Senin, 01 Jan 2024
Memoar Aktivis 98 yang Diculik (5): Gilang, Pengamen yang Melawan Soeharto Home > Detail

Memoar Aktivis 98 yang Diculik (5): Gilang, Pengamen yang Melawan Soeharto

Reza Gunadha

Rabu, 22 Mei 2019 | 09:00 WIB

Suara.com - Reformasi 98 adalah karya massa, sebab tak hanya mahasiswa, tapi juga buruh, petani, kaum miskin perkotaan, ibu-ibu, hingga pelajar ikut menyumbangkan tenaga, pikiran, air mata maupun darah untuk mendobrak kekuasaan Orde Baru.

Selain ditebus oleh darah aktivis Reformasi 98 yang meninggal, ada pula 13 aktivis hingga kekinian tak diketahui rimbanya.

Salah satu aktivis yang hingga kekinian dinyatakan hilang setelah diculik aparat pada medio 1990-an adalah seorang pengamen, lulusan STM bernama Gilang.

Adalah Lilik Hastuti Setyowatiningsih, seorang perempuan yang aktif menjadi aktivis Prodemokrasi pada era 1990-an, menceritakan sejumput kisah kenang-kenangannya dengan Gilang. Berikut kisahnya.

[Suara.com/Ema Rohimah]
[Suara.com/Ema Rohimah]

Gilang, aku dan kawan-kawan kala itu memanggilmu sebagai Tarzan. Aku Lupa bagaimana ihwal panggilan itu.

Aku tersedu-sedu ketika mendengar berita kamu tewas. Diculik. Ditembak. Ditemukan di tengah hutan di Saradan Madiun, Jawa Timur.

Kami sedang dalam gairah besar membangun gerakan di Solo pada medio 1994-95, bersama SMID dan PRD.

Lalu, sesosok anak muda bertubuh kurus, tinggi semampai, dengan rambut acak-acakan itu tiba-tiba setiap pagi kerap tertidur sambil menekuk kaki di selembar karpet sekretariat kami.

Kadang-kadang, dia tertidur di teras depan pintu sekretariat. Dia tidur di sana kalau pintu sekretariat terlanjur terkunci.

Paginya, ketika kami sudah bersiap-siap piket menyapu, bersih-bersih sekretariat, sesosok tinggi jangkung dengan rambut acak-acakan itu masih saja mengorok.

Namanya Leonardus Iskandar, kami memanggilnya Tarzan. Dia baru lulus STM waktu itu. Sering mengamen di jalanan.

Ketika sering berdiskusi dengan kami, Gilang tertarik ikut aksi-aksi massa. Lalu, dia membantu membuat spanduk, menyebarkan selebaran, menjadi pasukan pengaman dalam aksi.

Karena kerap aktif membantu, dia lancar berbicara tentang politik. Dia fasih menjelaskan mengenai apa itu lima paket undang-undang politik, pentingnya upah buruh nasional, dan terpenting: menumbangkan rezim Soeharto. Tapi Tarzan tetap saja bangun siang.

Aku benar-benar masih mengingat kelakuanmu Gilang. Kamu suka mencongkel tutup telepon sekretariat. Memakai pensil, kau bisa memencet nomor dan menelepon siapa saja dan semaunya.

Hari berikutnya, giliran kami yang kelabakan mencari uang untuk membayar tagihan telepon sekretariat. Kepadanya, aku kerap marah.

Foto Gilang, pengamen yang juga aktivis PRD, sedang dipegang oleh kedua orangtuanya. Gilang diculik, ditembak, dan jasadnya ditemukan di tengah hutan di Saradan Madiun, Jawa Timur.
Foto Gilang, pengamen yang juga aktivis PRD, sedang dipegang oleh kedua orangtuanya. Gilang diculik, ditembak, dan jasadnya ditemukan di tengah hutan di Saradan Madiun, Jawa Timur.

Tapi, apa yang membuatku menangis meraung mendengar penemuan jasadmu adalah, aku tak pernah sekali pun meminta maaf.

Aku tak pernah meminta maaf kepadamu Gilang, hingga aku pindah dari Solo ke Surabaya, lalu ke Jakarta, sampai akhirnya mendengar kabar penemuan jasadmu.

Lantas aku mendengar, lamat-lamat, bagaimana kau tetap setia membangun organisasi. Pada masa-masa genting penumbangan Soeharto, kau adalah bagian tulang punggung gerakan di Solo.

Kau tak pernah surut langkah. Kau makin maju dan maju. Tarzan, aku berdoa panjang untukmu. Aku meminta maaf, dulu kerap marah padamu.

Saat pertama bertemu ibumu, Bu Budiarti Fattah, perempuan hebat yang mendidik adik-adikmu secara sangat luar biasa dan kini semua lulus menjadi sarjana, aku memeluknya erat.

Aku bilang kepada ibundamu, dulu aku galak kepada Gilang, Bu. Sering marah. Ibumu tersenyum-senyum. Tarzan, berbahagialah kau di sana ya.

Terbaru
Di Balik Kepulan Asap: Siapa Raup Untung dari PLTU Baru Suralaya?
polemik

Di Balik Kepulan Asap: Siapa Raup Untung dari PLTU Baru Suralaya?

Kamis, 19 September 2024 | 20:06 WIB

Data Kementerian ESDM akhir 2023 menunjukkan oversupply listrik di grid Jawa-Bali mencapai 4 gigawatt. Artinya, keberadaan PLTU baru sebenarnya tidak terlalu mendesak.

Cuma Heboh di Dunia Maya, Ada Apa di Balik Skenario Fufufafa? polemik

Cuma Heboh di Dunia Maya, Ada Apa di Balik Skenario Fufufafa?

Kamis, 19 September 2024 | 08:29 WIB

Apa yang terjadi pada isu Fufufafa sudah bukan lagi echo chamber. Perbincangan isu Fufufafa sudah crossed platform media sosial and crossed cluster.

Polemik Akun Fufufafa: Fakta Kabur yang Menciptakan Kebingungan Publik polemik

Polemik Akun Fufufafa: Fakta Kabur yang Menciptakan Kebingungan Publik

Selasa, 17 September 2024 | 20:10 WIB

Kecurigaan mengenai Gibran sebagai pemilik akun Fufufafa bermula dari postingan seorang netizen

Perilaku Kejahatan Anak Makin Liar: Gejala Anomie yang Tak Cukup Diselesaikan Lewat Penjara polemik

Perilaku Kejahatan Anak Makin Liar: Gejala Anomie yang Tak Cukup Diselesaikan Lewat Penjara

Sabtu, 14 September 2024 | 20:09 WIB

Kondisi anomie acap kali menyertai setiap perubahan sosial di masyarakat.

Kasus Nyoman Sukena: Peringatan Darurat Pelestarian Landak Jawa polemik

Kasus Nyoman Sukena: Peringatan Darurat Pelestarian Landak Jawa

Jum'at, 13 September 2024 | 20:20 WIB

Dengan penuh kasih sayang, Nyoman Sukena memelihara dua ekor Landak Jawa itu

Menantu Hingga Anak Jokowi di Pusaran Dugaan Gratifikasi: Masihkah KPK Punya Taji? polemik

Menantu Hingga Anak Jokowi di Pusaran Dugaan Gratifikasi: Masihkah KPK Punya Taji?

Jum'at, 13 September 2024 | 09:54 WIB

Pada prosesnya nanti, KPK harus mengusut pihak yang memberikan dan memastikan maksud pemberian dugaan gratifikasi itu.

Babak Baru Seteru PKB-PBNU: Cak Imin dan Gus Yahya Semakin Jauh dari Titik Temu polemik

Babak Baru Seteru PKB-PBNU: Cak Imin dan Gus Yahya Semakin Jauh dari Titik Temu

Kamis, 12 September 2024 | 17:32 WIB

Dinamika ini mengundang pertanyaan besar: benarkah tidak ada konflik di balik layar?