Review Film Pangku: Menyelami Dilema Ibu Tunggal di Pantura yang Terlalu Realistis
Home > Detail

Review Film Pangku: Menyelami Dilema Ibu Tunggal di Pantura yang Terlalu Realistis

Sumarni

Sabtu, 08 November 2025 | 08:00 WIB

Suara.com - Film Pangku akhirnya tayang di bioskop Indonesia setelah lebih dulu menggelar gala premiere di 30th Busan International Film Festival (BIFF)

Tujuh nominasi Piala Citra 2025 membuat film perdana yang disutradarai Reza Rahadian tersebut semakin bikin penasaran.

Bagaimana hasil dari seorang Reza Rahadian yang telah membintangi puluhan film apabila bekerja di balik layar?

Tanpa bermaksud spoiler, simak review film Pangku yang dibintangi Claresta Taufan dan Fedi Nuril berikut ini.

Kisah Seorang Ibu dengan Pengorbanan Tanpa Batas

Poster film Pangku (Instagram)
Poster film Pangku (Instagram)

Film Pangku mengisahkan Sartika, seorang wanita yang mencari kerja saat tengah mengandung delapan bulan.

Supir truk yang memberikan Sartika tumpangan membawanya ke Pantai Utara alias Pantura.

Di salah satu warung kopi pangku yang berjejer di Pantura, Sartika bertemu seorang pemilik bernama Maya.

Sartika mengaku akan bekerja apa saja untuk melanjutkan hidup.

Meski awalnya ragu, Sartika akhirnya menjadi pelayan warung kopi yang duduk di pangkuan pelanggan karena tak punya pilihan lain.

Hingga suatu hari, seorang sopir truk bernama Hadi mampir ke warung dan mencuri hati Sartika. Hadi pun menyayangi putra Sartika, Bayu.

Sartika mulai dilanda dilema, Bayu harus punya bapak untuk mendaftar sekolah. Bayu pun mulai terang-terangan tak suka dengan pekerjaan Sartika.

Perjuangan Sartika sebagai seorang ibu tunggal merupakan cerita yang ditonjolkan dalam film Pangku.

Dalam berbagai kesempatan promosi, Reza Rahadian pun menyatakan film Pangku memang dibuatnya untuk para wanita dan ibu, khususnya sang mama.

Sebab Reza Rahadian bernasib sama dengan karakter Bayu, dibesarkan oleh ibu tunggal yang bekerja keras untuk hidup mereka.

Sempurna dari Berbagai Sisi

Poster film Pangku (Instagram)
Poster film Pangku (Instagram)

Dengan pengalaman kurang lebih 20 tahun di dunia akting, Reza Rahadian tentu punya mata yang tajam untuk pemilihan aktor.

Terutama pemilihan Claresta Taufan sebagai pemeran Sartika yang berhasil memerankan tiga sosok 'berbeda': wanita, ibu, dan istri.

Claresta Taufan terbilang baru di industri perfilman Tanah Air. Ia tercatat baru membintangi delapan film termasuk Pangku.

Namun akting Claresta Taufan tak jomplang disandingkan dengan Christine Hakim dan Fedi Nuril yang jauh lebih senior.

Chemistry Claresta Taufan dan Shakeel Fauzi, pemeran Bayu, pun tak membuat penonton ragu apabila mereka benar ibu dan anak.

Pantas saja Claresta Taufan langsung dinominasikan sebagai Pemeran Utama Perempuan Terbaik, 'melawan' Acha Septriasa, Aurora Ribeiro, Lola Amaria, dan Sheila Dara memperebutkan Piala Citra 2025.

Pengambilan gambar alias sinematografi film Pangku pun terasa sangat realistis.

Rumah dan warung di Pantura, SD dengan halaman yang banyak sampah, tempat pelelangan ikan dengan kegaduhannya, semuanya sama persis dengan yang kita jumpai sehari-hari.

Selain "Rayuan Perempuan Gila" Nadin Amizah, lagu "Ibu" Iwan Fals sebagai soundtrack membuat film Pangku semakin bernyawa.

Kopi Pangku Hanya jadi Sebuah Latar

Namun yang amat saya sayangkan, warung-warung kopi di Pantura hanya menjadi latar film Pangku.

Saya cukup banyak menyimak Reza Rahadian cs saat mempromosikan film Pangku.

Reza Rahadian mengaku tertarik dengan fenomena kopi pangku di Indramayu saat mengunjunginya pada 2018.

Dengan judul Pangku pula, saya berharap fenomena kopi pangku digali lebih dalam lagi.

Sayangnya warung kopi pangku dalam film Pangku terkesan hanya menjadi latar saja.

Film Pangku kurang mengeksplor fenomena kopi pangku itu sendiri, melainkan hanya berpusat pada perjalanan hidup Sartika.

Tentu saja itu bukan suatu hal yang salah, hanya saja ekspektasi saya yang berbeda.

Suasana tahun 1998-an saat Bayu masih SD juga kurang menonjol, kecuali TV jadul milik Maya di warung kopi pangkunya.

Sebelumnya kebingungan akan latar waktu juga saya rasakan di film Rangga & Cinta, dan terjadi lagi di film ini.

Kalau boleh memberi saran, daripada kurang totalitas, lebih baik tidak berusaha mengambil latar waktu masa lalu. Waktu sekarang saja, toh fenomena kopi pangkunya masih ada sampai sekarang.

Saya sebenarnya paham alasan dibuat tahun 1998. Kalau zaman sekarang, Sartika tentu punya pilihan lain, bikin konten atau live TikTok misalnya.

Lebih lanjut, saya juga kurang yakin film Pangku bisa disukai masyarakat Indonesia. Sebab kebanyakan penonton memilih genre horor atau yang berbau plot twist, sedangkan film Pangku terlalu realistis.

Apapun itu, saya tetap merekomendasikan kalian menonton film Pangku sebagai karya perdana Reza Rahadian yang ciamik.

Selamat menonton!

Kontributor : Neressa Prahastiwi


Terkait

Sosok Ketiga Lintrik: Teror Berbalut Misteri Pelet, Tayang di Bioskop Mulai Hari Ini
Kamis, 06 November 2025 | 21:05 WIB

Sosok Ketiga Lintrik: Teror Berbalut Misteri Pelet, Tayang di Bioskop Mulai Hari Ini

Sosok Ketiga Lintrik memadukan realisme dengan sentuhan magis khas cerita rakyat Nusantara.

Film Hollywood di Netflix November 2025, Horor Klasik Sampai Komedi Nostalgia
Kamis, 06 November 2025 | 21:45 WIB

Film Hollywood di Netflix November 2025, Horor Klasik Sampai Komedi Nostalgia

Bintang utama bulan ini tidak lain adalah Frankenstein garapan sutradara pemenang Oscar, Guillermo del Toro.

5 Film Pahlawan Wajib Ditonton di Netflix, Sambut Hari Pahlawan 10 November!
Kamis, 06 November 2025 | 19:39 WIB

5 Film Pahlawan Wajib Ditonton di Netflix, Sambut Hari Pahlawan 10 November!

Sambut Hari Pahlawan dengan 5 rekomendasi film perjuangan terbaik di Netflix. Mulai dari kisah Soekarno, Kartini, hingga Sultan Agung yang inspiratif.

Nagita Slavina Beberkan Alasan Produseri Film Laga Iko Uwais 'Timur'
Kamis, 06 November 2025 | 21:15 WIB

Nagita Slavina Beberkan Alasan Produseri Film Laga Iko Uwais 'Timur'

Nagita Slavina melihat peluang bahwa dunia perfilman kembali bangkit pasca pandemi.

Terbaru
Langkah Kecil di Kota Asing: Cerita Mahasiswa Perantau Menemukan Rumah Kedua di Jogja
nonfiksi

Langkah Kecil di Kota Asing: Cerita Mahasiswa Perantau Menemukan Rumah Kedua di Jogja

Jum'at, 07 November 2025 | 19:50 WIB

Deway, mahasiswa Kalbar di Jogja, belajar menenangkan kecemasan dan menemukan rumah di kota asing.

Review Caught Stealing, Jangan Pernah Jaga Kucing Tetangga Tanpa Asuransi Nyawa nonfiksi

Review Caught Stealing, Jangan Pernah Jaga Kucing Tetangga Tanpa Asuransi Nyawa

Sabtu, 01 November 2025 | 08:05 WIB

Film Caught Stealing menghadirkan aksi brutal, humor gelap, dan nostalgia 90-an, tapi gagal memberi akhir yang memuaskan.

Niat Bantu Teman, Malah Diteror Pinjol: Kisah Mahasiswa Jogja Jadi Korban Kepercayaan nonfiksi

Niat Bantu Teman, Malah Diteror Pinjol: Kisah Mahasiswa Jogja Jadi Korban Kepercayaan

Jum'at, 31 Oktober 2025 | 13:18 WIB

Ia hanya ingin membantu. Tapi data dirinya dipakai, dan hidupnya berubah. Sebuah pelajaran tentang batas dalam percaya pada orang lain.

Review Film The Toxic Avenger, Superhero 'Menjijikkan' yang Anehnya Cukup Menghibur nonfiksi

Review Film The Toxic Avenger, Superhero 'Menjijikkan' yang Anehnya Cukup Menghibur

Sabtu, 25 Oktober 2025 | 08:00 WIB

Film ini rilis perdana di festival pada 2023, sebelum akhirnya dirilis global dua tahun kemudian.

Tentang Waktu yang Berjalan Pelan dan Aroma Kopi yang Menenangkan nonfiksi

Tentang Waktu yang Berjalan Pelan dan Aroma Kopi yang Menenangkan

Jum'at, 24 Oktober 2025 | 13:06 WIB

Di sebuah kafe kecil, waktu seolah berhenti di antara aroma kopi dan tawa hangat, tersimpan pelajaran sederhana. Bagaimana caranya benar-benar di Buaian Coffee & Service.

Review Film No Other Choice yang Dibayang-bayangi Kemenangan Parasite di Oscar, Lebih Lucu? nonfiksi

Review Film No Other Choice yang Dibayang-bayangi Kemenangan Parasite di Oscar, Lebih Lucu?

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 09:05 WIB

No Other Choice memiliki kesamaan cerita dengan Parasite, serta sama-sama dinominasikan untuk Oscar.

Kuku Kecil Mimpi Besar: Cerita Vio, Mahasiswa yang Menyulap Hobi Jadi Harapan nonfiksi

Kuku Kecil Mimpi Besar: Cerita Vio, Mahasiswa yang Menyulap Hobi Jadi Harapan

Jum'at, 17 Oktober 2025 | 13:12 WIB

Di tengah padatnya kuliah, mahasiswa Jogja bernama Vio menyulap hobi nail art menjadi bisnis. Bagaimana ia mengukir kesuksesan dengan kuku, kreativitas, dan tekad baja?

×
Zoomed