Kado Natal Tahun 2024 paling pahit tersuguhkan kepada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Hasto Kristiyanto, yang menjabat sekjen partai tersebut, ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus dugaan korupsi terkait pergantian antar waktu (PAW) Anggota DPR RI tahun 2019.
Penetapan status tersangka yang disampaikan langsung Ketua KPK Setyo Budiyanto sontak menimbulkan syak wasangka punggawa partai berlambang banteng moncong putih.
Jauh hari sebelumnya, dalam beberapa siniar, kabar itu beredar di media sosial. Adalah Connie Rahakundini Bakrie yang lantang menyampaikan kabar itu dalam setiap kesempatan. Ia memastikan, sahabatnya itu bakal ditangkap.
Hasto dengan segala keyakinannya menyatakan pantang mundur, apabila harus masuk penjara. Keyakinan itu yang berkali-kali ditegaskannya.
"Demi cita-cita Indonesia Merdeka, demi rakyat berdaulat bisa berserikat, berkumpul, dan menyampaikan pendapatnya, maka penjara pun adalah suatu jalan dan bagian dari pengorbanan terhadap cita-cita," kata Hasto dalam sebuah video yang beredar di media sosial.
Belakangan dari sejumlah informasi yang beredar, Hasto sudah menyiapkan diri apabila masuk bui dengan segala konsekuensi. Namun, pertarungan tak berhenti sampai di sini.
'Bom waktu' turut disiapkan Hasto untuk diledakan pada waktunya. Sejumlah dokumen penting yang dikumpulkan Hasto sudah diamankan.
Kolega Hasto, Connie menyatakan tak menutup kemungkinan pada suatu waktu bakal membuka selubung tabir petunjuk korupsi dan gratifikasi tokoh politik hingga sejumlah artis dan influencer, pun hingga bisnis gurita Keluarga Jokowi dari dokumen tersebut.
Aksi cap jempol darah pun digelar di sejumlah cabang partai oleh kader-kadernya yang terkenal militan.
Sejumlah perangkat aturan yang ada, seperti yang digugat Raymond dan Indra, 'tidak mengizinkan' penganut ateis terdaftar dalam administrasi kependudukan.
Hasto dengan segala keyakinannya menyatakan pantang mundur, apabila harus masuk penjara. Keyakinan itu yang berkali-kali ditegaskannya.
Pelajarannya adalah bahwa sepak bola—seperti kehidupan—adalah tentang perjalanan, bukan hanya tujuan.