulia Lutfi, menilai masalah utama distribusi LPG 3 kg bukan pada pedagang pengecer. Persoalannya ada pada lemahnya pengawasan harga di tingkat pengecer.

Karena itu, The PRAKARSA merekomendasikan pemerintah segera memperkuat pengawasan. Selain itu, sanksi tegas harus diterapkan bagi pelaku penimbunan dan penggelembungan harga.

“LPG 3 kg adalah hak masyarakat, bukan komoditas yang boleh dipermainkan oleh sistem yang tidak efektif,” kata Bintang kepada Suara.com, Selasa (4/2/2025).

Ia menekankan pentingnya pengawasan karena LPG adalah barang primer yang inelastis. Artinya, meski harga naik, permintaan tetap tinggi karena masyarakat sangat membutuhkannya.

Alih-alih menyelesaikan masalah harga, pembatasan distribusi justru bisa memicu pasar gelap. Masyarakat terpaksa membeli dengan harga lebih mahal, meski memberatkan.

Bintang juga menyoroti kelangkaan LPG 3 kg yang mengindikasikan ketidaksiapan agen resmi dalam distribusi. Menurutnya, pemerintah harus memperkuat kolaborasi dengan pengecer terdaftar dan menerapkan sistem pendataan digital.

“Ini solusi jangka pendek untuk memastikan subsidi benar-benar sampai ke yang berhak,” ujarnya.

Selain itu, kapasitas agen resmi perlu dievaluasi. Pengecer terpercaya harus dilibatkan dalam distribusi. Optimalisasi teknologi, seperti QR Code, juga krusial agar subsidi lebih tepat sasaran.

“Masyarakat juga harus diberdayakan. Mereka perlu saluran pengaduan terpadu untuk melaporkan penjual nakal,” tegasnya.

Pertegas Aturan

Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi), Sofyano Zakaria, menilai perubahan status pengecer menjadi sub-pangkalan tidak menjamin distribusi LPG 3 kg tepat sasaran. Selain pengawasan ketat, aturan yang tegas juga diperlukan.

“Seharusnya ada peraturan jelas tentang siapa yang berhak mendapatkan LPG subsidi, bukan sekadar mengalihkan pengecer menjadi pangkalan resmi,” ujar Sofyano.

Aturan ini sebenarnya telah diatur dalam Perpres Nomor 104 Tahun 2007 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga LPG 3 kg. Pasal 3 Ayat 1 menyebut bahwa LPG bersubsidi hanya diperuntukkan bagi rumah tangga dan usaha mikro.

Namun, Sofyano menilai aturan tersebut masih ‘abu-abu’. Dalam praktiknya, banyak usaha menengah yang dikategorikan sebagai usaha mikro.

“Pemerintah seharusnya merevisi Perpres 104 Tahun 2007 agar lebih jelas dan tidak multitafsir,” tegasnya.

Tanpa aturan yang lebih ketat, ia memprediksi kebijakan pengangkatan pengecer menjadi sub-pangkalan justru akan meningkatkan anggaran subsidi. Sebab, tidak ada jaminan LPG benar-benar sampai ke yang berhak.

“Mereka pun tidak tahu pasti siapa yang benar-benar berhak mendapatkan LPG subsidi,” pungkas Sofyano.


Terkait

Bahlil Usul RI Tambah Kuota Impor Minyak dan Gas LPG dari AS
Selasa, 15 April 2025 | 14:57 WIB

Bahlil Usul RI Tambah Kuota Impor Minyak dan Gas LPG dari AS

Bahlil mengusulkan penambahan kuota impor minyak dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) dari AS dengan nilai fantastis, menembus angka 10 miliar dolar AS.

Bahlil Usul Impor Minyak Hingga LPG dari AS Senilai USD10 Miliar
Selasa, 15 April 2025 | 14:30 WIB

Bahlil Usul Impor Minyak Hingga LPG dari AS Senilai USD10 Miliar

Hal ini merupakan respon pemerintah Indonesia atas tarif resiprokal yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump.

Rencana Bahlil Mau Tambah Minyak Mentah dan Impor LPG dari AS Dapat Restu dari DPR
Senin, 14 April 2025 | 15:42 WIB

Rencana Bahlil Mau Tambah Minyak Mentah dan Impor LPG dari AS Dapat Restu dari DPR

Menurut Bambang upaya Pemerintah meningkatkan impor minyak mentah dan LPG dari AS guna menyeimbangkan neraca perdagangan bilateral adalah strategi yang tepat.

Soal Isu Bahlil Naik Jet Pribadi, HIPMI: Bukan Hal yang Luar Biasa
Sabtu, 12 April 2025 | 08:57 WIB

Soal Isu Bahlil Naik Jet Pribadi, HIPMI: Bukan Hal yang Luar Biasa

Spekulasi video yang banyak beredar di jagat maya soal jet pribadi Bahlil Lahadalia digunakan untuk kepentingan pribadi menggunakan uang negara, HIPMI angkat bicara.

Terbaru
Pengampunan Pajak Kendaraan dan Mewaspadai Potensi Moral Hazard
polemik

Pengampunan Pajak Kendaraan dan Mewaspadai Potensi Moral Hazard

Selasa, 15 April 2025 | 15:06 WIB

"Setelah diberikan kelonggaran, maka tidak boleh ada lagi toleransi bagi pelanggaran serupa di masa depan, ujar Nur.

Situasi Ekonomi Kian Memburuk: Benarkah Posisi Airlangga Hartarto Kini di Ujung Tanduk? polemik

Situasi Ekonomi Kian Memburuk: Benarkah Posisi Airlangga Hartarto Kini di Ujung Tanduk?

Selasa, 15 April 2025 | 08:52 WIB

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto disebut-sebut masuk radar reshuffle Presiden Prabowo Subianto.

Kala Masyarakat Beralih Investasi Emas di Tengah Ketidakpastian Ekonomi polemik

Kala Masyarakat Beralih Investasi Emas di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Senin, 14 April 2025 | 19:15 WIB

Harga emas bakal terus melejit, bahkan pada akhir tahun ini harga emas Antam diprediksi bisa tembus mencapai Rp2,5 juta per gram.

Jalur Sutra Sepak Bola China: Hidup Mati di Markas Timnas Indonesia polemik

Jalur Sutra Sepak Bola China: Hidup Mati di Markas Timnas Indonesia

Sabtu, 12 April 2025 | 10:07 WIB

China yang klaim penemu sepak bola punya ambisi besar untuk jadi kekuatan dunia. Ambisi itu bakal dipertaruhkan di markas Timnas Indonesia.

Review Jumbo: Sebenarnya Film 'Horor' yang Dibalut Kebahagiaan nonfiksi

Review Jumbo: Sebenarnya Film 'Horor' yang Dibalut Kebahagiaan

Sabtu, 12 April 2025 | 09:39 WIB

Jumbo, secara mengejutkan, menjadi salah satu film lebaran 2025 yang paling banyak ditonton.

Evakuasi Gaza: Misi Kemanusiaan atau 'Kartu AS' Prabowo Hadapi Tarif Trump? polemik

Evakuasi Gaza: Misi Kemanusiaan atau 'Kartu AS' Prabowo Hadapi Tarif Trump?

Jum'at, 11 April 2025 | 12:50 WIB

Saya kira ini sebenarnya bukan isu kemanusiaan, tapi isu politik. Prabowo sepertinya tidak punya cara lain untuk bernegosiasi dengan Trump, kata Smith.

Urbanisasi Pasca Lebaran: Jakarta Antara Momok dan Kota Impian polemik

Urbanisasi Pasca Lebaran: Jakarta Antara Momok dan Kota Impian

Kamis, 10 April 2025 | 20:23 WIB

Faktor orang berbondong-bondong ke kota besar, terutama Jakarta adalah penghasilan mereka di daerah semakin tidak mencukupi memenuhi kebutuhan hidup.