Mewaspadai Ancaman Kejahatan Terorganisir Komunitas WNA di Bali
Home > Detail

Mewaspadai Ancaman Kejahatan Terorganisir Komunitas WNA di Bali

Bimo Aria Fundrika | Muhammad Yasir

Senin, 03 Februari 2025 | 16:00 WIB

Suara.com - Minggu, 15 Desember 2024. Jalan Tundun Penyu Dipal, Desa Ungasan, Kuta Selatan, Bali, tiba-tiba berubah mencekam. Sebuah geng bersenjata api beraksi.

Saat itu, suasana masih cukup terang. Igor Lermakov sedang dalam perjalanan menuju vila dengan mobil BMW putih. Tanpa peringatan, dua unit Toyota Alphard hitam muncul.

Satu mengadang di depan, satu lagi menutup jalan dari belakang. Dalam sekejap, perjalanan Igor Lermakov berubah menjadi mimpi buruk.

Hampir sebulan setelah kejadian, video rekaman perampokan itu beredar di media sosial. Viral. Dalam rekaman, sembilan pria bertopeng hitam keluar dari mobil. Mereka mengenakan rompi bertuliskan “Polisi.”

Gerakannya cepat, terlatih. Mereka mengepung mobil Igor.

Terdengar suara letusan senjata api. Beberapa kali. Mereka tidak hanya membawa pistol. Ada palu. Ada pisau. Tak ada waktu untuk melawan. Dalam hitungan detik, Igor diseret keluar. Dibawa pergi.

Sasaran mereka jelas: aset kripto milik Igor. Di sebuah vila tak jauh dari lokasi, uang digital senilai Rp 3,5 miliar berpindah tangan.

Tak butuh waktu lama. Mereka tahu apa yang mereka lakukan.

Kejahatan Teroganisir

Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, menyebut ini bukan sekadar kejahatan jalanan.

“Ini kejahatan terorganisir,” katanya saat diwawancarai Suara.com, Senin, 3 Februari 2025.

Menurutnya, kasus ini bisa jadi hanya permukaan dari sesuatu yang lebih besar. Di Bali, warga negara Rusia mulai membentuk komunitas eksklusif. Mereka berkumpul, memperkuat jaringan.

Jumlah warga negara Rusia di Bali mengalami fluktuasi dalam beberapa tahun terakhir. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2019 tercatat 143.211 warga Rusia tinggal di Bali. Namun, angka ini anjlok drastis pada 2020 menjadi 57.817, seiring dengan pembatasan perjalanan akibat pandemi.

Ilustrasi Wisatawan (Pixabay/Free-Photos)
Ilustrasi Wisatawan (Pixabay/Free-Photos)

Tahun 2021 masih menunjukkan dampak pandemi dengan jumlah yang tetap rendah, tetapi mulai naik kembali pada 2022, mencapai 57.860. Pemulihan pariwisata tampaknya berdampak signifikan, karena pada 2023 jumlah warga Rusia di Bali melonjak tajam menjadi 144.104—bahkan melampaui angka sebelum pandemi.

Adrianus menjelaskan, bahwa ketika komunitas seperti ini berkembang, potensi ancaman ikut tumbuh.

“Ini bukan pertama kali. Di banyak negara, geng Rusia memang beroperasi dalam kelompok-kelompok seperti ini,” ujarnya.

Sempat Ditangkap

Kamis, 30 Januari 2025 polisi sempat menangkap seorang WNA Rusia Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali. Ia adalah, Khasan Askhabov, mantan atlet MMA asal Rusia.

Khasan ditangkap baru saja akan naik pesawat menuju Dubai. Namun langkahnya terhenti. Ia ditangkap. Polisi menduga, ia terlibat dalam kasus perampokan brutal terhadap Igor Lermakov, warga negara Ukraina, yang terjadi di Jalan Tundun Penyu Dipal, Ungasan, Kuta Selatan, Bali, pada 15 Desember 2024.

Namun, kurang dari 24 jam kemudian, Khasan dibebaskan. Kabid Humas Polda Bali, Kombes Ariasandy, menjelaskan bahwa Khasan dilepaskan setelah diperiksa intensif oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum. Hasilnya tidak ada bukti yang mengaitkannya dengan perampokan itu.

"Pemeriksaan sudah dilakukan. Tidak terbukti terlibat, jadi dibebaskan," kata Ariasandy.

Polisi menggiring terduga pelaku perampokan berinisial KA saat ditangkap di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali. [Istimewa]
Polisi menggiring terduga pelaku perampokan berinisial KA saat ditangkap di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali. [Istimewa]

Sementara itu, penyelidikan terus berlanjut. Polisi masih memburu sembilan pelaku yang diyakini terlibat. Enam di antaranya diduga warga negara Rusia, dua dari Kazakhstan, dan satu dari Ukraina.

"Semoga kasus yang mencoreng citra Indonesia, khususnya Bali, ini segera terungkap," lanjutnya.

Kuasa hukum Khasan, Edward Pangkahila, mengungkapkan bahwa kliennya ditangkap karena laporan dari korban, Igor Lermakov. Namun, Khasan memiliki alibi kuat.

"Pada 15 Desember 2024, dia sedang di Singapura," kata Edward.

Bukti itu ada di ponselnya. Jejak digital menunjukkan Khasan berada di Marina Bay, berbelanja.

"Semuanya terekam. Ada story di HP. Tanggal, lokasi, aktivitas—jelas dia bukan pelakunya," tambah Edward.

Saat diperiksa di Polda Bali, Khasan dikonfrontasi dengan Igor. Namun, di ruang interogasi, Igor pun tidak sepenuhnya yakin.

"Awalnya, korban mengira Khasan pelakunya karena wajahnya mirip," ujar Edward.

Setelah pemeriksaan selesai, Khasan akhirnya dilepaskan. Tepat pukul 22.15 WITA, Jumat, 31 Januari 2025, ia meninggalkan Polda Bali.

Tak lama setelahnya, ia bertolak ke Dubai.

Meski demikian, Adrianus memperingatkan, pemerintah tak boleh menutup mata. Ini alarm bahaya. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin kejahatan semacam ini terulang. Lebih besar. Lebih brutal.

“Kalau ini dianggap biasa, kita akan menghadapi masalah besar di masa depan,” pungkasnya.


Terkait

Uang, Patronase, dan Suara yang Terjual: Mengapa DPR Tidak Lagi Dipercaya?
Senin, 03 Februari 2025 | 12:03 WIB

Uang, Patronase, dan Suara yang Terjual: Mengapa DPR Tidak Lagi Dipercaya?

Lantaran kuatnya politik uang, pemilih menjadi terlena. Mereka tak peduli dengan siapa yang mereka pilih.

Malam Maut di Laut Tanjung Rhu, Tragedi Lima Pekerja Migran Indonesia Ditembak Otoritas Malaysia
Senin, 03 Februari 2025 | 08:06 WIB

Malam Maut di Laut Tanjung Rhu, Tragedi Lima Pekerja Migran Indonesia Ditembak Otoritas Malaysia

Petugas Maritim Malaysia itu melepas tembakan membabi buta ke arah boat WNI yang berjarak antara 20 meter hingga 25 meter di tengah malam gelap.

Guru Swasta 'Makan Hati': Lulus PPPK 2023, SK Tak Kunjung Terbit
Jum'at, 31 Januari 2025 | 08:25 WIB

Guru Swasta 'Makan Hati': Lulus PPPK 2023, SK Tak Kunjung Terbit

Karena tidak ada kepastian penempatan, tak sedikit guru swasta yang lulus PPP akhirnya beralih profesi menjadi pengemudi ojek online hingga pedagang es teh keliling.

Terbaru
Prabowo Buka Pintu untuk Israel Jika Akui Kemerdekaan Palestina: Diplomasi Realistis?
polemik

Prabowo Buka Pintu untuk Israel Jika Akui Kemerdekaan Palestina: Diplomasi Realistis?

Jum'at, 30 Mei 2025 | 18:55 WIB

Israel tak hanya harus mengakui kemerdekaan Palestina secara penuh, tetapi juga harus bertanggung jawab atas genosida yang selama ini dilakukan terhadap rakyat Palestina.

Reformasi Anggaran: Tantangan di Balik Putusan Sekolah Gratis polemik

Reformasi Anggaran: Tantangan di Balik Putusan Sekolah Gratis

Jum'at, 30 Mei 2025 | 16:20 WIB

Presiden adalah satu-satunya otoritas yang dapat melakukan reformasi menyeluruh dalam tata kelola anggaran pendidikan, kata Ubaid.

Bongkar Korupsi Dana Zakat di Baznas Jabar, Whistleblower Malah Dikriminalisasi polemik

Bongkar Korupsi Dana Zakat di Baznas Jabar, Whistleblower Malah Dikriminalisasi

Rabu, 28 Mei 2025 | 20:51 WIB

"Kriminalisasi terhadap pelapor dugaan korupsi di Baznas menunjukkan kemunduran dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia," kata Wana.

Kebijakan Jam Malam Pelajar di Jabar: Solusi atau Sekadar Simbolik? polemik

Kebijakan Jam Malam Pelajar di Jabar: Solusi atau Sekadar Simbolik?

Rabu, 28 Mei 2025 | 18:23 WIB

"Kebijakan jam malam bagi pelajar perlu manajemen pengawasan yang baik. Tanpa itu, kebijakan tersebut hanya akan terdengar baik di atas kertas," ujar Rakhmat.

Hunian Vertikal: Mimpi atau Bumerang Bagi Warga Jakarta? polemik

Hunian Vertikal: Mimpi atau Bumerang Bagi Warga Jakarta?

Rabu, 28 Mei 2025 | 15:35 WIB

"Rumah susun itu adalah cara yang paling prinsip untuk merubah Jakarta menjadi lebih tertata terkait dengan penduduk dan pemukiman," kata Yayat.

Bantuan China untuk MBG: Kadin Senang, Ekonom Khawatir 'No Free Lunch'! polemik

Bantuan China untuk MBG: Kadin Senang, Ekonom Khawatir 'No Free Lunch'!

Rabu, 28 Mei 2025 | 07:56 WIB

No free lunch. Pasti akan ada yang dikorbankan untuk mendapatkan bantuan tersebut, mulai dari politik hingga sumber daya alam, ungkap Huda.

Enam Polisi Positif Narkoba Disanksi Salat di Mushala, Seremonial Tanpa Efek Jera? polemik

Enam Polisi Positif Narkoba Disanksi Salat di Mushala, Seremonial Tanpa Efek Jera?

Selasa, 27 Mei 2025 | 21:29 WIB

Sanksi itu tak lebih dari seremonial saja. Seolah-olah diberi sanksi, tapi sebenarnya tidak memberi efek jera apapun, ujar Bambang.