Suara.com - Pada pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2025, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengusulkan agar pendidikan pasar modal, seperti jual-beli saham, sudah waktunya masuk dalam kurikulum sekolah dasar.
Wacana itu beranjak dari pengalamannya yang mendapatkan pengetahuan tentang pasar modal ketika masih duduk di bangku kuliah. Sri Mulyani beranggapan, sudah waktunya pengetahuan mengenai pasar modal diajarkan sejak pendidikan dasar.
"Sekarang saham ini sudah mulai diajarkan bukan di tingkat mahasiswa lagi bahkan di tingkat sekolah dasar, sehingga mereka menjadi getting familiar dengan bursa efek," ujar Sri Mulyani (2/1/2025).
Ia mengatakan, apabila dapat diterapkan, maka edukasi pasar modal bisa masuk ke dalam kurikulum pembelajaran sekolah.
"Kalau kita bersama-sama, nanti masuk ke kurikulum. Bagaimana cara penyampaiannya dan bagaimana mereka merasa terbiasa dengan transaksi, tentunya kalau masyarakat sudah mulai mendiversifikasi tabungan dan menciptakan pendalaman," ucapnya.
Kegelisahan Sri Mulyani tentunya tak bisa dilepaskan begitu saja dari fenomena yang terjadi secara umum dalam beberapa waktu belakangan ini, yakni rendahnya literasi dan inklusi keuangan pasar modal di Indonesia.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), merunut pada survei nasional yang dipaparkan pada awal tahun 2024, tingkat literasi keuangan di pasar modal hanya sebesar 4,11 persen. Sementara tingkat inklusi keuangan di pasar modal sebesar 5,11 persen.
Bahkan, tingkat literasi pasar modal syariah jauh lebih rendah, hanya 0,87 persen dan inklusinya 0,5 persen.
"Angka-angka itu membuktikan masih terdapat gap antara literasi dan inklusi keuangan sehingga dibutuhkan terobosan dan inovasi untuk mengejar," ujar Direktur Literasi dan Edukasi OJK Horas VM Tarihoran.
Menjawab tantangan tersebut, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah atau Mendikdasmen Abdul Mu'ti pun membuka peluang masuknya pengetahuan pasar modal atau saham ke mata pelajaran siswa di tingkat dasar dan menengah.
Sebelum merealisasikan wacana itu, pemerintah perlu memperhatikan sejumlah hal, khususnya bagaimana tingkat pemahaman para pelajar berdasarkan usia, dan relevansi pengetahuan dengan kehidupannya sehari-sehari.
Mu'ti menyatakan pengetahuan soal pasar modal memungkinkan dimasukkan dalam mata pelajaran matematika.
Terlebih saat ini Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) sedang mengupayakan deep learning agar para pembelajar terintegrasi dengan banyak aspek dalam kaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pasar modalnya katanya, termasuk dari metode deep learning.
Perlu Pembahasan
Namun demikian, Mu'ti belum dapat memastikan soal masuknya pengetahuan saham ke pembelajaran siswa di tingkat SD dan SMP. Menurutnya hal tersebut masih perlu pembahasan yang lebih jauh.
"Soal kurikulum belum kita bahas ya. Banyak sekali usulan yang kalau semua diakomodir nanti pelajarannya bisa 100 mata pelajaran," katanya di Jakarta, Selasa (7/1/2025).
Rencana pengetahuan pasar modal ke pelajaran di tingkat dasar ini pun direspons Anggota Komisi XI DPR RI, Fathi. Ia menyambut baik usulan Sri Mulyani.
Menurutnya dengan adannya pengetahuan saham di sekolah dasar, diharapkan meningkat literasi peserta didik soal keuangan.
"Mereka akan tumbuh dengan pemahaman yang lebih baik tentang keuangan, investasi, dan pengelolaan risiko,” ujar Fathi.
Untuk mengimplementasikan wacana tersebut dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, DPR dan institusi pendidikan. Fathi mengemukakan, penyusunan kurikulum yang tepat akan menjadi kunci keberhasilan program ini.
Materi pembelajaran harus dirancang dengan relevan, sederhana, dan menarik bagi anak-anak, seperti menggunakan permainan yang edukatif.
OJK kemudian menindaklanjuti usulan Sri Mulyani dengan menyiapkan modul pembelajarannya, serta sudah berkomunikasi dengan Kemendikdasmen.
Meski usulan tersebut dapat sambutan baik dari sejumlah kalangan, namun Perencana Keuangan OneShildt, Imelda R Tarigan menyampaikan pandangan yang berbeda.
Menurutnya memberikan pengetahuan soal jual beli saham kepada pelajar SD akan memberatkan.
Pembelajaran tersebut akan tepat diterapkan kepada pelajar di tingkat SMA. Karena setidaknya mereka sudah mulai mempelajari pengantar ilmu ekonomi.
Dia mengungkapkan, pada jenjang sekolah dasar, siswa baru mempelajari matematika sederhana. Dengan pembelajaran soal saham yang sangat kompleks berpotensi membebani para siswa.
"Hitung matematikanya aja masih belajar ya kan. Masa disuruh ngitung valuasi, ngitungin prediksi, net present value dan sebagainya, nggak mungkin ya. Terus apalagi kalau diminta untuk melakukan technical analysis, waduh kejauhan," kata Imelda saat dihubungi Suara.com, Rabu (8/1/2025).
Namun dalam konteks pembelajaran untuk meningkatkan kebiasaan investasi, Imelda lebih sepakat untuk dikenalkan kepada siswa SD.
Dengan memberikan pengetahuan itu, para siswa memiliki kemampuan mengukur antara risiko dan keuntungan, sehingga ketika ingin berinvestasi mereka sudah mengetahuinya segala kemungkinan yang akan terjadi.
Tolak Jadi Mata Pelajaran
Sementara Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia Cecep Darmawan setuju saham dikenalkan kepada pelajar SD. Namun dia menolak dijadikan mata pelajaran.
Menurutnya dalam kurikulum ada yang disebut dengan kurikulum formal--yang tertulis, dan hidden curriculum--tidak tertulis. Lewat hidden curriculum pengetahuan soal saham dapat dimasukkan melalui mata pejaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dengan catatan sifanya hanya mengenalkan.
"Penjelasan sahamnya jangan teoritik. Si guru, misalnya pembahasan ilmu pengetahuan sosial, bahasan ekonomi, ya ada uang, ada saham, misalnya ada tabungan, ada macam-macam bisa menjelaskan," kata Cecep kepada Suara.com.
Pengetahuan soal saham ini juga harus memperhatikan tingkat pemahaman para siswa berdasarkan usianya. Cocoknya, kata Cecep, dapat diberikan kepada siswa SD di kelas empat hingga kelas enam.
Selain soal saham, banyak pengetahuan yang sebenarnya perlu dikenalkan kepada para pelajar yang lebih relevan dengan kehidupan mereka sehari-sehari.
Misalnya, soal kehidupan petani dan nelayan. Dalam konteks ini, penting bagi para guru untuk memperluas pengetahuannya dengan memperbaharui informasi terkait peristiwa atau isu aktual yang terjadi.
"Informasi, ya, apa saja bisa. Kalau itu dianggap penting untuk diketahui oleh siswa. Itu ukurannya ya, bukan soal sulit dan mudahnya," katanya.
Imelda lebih setuju apabila yang dimaksud untuk diajarkan sejak SD merupakan kebiasaan berinvestasi.
"...Jadi perlu dilakukan banyak perhitungan dan saya pikir anak SD itu akan mabok, kalau suruh ngitung begitu."
Ia menjelaskan bahwa berbagai aspek keilmuan, termasuk di antaranya yang berkenaan dengan pasar modal, merupakan bagian dari prinsip deep learning.
Yoni Dores dan Ahmad Dhani sama-sama memperjuangkan hak cipta, tetapi kasus Lesti Kejora lebih mirip Via Vallen di masa lalu.
Israel tak hanya harus mengakui kemerdekaan Palestina secara penuh, tetapi juga harus bertanggung jawab atas genosida yang selama ini dilakukan terhadap rakyat Palestina.
Presiden adalah satu-satunya otoritas yang dapat melakukan reformasi menyeluruh dalam tata kelola anggaran pendidikan, kata Ubaid.
"Kriminalisasi terhadap pelapor dugaan korupsi di Baznas menunjukkan kemunduran dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia," kata Wana.
"Kebijakan jam malam bagi pelajar perlu manajemen pengawasan yang baik. Tanpa itu, kebijakan tersebut hanya akan terdengar baik di atas kertas," ujar Rakhmat.
"Rumah susun itu adalah cara yang paling prinsip untuk merubah Jakarta menjadi lebih tertata terkait dengan penduduk dan pemukiman," kata Yayat.
No free lunch. Pasti akan ada yang dikorbankan untuk mendapatkan bantuan tersebut, mulai dari politik hingga sumber daya alam, ungkap Huda.