Drama Laut Andaman: Mengungkap Sindikat Perdagangan Manusia Rohingya di Aceh
Home > Detail

Drama Laut Andaman: Mengungkap Sindikat Perdagangan Manusia Rohingya di Aceh

Erick Tanjung

Rabu, 13 November 2024 | 14:11 WIB

Suara.com - Polisi memburu komplotan yang diduga terlibat perdagangan manusia terkait pengungsi Rohingya di Aceh. Enam orang ditangkap dalam sebulan terakhir, delapan lainnya masih jadi buronan.

TEMUAN mayat perempuan di sekitar pelabuhan Labuhan Haji, Aceh Selatan, pada Kamis, 17 Oktober 2024 lalu menghebohkan warga sekitar karena diduga pengungsi Rohingya. Keesokan harinya, sebuah kapal ditemukan terombang-ambing sekitar empat mil dari lepas pantai.

Polisi menyelidiki kapal tersebut dan menemukan lebih dari 150 pengungsi Rohingya di dalamnya, bersama dengan tiga mayat. Belakangan jumlah pengungsi yang ditemukan itu diketahui berjumlah 152 orang.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Aceh, Kombes Joko Krisdiyanto mengatakan para pengungsi Rohingya tersebut berangkat pada 9-12 Oktober 2024 dari Cox’s Bazar di Bangladesh, melintasi laut Andaman.

Polisi mengungkap kasus dugaan perdagangan orang terkait kedatangan pengungsi Rohingya di Aceh. [Kontributor Suara/Habil]
Polisi mengungkap kasus dugaan perdagangan orang terkait kedatangan pengungsi Rohingya di Aceh. [Kontributor Suara/Habil]

Mereka kemudian bergerak menuju perairan Aceh pada 13 Oktober 2024. Di Andaman, pengungsi Rohingya dipindahkan ke kapal nelayan KM Bintang Raseuki milik warga Labuhan Haji untuk dibawa ke daratan. Polisi menyebut kapal tersebut milik seorang warga berinisial H.

“Kapal yang membawa warga etnis Rohingya itu dibeli pelaku sekitar sebulan lalu dengan harga Rp580 juta," kata Joko beberapa waktu lalu.

Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Aceh, Kombes Ade Harianto mengatakan pengungsi Rohingya tersebut diduga telah tiba di perairan Aceh Selatan pada Rabu, 16 Oktober 2024.

Menurut Ade, rencananya para pengungsi Rohingya ini akan diteruskan ke Malaysia. Penelusuran polisi menunjukkan bahwa jumlah anggota rombongan itu awalnya 216 orang, tapi 50 orang diduga telah menuju Pekanbaru dengan biaya Rp20 juta, meskipun baru membayar Rp10 juta.

"Dari informasi yang didapat, mereka dilansir dari Andaman untuk dibawa ke daratan. Situasi ini mempertegas bahwa ini murni tindak pidana penyelundupan manusia," kata Ade.

Terkait dugaan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) atau penyelundupan manusia di Aceh Selatan, Polda Aceh telah menetapkan tiga orang sebagai tersangka berinisial F (35), A (33), dan I (32). Selain itu, delapan orang lainnya masih diburu.

Tiga Tersangka di Aceh Timur

Selain di Aceh Selatan, pada Kamis, 31 Oktober lalu, 96 pengungsi Rohingya juga mendarat di pantai Meunasah Asan, Madat, Aceh Timur. Enam orang di antaranya meninggal dunia.

Polisi menangkap pelaku perdagangan orang terkait pengungsi Rohingya di Aceh. [Kontributor Suara/Habil]
Polisi menangkap pelaku perdagangan orang terkait pengungsi Rohingya di Aceh. [Kontributor Suara/Habil]

Menurut Ketua Panglima Laot Aceh Miftachhuddin Cut Adek, para pengungsi Rohingya diduga diturunkan di lokasi terpencil yang jarang dikunjungi orang dan jauh dari permukiman.

“Mereka diturunkan, tapi kapalnya tidak diketahui keberadaannya,” tuturnya.

Polisi menyelidiki perkara ini dan pada hari yang sama menangkap tiga orang sebagai tersangka kasus penyelundupan manusia.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Aceh Timur, Iptu Adi Wahyu Nurhidayat membeberkan tiga tersangka tersebut adalah IS (38) warga Aceh Timur, AY (64) warga Aceh Timur, dan MH (41) warga Myanmar.

“Ketiga pelaku memiliki peran masing-masing,” kata Adi dalam konferensi pers di Aceh Timur, pada Selasa (5/11/2024).

MH disebut sebagai nakhoda kapal yang membawa pengungsi Rohingya dari Bangladesh ke Indonesia. Sementara IS menjemput Rohingya di perairan Padang Tiji Pidie, serta AY berperan sebagai pemilik kapal untuk menjemput di Pidie.

Menurut Adi, MH diberikan upah sebesar 200.000 Taka (sekitar Rp26,3 juta) oleh agen. Sementara itu, IS menerima Rp1 juta per orang, tetapi total yang dikirim untuk perbaikan kapal AY mencapai Rp128 juta. Adapun AY mendapatkan keuntungan sebesar Rp52,5 juta.

Indikasi Mafia Human Trafficking

Penjabat Gubernur Aceh Safrizal menilai adanya indikasi aktivitas mafia human trafficking atau perdagangan manusia dalam kedatangan pengungsi Rohingya ke Aceh. Namun, di sisi lain, ia juga menyampaikan keprihatinannya terkait situasi tersebut.

Polisi mengungkap kasus dugaan perdagangan orang terkait kedatangan pengungsi Rohingya di Aceh. [Kontributor Suara/Habil]
Polisi mengungkap kasus dugaan perdagangan orang terkait kedatangan pengungsi Rohingya di Aceh. [Kontributor Suara/Habil]

“Tapi di sisi lain, aktivitas human trafficking ini sudah keterlaluan,” katanya ketika diwawancarai jurnalis, Kamis (31/11).

Safrizal ketika itu meminta aparat penegak hukum untuk menyelidiki penyelundupan orang yang baru tiba di Aceh Timur.

“Dari aspek kemanusiaan kita berempati dan menolong. Tetapi sembari berempati dan menolong, hukum harus ditegakkan terhadap kasus penyelundupan ini,” katanya.

Sementara itu, Koordinator Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Aceh Azharul Husna meminta pemerintah memposisikan pengungsi Rohingya sebagai saksi dan korban dalam kasus tindak pidana perdagangan orang.

“Sehingga mereka wajib dilindungi,” kata Husna kepada Suara.com.

____________________________________

Kontributor Aceh: Habil Razali


Terkait

Di Balik Jeruji Truk: Kisah Pilu Pengungsi Rohingya yang Ditolak di Aceh
Senin, 11 November 2024 | 17:21 WIB

Di Balik Jeruji Truk: Kisah Pilu Pengungsi Rohingya yang Ditolak di Aceh

Pengungsi Rohingya sempat terkatung-katung di atas truk, tidak bisa menginjakkan kaki ke tanah karena ditolak warga.

Setelah Terkatung-katung di Atas Truk, 152 Warga Rohingya Ditampung di GOR Aceh Selatan
Sabtu, 09 November 2024 | 14:36 WIB

Setelah Terkatung-katung di Atas Truk, 152 Warga Rohingya Ditampung di GOR Aceh Selatan

Saat ini GOR Tapaktuan Sport Center dipasangi garis polisi dan mendapat pengawalan ketat aparat keamanan setempat.

Gencatan Senjata Gagal, Pemulangan Pengungsi Rohingya dari Bangladesh Tertunda
Kamis, 17 Oktober 2024 | 10:43 WIB

Gencatan Senjata Gagal, Pemulangan Pengungsi Rohingya dari Bangladesh Tertunda

Myanmar kini berada di bawah kendali junta militer sejak Februari 2021 dan menghadapi perlawanan sengit dari berbagai kelompok etnis.

Terbaru
Arsitektur Sunyi 'Kremlin', Ruang Siksa Rahasia Orba yang Sengaja Dilupakan
nonfiksi

Arsitektur Sunyi 'Kremlin', Ruang Siksa Rahasia Orba yang Sengaja Dilupakan

Selasa, 30 September 2025 | 19:26 WIB

Ada alamat di Jakarta yang tak tercatat di peta teror, namun denyutnya adalah neraka. Menelusuri 'Kremlin', ruang-ruang interogasi Orde Baru, dan persahabatan aneh di Cipinang

Menyusuri Jejak Ingatan yang Memudar, Penjara Tapol PKI di Jakarta nonfiksi

Menyusuri Jejak Ingatan yang Memudar, Penjara Tapol PKI di Jakarta

Selasa, 30 September 2025 | 15:38 WIB

Ingatan kolektif masyarakat tentang tapol PKI dari balik jeruji penjara Orde Baru telah memudar, seiring perkembangan zaman. Jurnalis Suara.com mencoba menjalinnya kembali.

Review Film Kang Solah: Spin-Off Tanpa Beban, Tawa Datang Tanpa Diundang nonfiksi

Review Film Kang Solah: Spin-Off Tanpa Beban, Tawa Datang Tanpa Diundang

Sabtu, 27 September 2025 | 08:00 WIB

Akankah Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung menyaingi kesuksesan Kang Mak tahun lalu?

Review Afterburn, Dave Bautista dan Samuel L. Jackson Pun Gagal Selamatkan Film Medioker Ini nonfiksi

Review Afterburn, Dave Bautista dan Samuel L. Jackson Pun Gagal Selamatkan Film Medioker Ini

Sabtu, 20 September 2025 | 09:00 WIB

Film Afterburn adalah karya aksi pasca-apokaliptik yang gagal total karena cerita tidak logis, naskah yang lemah, dan eksekusi yang membosankan.

Isu Fatherless Makin Marak, Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah Tayang di saat yang Tepat! nonfiksi

Isu Fatherless Makin Marak, Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah Tayang di saat yang Tepat!

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah berhasil meraih 420 ribu penonton meski berhadapan dengan film The Conjuring.

Pengalaman Tiga Hari di Pestapora 2025, Festival Musik yang Penuh Warna dan Kejutan nonfiksi

Pengalaman Tiga Hari di Pestapora 2025, Festival Musik yang Penuh Warna dan Kejutan

Selasa, 09 September 2025 | 20:27 WIB

Catatan tiga hari Pestapora 2025, pesta musik lintas generasi.

Review Film The Conjuring: Last Rites, Penutup Saga Horor yang Kehilangan Taring nonfiksi

Review Film The Conjuring: Last Rites, Penutup Saga Horor yang Kehilangan Taring

Sabtu, 06 September 2025 | 08:00 WIB

Plot yang lemah, jumpscare yang klise, serta kurangnya ide segar membuat film terasa datar.