Ironi di Serambi Mekah: Pasangan Gay Dicambuk di Depan Publik!
Home > Detail

Ironi di Serambi Mekah: Pasangan Gay Dicambuk di Depan Publik!

Erick Tanjung

Jum'at, 28 Februari 2025 | 12:19 WIB

Suara.com - Pasangan gay dihukum cambuk 82 dan 77 kali di Kota Banda Aceh. Mereka terbukti berhubungan badan sesama jenis yang dilarang hukum syariat Islam yang berlaku di negeri Serambi Mekah.

SETELAH cambukan terakhir, DA lekas berlutut serta dahi menyentuh lantai. Pria itu bersujud selepas menjalani eksekusi hukuman cambuk di Taman Bustanussalatin, Kota Banda Aceh, Aceh, Kamis siang, 27 Februari 2025.

Algojo yang mengenakan penutup wajah dan jubah berkelir cokelat itu mencambuk DA 77 kali. DA menerima sabetan rotan dalam posisi berdiri. Ia mengenakan jubah putih. Wajahnya menunduk tiap kali pecut mengenai punggungnya.

Setiap 10 kali, cambukan disetop sementara, dan petugas memeriksa kondisi DA sebelum dilanjutkan. Setelah sabetan ke-30, algojo mendapat teguran dari tim Kejaksaan Negeri Banda Aceh karena posisi rotan agak terlalu ke atas, hampir mengenai leher DA.

DA dihukum cambuk karena perkara liwath atau berhubungan badan sesama laki-laki. Mahkamah Syar'iyah Banda Aceh memvonisnya 80 kali hukuman cambuk karena melanggar Pasal 63 Qanun Nomor 6/2014 tentang Hukum Jinayat. Jumlah cambukan yang dieksekusi dikurangi masa tahanan.

Selama persidangan, DA terbukti berhubungan badan dengan seorang pria berinisial AI. Hakim memvonis AI 85 kali hukuman cambuk karena melanggar pasal Liwath. Siang itu, ia dicambuk 82 kali setelah dikurangi masa tahanan.

AI menjalani eksekusi cambuk giliran pertama sebelum DA. Menerima cambukan dengan wajah tertunduk, AI beberapa kali terlihat mengangkat kepalanya ke atas saat sabetan rotan mengenai punggungnya.

Pasangan gay dihukum cambuk 82 dan 77 kali di Kota Banda Aceh, Kamis (27/2/2025). [Suara.com/Kontributor/Habil]
Pasangan gay dihukum cambuk 82 dan 77 kali di Kota Banda Aceh, Kamis (27/2/2025). [Suara.com/Kontributor/Habil]

Cambukan juga disetop sementara setiap 10 kali. Petugas memeriksa, dan turut memberinya air minum. Tim medis juga memeriksa AI seusai cambukan ke-50 dan 60.

Perkara ini berawal ketika DA dan AI digerebek warga pada sebuah indekos di Kota Banda Aceh pada November 2024. Mereka tertangkap saat sedang berpelukan yang dinilai usai berhubungan intim. Warga kemudian menggiring mereka ke Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah Kota Banda Aceh untuk diadili.

Perbuatan DA dan AI dilarang di Aceh. Sebagai daerah khusus dan istimewa, Aceh menerapkan hukum syariat Islam yang melarang hubungan badan sesama jenis.

Aturan tersebut tertuang dalam Qanun No 6 tahun 2014 tentang Hukum Jinayat. Pasal tentang hubungan seks sesama jenis antara laki-laki atau gay disebutkan pada pasal 63 tentang liwath, sementara perilaku seks lesbian atau sesama perempuan diatur pada pasal 64 tentang musahaqah.

Pelanggar kedua pasal tersebut didera cambuk paling banyak 100 kali atau denda emas 1.000 gram atau dipenjara selama 100 bulan.

Pelaksanaan hukum syariat Islam di Aceh bermula lewat Undang-Undang No.44/1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Lalu menyusul Undang-Undang No. 18/2001 tentang Otonomi Khusus Aceh.

Penerapannya kian dikuatkan Undang-Undang No. 11/2006 tentang Pemerintahan Aceh. Merujuk aturan itu, Aceh memiliki keleluasaan untuk membuat qanun (peraturan daerah di Aceh) berbasis syariat Islam.

Sementara itu, hukuman cambuk bagi LGBT menuai kritik dari para pegiat kemanusiaan. Institute for Criminal Justice Reform (ICJR), menegaskan penolakannya saat pasangan gay juga dieksekusi cambuk di Banda Aceh pada 2017.

“Inilah satu-satunya aturan hukum pidana yang dibentuk secara sistematis untuk menyasar kelompok LGBT,” sebut ICJR kala itu.

Amnesty International Indonesia dalam pernyataannya juga mendesak Pemerintah Aceh dan Pemerintah Pusat menghentikan hukuman cambuk. Sebab, hukuman cambuk itu kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia.

“Hukuman cambuk dan bentuk hukuman fisik lainnya melanggar hukum internasional yang melarang penyiksaan, perlakuan kejam, tidak manusiawi atau merendahkan lainnya,” sebut Amnesty.

Dinyatakan Bersalah

Kepala Seksi Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Banda Aceh Isnawati mengatakan, selama proses persidangan, DA dan AI terbukti melanggar Qanun Jinayat. Kejaksaan semula menuntut keduanya 80 kali cambuk. Namun, majelis hakim memvonis lebih berat.

“Tuntutan kami sama, masing-masing 80 kali (cambuk). AI divonis 85 kali dengan pertimbangan bahwa dia yang mengajak terhukum (DA) untuk melakukan persetubuhan,” katanya kepada jurnalis, Kamis (27/2).

Pasangan gay dihukum cambuk 82 dan 77 kali di Kota Banda Aceh, Kamis (27/2/2025). [Suara.com/Kontributor/Habil]
Pasangan gay dihukum cambuk 82 dan 77 kali di Kota Banda Aceh, Kamis (27/2/2025). [Suara.com/Kontributor/Habil]

Adapun alat bukti dalam perkara itu antara lain pakaian keduanya, keterangan saksi, dan pengakuan keduanya.

“Artinya cukup tiga (alat bukti) kita dapatkan dalam penuntutan kedua terdakwa,” kata Isnawati.

Setelah menjalani eksekusi hukuman cambuk, DA dan AI langsung bebas. Namun, Kepala Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh Ridwan menyebut akan membina mereka agar tidak mengulangi perbuatannya.

Pelaksana Tugas Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah Kota Banda Aceh Muhammad Rizal mengatakan, setelah eksekusi cambuk itu akan memeriksa HIV kepada DA dan AI melalui Dinas Kesehatan.

“Kami harap tidak positif, tapi kalau positif, proses pembinaan lebih lanjut ada di Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh,” tuturnya.

Tolak LGBT

Ridwan menuturkan eksekusi cambuk itu komitmen mereka dalam menegakkan syariat Islam. Ia berharap hal itu menjadi beban dan tanggung jawab bersama agar masyarakat memahami hukum syariat yang berlaku di sana.

“Saya kira peristiwa hari ini menjadi cambuk juga bagi kita semua. Pemerintah dan masyarakat untuk terus melakukan pembinaan kepada masyarakat agar pelanggaran syariat ini bisa kita minimalkan,” kata Ridwan.

Ridwan menaruh harapan agar orang tua berperan membina keluarganya untuk menjunjung syariat Islam. Jika itu dilakukan, kata dia, pelanggaran syariat tidak lagi terulang di Banda Aceh.

“Kami tidak bangga dengan banyaknya angka cambuk, tapi kami akan bangga jika masyarakat menjunjung tinggi nilai-nilai syariat Islam,” ujarnya.

Ridwan menegaskan bahwa Kota Banda Aceh bukan tempat bagi perilaku lesbian, gay, dan biseksual, dan transgender (LGBT).

“Saya tegaskan sekali lagi, Banda Aceh bukan tempatnya. Dan kami akan melakukan upaya-upaya agar LGBT ini tidak berkembang di Kota Banda Aceh,” kata Ridwan.

“Jadi bagi siapa saja yang melakukan praktik-praktik LGBT, kami berharap berhentilah.”

Sementara itu, Muhammad Rizal berterima kasih kepada warga yang telah menggerebek DA dan AI. Ia mengimbau warga lainnya untuk mengambil langkah yang sama.

“Kami tidak bisa masuk ke rumah-rumah orang tanpa indikasi yang jelas. Tidak mungkin kami mengawasi di samping kamar orang, tapi ini dimiliki oleh warga dan tetangga di kampung,” kata Rizal.

__________________________________

Kontributor Aceh: Habil Razali


Terkait

Kisah Warga Aceh Sukarela Tangani Konflik Gajah
Kamis, 27 Februari 2025 | 08:05 WIB

Kisah Warga Aceh Sukarela Tangani Konflik Gajah

Menurut data BKSDA, setidaknya terdapat 583 kali konflik gajah dan manusia di Aceh sepanjang 2019 hingga 2023.

Krisis Konservasi: Gajah dan Harimau Sumatera Terancam di Aceh
Rabu, 26 Februari 2025 | 15:03 WIB

Krisis Konservasi: Gajah dan Harimau Sumatera Terancam di Aceh

Pemangkasan anggaran ini berdampak terhadap konservasi empat satwa kunci dilindungi, yaitu gajah, badak, orang utan, dan harimau sumatera.

Siapa Muzakir Manaf? Dulu Panglima GAM Kini Jadi Gubernur Aceh Ikut Retret Akmil Magelang
Senin, 24 Februari 2025 | 19:58 WIB

Siapa Muzakir Manaf? Dulu Panglima GAM Kini Jadi Gubernur Aceh Ikut Retret Akmil Magelang

Muzakir Manaf sedang mencuri perhatian usai mengikuti kegiatan militer di Akmil Magelang. Lantas siapa Muzakir Manaf?

Terbaru
Review Film Pangku: Menyelami Dilema Ibu Tunggal di Pantura yang Terlalu Realistis
nonfiksi

Review Film Pangku: Menyelami Dilema Ibu Tunggal di Pantura yang Terlalu Realistis

Sabtu, 08 November 2025 | 08:00 WIB

Pemilihan Claresta Taufan sebagai pemeran utama adalah bukti ketajaman mata Reza Rahadian sebagai sutradara.

Langkah Kecil di Kota Asing: Cerita Mahasiswa Perantau Menemukan Rumah Kedua di Jogja nonfiksi

Langkah Kecil di Kota Asing: Cerita Mahasiswa Perantau Menemukan Rumah Kedua di Jogja

Jum'at, 07 November 2025 | 19:50 WIB

Deway, mahasiswa Kalbar di Jogja, belajar menenangkan kecemasan dan menemukan rumah di kota asing.

Review Caught Stealing, Jangan Pernah Jaga Kucing Tetangga Tanpa Asuransi Nyawa nonfiksi

Review Caught Stealing, Jangan Pernah Jaga Kucing Tetangga Tanpa Asuransi Nyawa

Sabtu, 01 November 2025 | 08:05 WIB

Film Caught Stealing menghadirkan aksi brutal, humor gelap, dan nostalgia 90-an, tapi gagal memberi akhir yang memuaskan.

Niat Bantu Teman, Malah Diteror Pinjol: Kisah Mahasiswa Jogja Jadi Korban Kepercayaan nonfiksi

Niat Bantu Teman, Malah Diteror Pinjol: Kisah Mahasiswa Jogja Jadi Korban Kepercayaan

Jum'at, 31 Oktober 2025 | 13:18 WIB

Ia hanya ingin membantu. Tapi data dirinya dipakai, dan hidupnya berubah. Sebuah pelajaran tentang batas dalam percaya pada orang lain.

Review Film The Toxic Avenger, Superhero 'Menjijikkan' yang Anehnya Cukup Menghibur nonfiksi

Review Film The Toxic Avenger, Superhero 'Menjijikkan' yang Anehnya Cukup Menghibur

Sabtu, 25 Oktober 2025 | 08:00 WIB

Film ini rilis perdana di festival pada 2023, sebelum akhirnya dirilis global dua tahun kemudian.

Tentang Waktu yang Berjalan Pelan dan Aroma Kopi yang Menenangkan nonfiksi

Tentang Waktu yang Berjalan Pelan dan Aroma Kopi yang Menenangkan

Jum'at, 24 Oktober 2025 | 13:06 WIB

Di sebuah kafe kecil, waktu seolah berhenti di antara aroma kopi dan tawa hangat, tersimpan pelajaran sederhana. Bagaimana caranya benar-benar di Buaian Coffee & Service.

Review Film No Other Choice yang Dibayang-bayangi Kemenangan Parasite di Oscar, Lebih Lucu? nonfiksi

Review Film No Other Choice yang Dibayang-bayangi Kemenangan Parasite di Oscar, Lebih Lucu?

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 09:05 WIB

No Other Choice memiliki kesamaan cerita dengan Parasite, serta sama-sama dinominasikan untuk Oscar.

×
Zoomed