Suara.com - Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) akhirnya mengumumkan pemecatan Shin Tae-yong (STY) dari kursi pelatih kepala Timnas Indonesia dan U-23. Pembahasan siapa sosok yang akan menjadi penggantinya pun menyeruak di mana Patrick Kluivert digadang-gadang sebagai calon terkuat.
PSSI resmi memecat eks pelatih Korea Selatan di Piala Dunia 2018 itu melalui konferensi pers di Menara Danareksa, Jakarta Pusat pada Senin (6/1/2025) siang WIB.
Pengumuman didepaknya STY dari kursi pelatih diumumkan langsung Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI. Dia menegaskan hal itu dilakukan demi kepentingan tim nasional Indonesia.
PSSI, disebut Erick Thohir, punya ambisi besar untuk meloloskan Timnas Indonesia ke Piala Dunia.
"Tentu, apa yang kami lakukan hari ini, tidak lain untuk kebaikan tim nasional," kata Erick Thohir membuka konferensi pers.
"Kami melihat perlunya ada pimpinan (pelatih) yang bisa lebih menerapkan strategi yang tentu disepakati oleh para pemain. Komunikasi yang lebih baik dan tentu implementasi program yang lebih baik secara menyeluruh untuk Timnas."
Pemecatan ini mengakhiri kerjasama Timnas Indonesia dan Shin Tae-yong yang sudah terjalin selama kurang lebih lima tahun.
Shin Tae-yong pertama kali ditunjuk sebagai pelatih Timnas Indonesia pada 28 Desember 2019. Saat itu, Ketua Umum PSSI masih dijabat Mochamad Iriawan.
Meski demikian, juru taktik asal Korea Selatan itu baru menjalani debutnya sebagai pelatih Timnas Indonesia pada 25 Mei 2021 saat Garuda kalah 2-3 dari Afganistan dalam laga uji coba.
Debut eks pemain klub Korea Selatan, Ilhwa Chunma itu tertunda karena sepak bola Indonesia sempat vakum sepanjang 2020 karena pandemi Covid-19.
Sebelum diberhentikan, Shin Tae-yong sejatinya sempat mendapatkan perpanjangan kontrak tiga tahun hingga 2027 pada Juni 2024. Kontrak itu diberikan PSSI pimpinan Erick Thohir setelah STY memenuhi target dengan melangkah ke 16 besar Piala Asia 2023 dan melaju ke semifinal Piala Asia U-23 2024.
Menebak Pengganti Shin Tae-yong
Erick Thohir dalam konferensi pers yang sama, menegaskan bahwa PSSI telah menemukan sosok pengganti Shin Tae-yong di kursi pelatih kepala Timnas Indonesia.
Meski demikian, lelaki yang juga menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu masih merahasiakan nama sang juru taktik baru. Dia cuma mengungkap bahwa acara perkenalannya akan dilakukan pada Minggu (12/1/2025) sore WIB mendatang.
"Kami sudah mendapatkan calonnya. Kami juga akan undang semua media untuk hadir dalam konferensi pers tanggal 12 [Januari 2025] kurang lebih pukul 16.00 sore [WIB]," kata Erick Thohir.
"Nanti kalau awak media ingin tanya jawab, langsung saja ke pelatihnya. Tanggal 11 [Januari] malam [WIB] dia sudah di Indonesia."
Erick menjelaskan bahwa jajaran PSSI sempat bertolak ke Eropa untuk bertemu dengan beberapa kandidat pelatih. Dari sekian banyak, beberapa dari mereka setuju dengan proyek dan target yang diberikan PSSI.
"Kami ingin lolos ke Piala Dunia [2026]. Beberapa kandidat kami wawancara dan banyak dari mereka setuju soal target itu," kata Erick Thohir.
Media Italia, Tuttosport mengabarkan bahwa PSSI mengincar pelatih asal Eropa untuk menggantikan Shin Tae-yong. Erick Thohir pun mengonfirmasi perihal itu.
Meski belum ada nama yang dilontarkan PSSI secara resmi ke publik hingga saat ini, terdapat rumor yang menyebut sosok pelatih baru Timnas Indonesia berasal dari Belanda. Dia adalah eks bintang Barcelona, Patrick Kluivert.
Informasi itu salah satunya disampaikan jurnalis sekaligus komentator sepak bola Haris Pardede melalui kanal YouTube-nya, Bung Harpa, Senin (6/1/2025).
Haris, yang mengklaim telah mengonfirmasi informasi itu ke berbagai sumber, menyebut Patrick Kluivert merupakan kandidat kuat pengganti Shin Tae-yong.
"Jika kalian menebak Patrick Kluivert, ya itu dia. Saya mendapatkan informasi dari beberapa sumber yang kredibel," kata Haris Pardede.
Erick Thohir dalam konferensi pers juga mengakui Kluivert menjadi satu dari tiga kandidat calon pelatih Timnas Indonesia. Meski demikian dia enggan tak mau memastikan legenda timnas Belanda itu sebagai pelatih baru skuad Merah Putih.
“Kami sudah wawancara, ada tiga nama [calon pelatih baru]. Dari tiga nama itu, salah satunya nama yang disebut tadi (Kluivert). Kami juga sudah wawancara asisten untuk pendamping pelatih," kata Erick.
Kiprah Patrick Kluivert
Patrick Kluivert merupakan nama besar di sepak bola Belanda dan bahkan dunia. Namanya bersinar ketika masih berkarier sebagai pemain.
Menyitat Transfermarkt, Kluivert mengawali karier profesional di tim muda Ajax Amsterdam sebelum dipromosikan ke Ajax U-17 pada Juli 1991, dan berturut-turut naik ke U-19 pada 1992, dan tim senuor dua musim berselang.
Bersama Ajax Amsterdam, Kluivert yang berposisi sebagai penyerang tengah bersinar terang. Dia membantu tim asuhan Louis van Gaal itu meraih dua gelar Eredivisie (94/95, 94/95), Piala Super Belanda (1995, 1996), Piala Intercontinental (1995), Piala UEFA Supercup (95/96), dan puncaknya Liga Champions 1994/1995.
Kluivert kemudian menocba peruntungan untuk berkarier di luar Belanda dengan membela AC Milan pada 1997, tetapi dia cuma bertahan semusim dan memutuskan pindah ke Barcelona yang saat itu dipimpin eks pelatihnya di Ajax, Louis van Gaal.
Bersama Barcelona, Kluivert bermain selama empat musim sebelum secara mengejutkan pindah ke Newcastle United pada Juli 2004. Di Camp Nou, striker lincah itu tercatat cuma meraih satu gelar yakni trofi Liga Spanyol 1998/1999.
Namun, secara individu, Kluivert tetap menjadi salah satu penyerang berbahaya. Hal itu dia buktikan ketika menjadi top skor EURO 2000 dengan lima gol untuk Timnas Belanda.
Setelah pindah ke Newcastle, Kluivert berturut-turut bergonta-ganti klub. Dia hengkang ke Valencia pada 2005 sebelum pulang ke Belanda dengan membela PSV Eindhoven setahun berselang.
Bersama PSV, karier Kluivert juga tidak awet. Dia kemudian mencari peruntungan ke Prancis dengan membela LOSC Lille sebelum memutuskan pensiun pada 1 Juli 2008.
Menyitat Transfermarkt, sepanjang kariernya di level klub, Kluivert berhasil mencetak 206 gol dan 85 assist dalam 480 pertandingan. Periode paling produktifnya terjadi saat membela Barcelona dengan 122 gol dan 63 assist dalam 257 laga.
Sementara di level internasional, Kluivert tercatat mencetak 40 gol dan tujuh assist dalam 79 pertandingan untuk Timnas Belanda.
Setelah memutuskan gantung sepatu sebagai pemain, Kluivert mulai merambah karier sebagai pelatih dengan menjabat pelatih penyerang di AZ Alkmaar di bawah pimpinan Ange Postecoglou dari Juli 2009 hingga Desember 2009.
Setelahnya, dia berturut-turut menjadi asisten manajer Brisbane Roar (Januari 2010-Juni 2010), pelatih penyerang NEC Nijmegen (Agustus 2010-Juni 2011), dan manajer FC Twente U-21 pada Juli 2011 hingga Juni 2013 (46 laga).
Kluivert mendapat kepercayaan menjadi asisten manajer Timnas Belanda pada Agustus 2012 hingga Juli 2024, sebelum untuk pertama kalinya menjadi manajer tim senior ketika menukangi Curacao.
Eks penyerang ganas itu mau memimpin negara mantan jajahan Belanda itu karena ibunya merupakan perempuan yang lahir di pulau tersebut, sebagaimana penjelasan laman resmi FIFA.
"Ibu saya berasal dari pulau ini dan saya sungguh ingin membalas budi pulau ini — itulah alasan saya ada di sini,” kata Kluivert setelah resmi dilantik sebagai pelatih Curacao pada 2015.
Dia tercatat memimpin Curacao dari Maret 2015 hingga Juni 2016 dengan hanya menjalani delapan pertandingan. Rinciannya, Kluivert membawa Curacao menang tiga kali, kalah tiga kali dan imbang dua kali.
Setelah Curacao, Kluivert kembali ke Belanda untuk menjadi manajer Ajax U-19 pada 2016, sebelum kembali ke Curacao sebagai penasihan strategis dari Juli 2016 hingga Juni 2018, sebelum menjabat direktur olahraga Paris Saint-Germain (PSG) pada Juli 2016 hingga Juni 2017.
Kluivert kemudian melanglang buana menjadi asisten manajer Kamerun pada Agustus 2018 hingga Juli 2019, menjabat manajer akademi Barcelona selama tiga musim dari Juli 2019 hingga Juni 2021, sebelum kembali menukangi Curacao dengan status interim selama tujuh bulan pada 2021.
Jabatan terakhir Kluivert sebelum dirumorkan ditunjuk menjadi pelatih Timnas Indonesia adalah manajer klub Turki, Adana Demirspor. Kiprahnya di klub tersebut pun tidak lama, hanya dari Juli hingga Desember 2023 dengan total melakoni 20 laga (8 menang, enam imbang dan 6 kalah).
Di klub terakhirnya, Kluivert tercatat paling sering menggunakan formasi 4-2-3-1. Hanya sekali dirinya memakai skema 4-3-3 ketika ditahan imbang Kayseripor pada matchday ke-13, tepatnya 26 November 2023 lalu.
Menyitat Transfermarkt, Kluivert sama sekali belum memberikan pencapaian berupa trofi selama berkarier di dunia kepelatihan.
Kecocokan Kluivert untuk Timnas Indonesia
Kluivert memang bukan sosok yang punya rekam jejak mentereng di dunia kepelatihan. Namun, salah satu keunggulan dari sosok 48 tahun itu adalah nama besar dan fakta bahwa dirinya berkebangsaan Belanda.
Menurut pengamat sepak bola nasional, Kesit Budi Handoyo, status Kluivert sebagai bintang besar saat masih bermain bisa menjadi keunggulan tersendiri saat melatih Timnas Indonesia.
Para pemain Garuda, di atas kertas bakal menghormatinya lantaran selama berkarier sebagai pesepak bola, memiliki segudang prestasi di kancah Eropa dan internasional.
"Dia punya nama, dia punya pengalaman juga. Dia juga pernah tampil di Piala Dunia sebagai pemain," kata Kesit kepada Suara.com.
Kesit menyebut Kluivert bakal lebih mudah beradaptasi dengan para pemain karena mayoritas penggawa keturunan Indonesia berasal dari Belanda.
"Chemistry dengan pemain juga mungkin akan cepat terjalin karena dia dari Belanda. Artinya, bisa lebih ada kedekatan emosional dengan para pemain," tambahnya.
Menurut Kesit, siapapun yang nantinya ditunjuk PSSI, harusnya sosok pelatih yang punya kompetensi melebihi Shin Tae-yong. Dalam aspek ini, Kluivert sejatinya dianggap tak masuk kriteria.
Kiprah Kluivert sebagai pelatih tidak mentereng. Bahkan, dia tercatat baru dua kali menjabat sebagai manajer tim senior baik di klub maupun tim nasional. Dari kesempatan itu, dia pun tidak membuat pencapaian signifikan semisal gelar juara.
"Kalau dari sisi nama, siapa yang tidak kenal Patrick Kluivert? Tapi kalau dari sisi kepelatihan, kita masih harus melihat lagi dia sejauh mana," kata Kesit.
Di atas kertas, Kluivert merupakan pelatih yang kerap menggunakan formasi dasar 4-2-3-1, sementara Timnas Indonesia asuhan Shin Tae-yong terbiasa memainkan formasi 3-4-2-1.
Artinya, Kluivert akan dihadapkan pada upaya mengubah sistem yang cukup besar dalam tubuh Timnas Indonesia yakni dari sistem tiga bek tengah menjadi dua bek tengah.
Ini akan menjadi tantangan besar bagi Kluivert mengingat tidak ada banyak waktu baginya untuk mengimplementasikan filosofi dan ide sepak bolanya ke dalam Timnas Indonesia.
Di atas kertas, Timnas Indonesia memang memiliki waktu 2,5 bulan sebelum memainkan lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada Maret 2025.
Namun, para pemain Garuda khususnya yang berkarier di luar negeri, baru bisa berkumpul dengan tim hanya beberapa hari sebelum pertandingan, mengingat klub baru bisa melepas mereka saat jeda internasional.
Beban Kluivert di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Andai ditunjuk menjadi pelatih baru Timnas Indonesia, Patrick Kluivert memiliki beban besar mengingat skuad Merah Putih sudah ditunggu lanjutan Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Sebelum dipecat, Shin Tae-yong telah mewarisi penerusnya dengan situasi yang cukup baik di babak kualifikasi. Garuda saat ini menduduki peringkat ketiga Grup C dengan koleksi enam poin dari enam pertandingan.
Di atas kertas, Timnas Indonesia masih punya peluang untuk melangkah ke Piala Dunia 2026 atau minimal melaju ke putaran keempat andai meraih hasil positif di empat laga sisa yang akan dimainkan pada 2025.
Timnas Indonesia akan bertandang ke markas Australia dan menjamu Bahrain masing-masing pada 20 dan 25 Maret mendatang. Sementara laga kandang kontra China dan tandang melawan Jepang bakal berlangsung pada 5 dan 10 Juni 2025.
Kesit Budi Handoyo tidak menampik keputusan PSSI untuk memecat Shin Tae-yong di tengah jalan memunculkan risiko. Baik Kluivert maupun sosok lain, dianggap sama-sama berpeluang untuk gagal dan bahkan membuat Timnas Indonesia bermain lebih buruk.
"Risikonya, siapapun pelatihnya, konsekuensi yang harus diterima PSSI adalah Timnas bisa jadi lebih bagus, atau malah semakin tidak bagus dari yang kita pikirkan," kata Kesit.
Di TK Al-Azhar, sekitar 20 dari 200 siswa penerima program MBG tidak mendapatkan paket tersebut.
Memotong anggaran fungsi pendidikan demi program ambisius MBG hanya akan merugikan masyarakat.
Meniru secara mentah-mentah program serupa dari negara lain tanpa mempertimbangkan konteks lokal dapat menjadi jebakan.
Semua dipicu oleh keputusan STY yang membangkucadangkan Thom Haye dan Sandy Walsh saat Timnas Indonesia dikalahkan China pada 15 Oktober 2024.
Politikus PDIP Aria Bima memastikan bahwa partainya tidak akan serampangan menyaring nama pengganti Hasto.
Kita belajar dari pengalaman pemerintahan 10 tahun Jokowi, kan penegakan hukum enggak berjalan dengan baik. Itu saja problemnya, jelas Herlambang.
Dengan penghapusan syarat tersebut, setiap partai politik peserta pemilu memiliki peluang yang sama untuk mencalonkan presiden.