Kocok Ulang Peta Politik Usai PT 20 Persen Dihapus: Bagaimana Peluang Gibran hingga Anies Baswedan di Pilpres 2029?
Home > Detail

Kocok Ulang Peta Politik Usai PT 20 Persen Dihapus: Bagaimana Peluang Gibran hingga Anies Baswedan di Pilpres 2029?

Bimo Aria Fundrika | Yaumal Asri Adi Hutasuhut

Senin, 06 Januari 2025 | 12:00 WIB

Suara.com - Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menghapus presidential threshold 20 persen tak hanya mendapat respons positif dari masyarakat sipil. Keputusan ini juga diprediksi mengubah peta politik Pilpres 2029.

Dengan penghapusan syarat tersebut, setiap partai politik peserta pemilu memiliki peluang yang sama untuk mencalonkan presiden. Dampaknya, masyarakat akan dihadapkan pada lebih banyak pilihan calon.

Situasi ini berbeda jauh dari Pilpres 2024, saat opsi calon presiden terbatas. Saat itu, partai politik di parlemen terpaksa berkoalisi untuk memenuhi ambang batas pencalonan sebesar 20 persen.

Pengamat politik Rocky Gerung menilai putusan MK berpotensi memengaruhi langkah Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden ke-7 Joko Widodo, dalam Pilpres 2029.

Persaingan yang lebih terbuka akibat dihapusnya presidential threshold 20 persen dinilai dapat menjegal peluang Gibran melaju sebagai calon presiden.

Rocky menjelaskan, jika ambang batas tersebut tidak dihapus, Jokowi masih memiliki kendali kuat untuk memobilisasi partai-partai politik demi mendukung putranya. Namun, putusan MK ini membuka ruang bagi munculnya kandidat baru yang lebih berkualitas dan bisa menjadi pesaing serius bagi Gibran.

"Dalil 0 persen atau putusan judicial review yang akhirnya menganggap bahwa inkonstitusional kalau tidak 0 persen. Itu juga dorongan supaya nanti di 2029 yang bermutulah yang harusnya diajukan sebagai calon," kata Rocky dikutip Suara.com dari tayangan video pada kanal YouTube pribadinya, Senin  (5/1/2025).

Rocky Gerung (YouTube/TangkapanLayar)
Rocky Gerung (YouTube/TangkapanLayar)

Pakar komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, memiliki pandangan berbeda. Menurutnya, Gibran Rakabuming Raka tetap berpeluang diusung pada Pilpres 2029, meski hingga kini belum bergabung dengan partai politik mana pun.

Jamiluddin menekankan bahwa Gibran perlu menjaga dua hal penting agar tetap masuk bursa Pilpres 2029: popularitas dan elektabilitas.

"Pada dasarnya, partai politik akan memilih kandidat yang bisa membawa mereka menuju kemenangan," ujarnya. Popularitas dan elektabilitas yang tinggi adalah kunci untuk menarik perhatian partai politik.

"Selama dua hal itu dipenuhi, selama itu pula lah akan diusung partai politik tertentu," kata Jamiluddin kepada Suara.com.

Peluang Gibran Maju Pilpres Usap Penghapusan PT 20%. (Desain Grafis/Suara.com)
Peluang Gibran Maju Pilpres Usap Penghapusan PT 20%. (Desain Grafis/Suara.com)

Menurut Jamiluddin, Gibran mulai membangun modal politik sejak menjabat sebagai wakil presiden. Hal ini terlihat dari berbagai agenda blusukannya, mulai dari bertemu masyarakat hingga memantau proyek pembangunan.

Ia menambahkan, jika Prabowo terus memberi Gibran ruang untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat, potensi putra sulung Jokowi itu menjadi kompetitor kuat di Pilpres 2029 semakin besar.

Sementara itu, pengamat politik dari Citra Institute, Yusak Farhan, menyebut Gibran sudah memiliki dukungan potensial dari setidaknya satu partai, yakni Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang dipimpin adiknya, Kaesang Pangarep.

“Nama Jokowi masih akan menjadi daya tarik utama yang melekat pada Gibran,” ujar Yusak.

"Tapi soal peluang keterpilihan, ya memang hari ini masih terlalu dinilah menyimpulkan siapa yang potensial terpilih," kata Yusak kepada Suara.com.

Memprediksi Calon Potensial 2029

Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta yang menjadi calon presiden pada Pilpres 2024, dinilai masih memiliki peluang besar di 2029. Meski tanpa jabatan partai atau pemerintahan, Anies mampu menjaga eksistensinya sebagai tokoh publik.

Menurut Jamiluddin, Anies memiliki kemampuan menarik perhatian publik lewat pernyataan-pernyataan strategis. Ini menjadi modal utama untuk menjaga popularitas dan elektabilitasnya, sehingga tetap diminati partai politik.

Anies Baswedan (Instagram/aniesbaswedan)
Anies Baswedan (Instagram/aniesbaswedan)

Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum Partai Demokrat, juga dipandang sebagai figur potensial untuk Pilpres 2029. Meskipun gagal menjadi calon wakil presiden di Pilpres 2024, posisi AHY sebagai ketua umum partai menjadi aset penting.

Jamiluddin menilai, AHY semakin diuntungkan dengan jabatannya sebagai Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan dalam Kabinet Indonesia Maju. 

Jabatan strategis ini memberinya ruang untuk bekerja sambil memamerkan kinerja sebagai bentuk kampanye terselubung.

Dengan strategi ini, AHY memiliki peluang untuk memperkuat citranya di hadapan masyarakat sekaligus mengokohkan posisinya sebagai calon presiden potensial di masa depan.

"Ini akan menjadi penilaian masyarakat bahwa dia (AHY) adalah sosok potensial untuk memimpin negeri ini," kata Jamiluddin.

Selain AHY, beberapa tokoh lain disebut berpotensi maju di Pilpres 2029. Yusak dan Jamiluddin menyebut nama-nama seperti Yusril Ihza Mahendra, Mahfud MD, Sandiaga Uno, dan Erick Thohir. Secara finansial, Erick dan Sandiaga dianggap memiliki keunggulan. Jamiluddin menambahkan, keduanya hanya perlu menjaga popularitas dan elektabilitas mereka untuk tetap relevan.

Bagi Sandiaga, Pilpres bukan hal baru. Pada Pilpres 2019, ia menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo melawan Jokowi-Ma’ruf Amin. Meski gagal, Sandiaga tidak menyerah.

Pada Pilpres 2024, ia menunjukkan manuver politik dengan berpindah dari Partai Gerindra ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Langkah ini memicu spekulasi bahwa Sandiaga berharap bisa menjadi pendamping Ganjar Pranowo, calon presiden dari PDIP. Namun, pilihan justru jatuh pada Mahfud MD.

Tak hanya itu, isu lain sempat muncul ketika hubungan Anies Baswedan dan AHY dikabarkan merenggang. Sandiaga disebut berencana membentuk poros baru dengan mengawinkan PPP dan Partai Demokrat. Skema ini memunculkan wacana dirinya sebagai calon presiden, sementara AHY menjadi calon wakil presidennya.

"Saya melihat ada kesamaan pola pikir, kalau memang akhirnya yang mau digabungkan itu adalah konsolidasi, konsolidasi besar," kata Sandiaga pada Agustus 2023 lalu.

Sementara Erick Thohir, pada Pilpres 2024 lalu, juga sempat akan disandingkan dengan Prabowo sebagai calon wakil presiden. Partai Amanat Nasional (PAN), salah satu partai yang berkeinginan mengawinkan Erick dengan Prabowo.

Berdasarkan hasil berbagai lembaga survei, namanya menduduki posisi ketiga teratas sebagai calon wakil presiden. Namun, nyatanya modal elektabilitas tersebut tak serta merta dapat membuatnya berkontestasi pada Pilpres 2024. Prabowo pada akhirnya memilih Gibran, putra sulung Jokowi.

Parpol di KIM Plus: Wait and See

Yusak menilai saat ini para partai politik di Koalisi Indonesia Maju Plus dalam posisi wait and see. Meskipun dengan adanya putusan MK tersebut, mereka yang berkeinginan maju di Pilpres 2029 sudah mulai dapat bergerak demi meningkatkan elektabilitas.

Menurut dia, partai pendukung tidak ingin terburu-buru menyikapi putusan MK dengan langsung mengumumkan calon presiden yang akan diusung, karena berpotensi mengganggu jalan pemerintahan Prabowo-Gibran yang belum genap 100 hari berjalan.

Namun putusan ini, tetap akan dimanfaatkan para partai pendukung Prabowo-Gibran, termasuk yang berada di luar pemerintahan. Bahkan menurut Yusak, tak menutup kemungkinan masing-masing partai politik mengajukan calon presidennya sendiri, sehingga  nama-nama baru berpotensi akan keluar.

"Karena di 2029 sudah bisa maju kan, tinggal dukungan satu partai saja cukup.Yang penting partai peserta pemilu kan," kata Yusak.

Yusak bilang putusan MK yang berdampak akan banyaknya calon presiden, berpotensi membuat  Pilpres 2029 berlangsung dua putaran. Hal itu berkaca pada Pilpres 2004 yang diikuti lima pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. 

Pada saat itu yang berhasil lolos melaju ke putaran kedua, yakni Susilo Bambang Yudhoyono  dan Jusuf Kalla  melawan Megawati Soekarnoputri dan Hasyim Muzadi.

Dengan potensi tersebut, partai politik tidak terlalu mempertimbangkan soal menang atau kalah,  yang terpenting menurutnya,  adalah bertempur terlebih dahulu. Sehingga putaran pertama pada Pilpres 2029 menjadi sangat seksi.

"Artinya kalau terjadi dua putaran,  maka kandidat yang kalah di putaran pertama itulah yang berpotensi untuk melakukan tawar-menawar politik di putaran kedua," ujarnya.

Sementara Jamiluddin menilai,  masing-masing partai politik sudah seharusnya mulai memanfaatkan kesempatan ini, dengan mempersiapkan kandidatnya masing-masing, jika ingin menang pada Pilpres 2029.

"Mulailah mereka dari sekarang, memunculkan dirinya dengan cara-cara yang elegan. Sehingga masyarakat menilai mereka itu dari hari ke hari semakin baik. Dan itu memberi nilai plus buat mereka untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas," ujar Jamiluddin. 


Terkait

YLBHI Dorong Rakyat Kawal Putusan MK dan Cegah Politisasi DPR
Sabtu, 04 Januari 2025 | 23:25 WIB

YLBHI Dorong Rakyat Kawal Putusan MK dan Cegah Politisasi DPR

Mahkamah Konstitusi telah menghapus ambang batas pencalonan presiden 20 persen, memberikan harapan baru bagi demokrasi di Indonesia.

YLBHI Ajak Rakyat Awasi Implementasi Putusan MK, Cegah Manipulasi Politik dan Waspadai DPR
Sabtu, 04 Januari 2025 | 14:16 WIB

YLBHI Ajak Rakyat Awasi Implementasi Putusan MK, Cegah Manipulasi Politik dan Waspadai DPR

Namun demikian YLBHI mewaspadai tindak lanjut dari DPR RI atas putusan itu. Pasalnya beberapa putusan MK pernah dimaknai oleh DPR secara serampangan

Terbaru
Review Film Pangku: Menyelami Dilema Ibu Tunggal di Pantura yang Terlalu Realistis
nonfiksi

Review Film Pangku: Menyelami Dilema Ibu Tunggal di Pantura yang Terlalu Realistis

Sabtu, 08 November 2025 | 08:00 WIB

Pemilihan Claresta Taufan sebagai pemeran utama adalah bukti ketajaman mata Reza Rahadian sebagai sutradara.

Langkah Kecil di Kota Asing: Cerita Mahasiswa Perantau Menemukan Rumah Kedua di Jogja nonfiksi

Langkah Kecil di Kota Asing: Cerita Mahasiswa Perantau Menemukan Rumah Kedua di Jogja

Jum'at, 07 November 2025 | 19:50 WIB

Deway, mahasiswa Kalbar di Jogja, belajar menenangkan kecemasan dan menemukan rumah di kota asing.

Review Caught Stealing, Jangan Pernah Jaga Kucing Tetangga Tanpa Asuransi Nyawa nonfiksi

Review Caught Stealing, Jangan Pernah Jaga Kucing Tetangga Tanpa Asuransi Nyawa

Sabtu, 01 November 2025 | 08:05 WIB

Film Caught Stealing menghadirkan aksi brutal, humor gelap, dan nostalgia 90-an, tapi gagal memberi akhir yang memuaskan.

Niat Bantu Teman, Malah Diteror Pinjol: Kisah Mahasiswa Jogja Jadi Korban Kepercayaan nonfiksi

Niat Bantu Teman, Malah Diteror Pinjol: Kisah Mahasiswa Jogja Jadi Korban Kepercayaan

Jum'at, 31 Oktober 2025 | 13:18 WIB

Ia hanya ingin membantu. Tapi data dirinya dipakai, dan hidupnya berubah. Sebuah pelajaran tentang batas dalam percaya pada orang lain.

Review Film The Toxic Avenger, Superhero 'Menjijikkan' yang Anehnya Cukup Menghibur nonfiksi

Review Film The Toxic Avenger, Superhero 'Menjijikkan' yang Anehnya Cukup Menghibur

Sabtu, 25 Oktober 2025 | 08:00 WIB

Film ini rilis perdana di festival pada 2023, sebelum akhirnya dirilis global dua tahun kemudian.

Tentang Waktu yang Berjalan Pelan dan Aroma Kopi yang Menenangkan nonfiksi

Tentang Waktu yang Berjalan Pelan dan Aroma Kopi yang Menenangkan

Jum'at, 24 Oktober 2025 | 13:06 WIB

Di sebuah kafe kecil, waktu seolah berhenti di antara aroma kopi dan tawa hangat, tersimpan pelajaran sederhana. Bagaimana caranya benar-benar di Buaian Coffee & Service.

Review Film No Other Choice yang Dibayang-bayangi Kemenangan Parasite di Oscar, Lebih Lucu? nonfiksi

Review Film No Other Choice yang Dibayang-bayangi Kemenangan Parasite di Oscar, Lebih Lucu?

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 09:05 WIB

No Other Choice memiliki kesamaan cerita dengan Parasite, serta sama-sama dinominasikan untuk Oscar.

×
Zoomed