Kabar pemecatan Shin Tae-yong dari kursi pelatih Tim Nasional Indonesia telah melukis awan kelabu di atas lapangan hijau.
Shin Tae-yong, sang arsitek permainan dari Korea Selatan, telah mengubah sepak bola nasional menjadi epik yang memukau.
Harus diakui, sejak dia bergabung, sepak bola timnas tidak hanya sekadar permainan, melainkan menjadi seni yang menggugah, taktik cerdas, dan strategi penuh kejutan.
Setiap pertandingan bukan lagi pertarungan fisik belaka, tetapi juga adu strategi yang menarik dan mempesona.
Namun, layaknya narasi dalam drama klasik, setiap cerita harus menghadapi konfliknya. Pemecatan Shin Tae-yong bukanlah akhir dari sebuah babak saja, tetapi lebih dari itu—ia merupakan simbol dari konflik yang lebih besar yang tengah berlangsung dalam tubuh sepak bola itu sendiri.
Peristiwa ini bukan hanya tentang hilangnya seorang pelatih, tetapi tentang hilangnya nilai dan prinsip. Shin telah mengajarkan kepada kita bahwa sepak bola adalah lebih dari sekadar menang dan kalah.
STY juga mengajarkan sepak bola adalah tentang bagaimana bermain, tentang strategi yang berani dan berbeda, tentang membangun tim dari nol dengan semangat yang berkobar.
Pelajarannya adalah bahwa sepak bola—seperti kehidupan—adalah tentang perjalanan, bukan hanya tujuan.
Mungkin saat ini, di suatu tempat yang jauh dari sorotan publik dan hiruk pikuk stadion, Coach Shin masih merenungkan taktik untuk pertandingan yang tidak akan pernah dia mainkan.
Sedangkan kita, sebagai penggemar dan penikmat sepak bola, dibiarkan untuk merenungkan bagaimana sepak bola telah berubah.
Pemecatan Shin Tae-yong adalah sebuah pengingat bahwa sepak bola, seperti kanvas yang terus dicat ulang, adalah cerminan dari kehidupan kita: dinamis, berubah, dan tidak selalu adil.
Memotong anggaran fungsi pendidikan demi program ambisius MBG hanya akan merugikan masyarakat.
Meniru secara mentah-mentah program serupa dari negara lain tanpa mempertimbangkan konteks lokal dapat menjadi jebakan.
PSSI bungkam soal siapa sosok pengganti Shin Tae-yong, tetapi rumor menyebut Patrick Kluivert sebagai kandidat utama.
Semua dipicu oleh keputusan STY yang membangkucadangkan Thom Haye dan Sandy Walsh saat Timnas Indonesia dikalahkan China pada 15 Oktober 2024.
DPR sebagai lembaga negara yang menjadi 'tempat kerja' wakil rakyat menghasilkan regulasi kerap berada di urutan ketiga ataupun kedua dari posisi buncit.
Setidaknya 80,9 persen responden menyatakan puas dengan Pemerintahan 100 hari Prabowo-Gibran.
Apakah Prabowo Subianto akan melakukan reshuffle kabinet pada 100 hari pertama kepemimpinannya? Siapa saja yang akan diganti?
Kelompok intelektual yang terkenal dengan daya nalar kritis yang berpedoman pada Tri Dharma Perguruan Tinggi terbelah, ada yang menerima pun menolak.