Review Afterburn, Dave Bautista dan Samuel L. Jackson Pun Gagal Selamatkan Film Medioker Ini
Home > Detail

Review Afterburn, Dave Bautista dan Samuel L. Jackson Pun Gagal Selamatkan Film Medioker Ini

Yohanes Endra

Sabtu, 20 September 2025 | 09:00 WIB

Suara.com - Ada satu hal yang saya pelajari setelah menonton Afterburn

Terkadang film tidak perlu menampilkan ledakan spektakuler untuk membuat kepala penontonnya meledak. Cukup hancurkan logika cerita, karena efeknya sama. 

Film garapan J. J. Perry ini berusaha menyuguhkan petualangan pasca-apokaliptik yang penuh aksi.

Namun, hasilnya malah terasa seperti menonton pameran cosplay Mad Max yang kehabisan dana, ditutup dengan cerita yang ditulis terburu-buru.

Premisnya sebenarnya cukup menggoda. Sepuluh tahun setelah badai matahari menghancurkan belahan timur bumi, teknologi ambruk, dan manusia kembali ke zaman batu versi Mad Max

Jake (Dave Bautista) ditugaskan untuk mencuri lukisan Mona Lisa untuk seorang "King Arthur" modern (Samuel L. Jackson). 

Review Afterburn, Dave Bautista dan Samuel L. Jackson Pun Gagal Selamatkan Film Medioker Ini. [imdb]
Review Afterburn, Dave Bautista dan Samuel L. Jackson Pun Gagal Selamatkan Film Medioker Ini. [imdb]

Dalam misinya, dia dibantu Drea (Olga Kurylenko), yang entah kenapa selalu membuat mereka terjebak bahaya.

Konsepnya terdengar seperti kombinasi Indiana Jones dan Death Race, tapi hasilnya sungguh mengecewakan.

Dunia Pasca-Apokaliptik yang Aneh

Yang pertama kali bikin alis terangkat adalah dunia yang ditampilkan. Semua katanya hancur, tapi yang kita lihat hanyalah gurun abu-abu.

Beberapa reruntuhan yang sepertinya dibangun di halaman belakang studio, dan CGI yang membuat efek ledakan seperti dikerjakan oleh amatiran.

Warna seolah lenyap sejak badai matahari datang. Mungkin sinematografer-nya mengira dunia kelabu sama dengan sinematik, padahal membosankan.

Dan soal worldbuilding? Lupakan. Film ini tak repot-repot menjelaskan bagaimana Mona Lisa masih utuh dan entah mengapa berada di reruntuhan Asia, atau bagaimana ekonomi, logistik, dan gravitasi bekerja di dunia ini. 

Semua hanya disampaikan lewat dialog setara naskah sandiwara yang dibuat anak sekolahan. Tidak ditunjukkan, hanya diklaim. 

Seolah-olah penonton akan percaya begitu saja karena, ada Dave Bautista sebagai penyelamat film ini.

Naskah yang Loyo dan Aksi yang Tak Membakar

Empat penulis menulis naskahnya, dua di antaranya debut. Dan kelihatan sekali, alurnya berantakan. 

Ceritanya melompat-lompat tanpa transisi, karakter membuat keputusan absurd dan tidak logis. Adegan menegangkan terasa hambar karena semuanya bisa ditebak.

Adegan aksinya pun, yang seharusnya menjadi penyelamat, malah kurang greget. 

Koreografi pertarungannya sesekali memang rapi, tapi semuanya dikubur oleh CGI asap dan ledakan yang datang lima detik lebih lambat dari aktornya. 

Bahkan luka tembaknya lebih mirip coretan makeup cosplay murah daripada darah sungguhan. 

Review Afterburn, Dave Bautista dan Samuel L. Jackson Pun Gagal Selamatkan Film Medioker Ini. [imdb]
Review Afterburn, Dave Bautista dan Samuel L. Jackson Pun Gagal Selamatkan Film Medioker Ini. [imdb]

Nama Besar Tak Bisa Menyelamatkan Film Ini

Dave Bautista satu-satunya yang terlihat masih peduli pada film ini, meskipun naskahnya menjerumuskannya menjadi pahlawan bisu dengan trauma masa lalu yang mainstream

Samuel L. Jackson, di sisi lain, tampak seperti muncul langsung dari ruang tunggunya, duduk di kursi, membaca dialog, lalu pergi minum kopi. 

Pemain lain seperti Olga Kurylenko dan Daniel Bernhardt? Sayang sekali, bakat mereka dikunci di lemari bersama dengan logika cerita.

Yang paling ironis, justru nama besar mereka-lah yang membuat Afterburn masih punya alasan untuk ditonton. 

Bukan karena penampilan mereka bagus, tapi karena kehadiran mereka seperti berusaha meyakinkan kita bahwa film ini layak ditonton.

Seolah-olah kita menonton karena, "masa sih film dengan Bautista dan Jackson jelek?" 

Hanya Film Medioker dari Segala Sisi

Saya tidak akan ragu menyebut Afterburn film medioker, karena itu adalah deskripsi paling akurat. 

Tidak ada yang benar-benar buruk hingga lucu, tapi juga tidak ada yang cukup baik untuk diingat. Semua berjalan begitu datar. Bahkan dialognya pun menyedihkan.

Dan yang paling mencengangkan, film ini ternyata menelan hampir 60 juta dolar, nyaris 1 triliun rupiah. Entah dana itu lari ke mana, mungkin untuk bayaran Bautista dan Jackson.

Afterburn sebenarnya bukan film terburuk tahun ini. Tidak jelek sih, tapi juga tidak cukup bagus untuk dinikmati. 

Lebih tepatnya berada di zona abu-abu yang membosankan, tempat film-film terlupakan berkumpul, menunggu dilupakan selamanya. 

Satu-satunya alasan menontonnya mungkin kalau Anda penggemar berat Bautista, atau sedang mencari sesuatu yang bisa ditonton karena kehabisan tontonan bagus.

Kalau Afterburn ingin membakar semangat penonton, yang terjadi justru kebalikannya. Penontonlah yang terbakar, waktu dan uangnya.

Jadi, lebih baik simpan uang Anda untuk film yang jauh lebih layak ditonton.

Kontributor : Chusnul Chotimah


Terkait

Gemilang! Artis dan Film Indonesia Menghiasi BIFF 2025
Jum'at, 19 September 2025 | 14:15 WIB

Gemilang! Artis dan Film Indonesia Menghiasi BIFF 2025

Indonesia tampil memukau di Busan Film Festival 2025 dengan deretan artis dan film berkualitas, membuktikan perfilman Tanah Air siap bersaing di kancah global.

Final Season 3 Bikin Heboh, The Summer I Turned Pretty Lanjut Jadi Film!
Jum'at, 19 September 2025 | 07:15 WIB

Final Season 3 Bikin Heboh, The Summer I Turned Pretty Lanjut Jadi Film!

Belum usai, Jenny Han pastikan masih ada bab penting dalam perjalanan Belly yang hanya bisa terungkap di layar lebar.

Terbaru
Review Caught Stealing, Jangan Pernah Jaga Kucing Tetangga Tanpa Asuransi Nyawa
nonfiksi

Review Caught Stealing, Jangan Pernah Jaga Kucing Tetangga Tanpa Asuransi Nyawa

Sabtu, 01 November 2025 | 08:05 WIB

Film Caught Stealing menghadirkan aksi brutal, humor gelap, dan nostalgia 90-an, tapi gagal memberi akhir yang memuaskan.

Niat Bantu Teman, Malah Diteror Pinjol: Kisah Mahasiswa Jogja Jadi Korban Kepercayaan nonfiksi

Niat Bantu Teman, Malah Diteror Pinjol: Kisah Mahasiswa Jogja Jadi Korban Kepercayaan

Jum'at, 31 Oktober 2025 | 13:18 WIB

Ia hanya ingin membantu. Tapi data dirinya dipakai, dan hidupnya berubah. Sebuah pelajaran tentang batas dalam percaya pada orang lain.

Review Film The Toxic Avenger, Superhero 'Menjijikkan' yang Anehnya Cukup Menghibur nonfiksi

Review Film The Toxic Avenger, Superhero 'Menjijikkan' yang Anehnya Cukup Menghibur

Sabtu, 25 Oktober 2025 | 08:00 WIB

Film ini rilis perdana di festival pada 2023, sebelum akhirnya dirilis global dua tahun kemudian.

Tentang Waktu yang Berjalan Pelan dan Aroma Kopi yang Menenangkan nonfiksi

Tentang Waktu yang Berjalan Pelan dan Aroma Kopi yang Menenangkan

Jum'at, 24 Oktober 2025 | 13:06 WIB

Di sebuah kafe kecil, waktu seolah berhenti di antara aroma kopi dan tawa hangat, tersimpan pelajaran sederhana. Bagaimana caranya benar-benar di Buaian Coffee & Service.

Review Film No Other Choice yang Dibayang-bayangi Kemenangan Parasite di Oscar, Lebih Lucu? nonfiksi

Review Film No Other Choice yang Dibayang-bayangi Kemenangan Parasite di Oscar, Lebih Lucu?

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 09:05 WIB

No Other Choice memiliki kesamaan cerita dengan Parasite, serta sama-sama dinominasikan untuk Oscar.

Kuku Kecil Mimpi Besar: Cerita Vio, Mahasiswa yang Menyulap Hobi Jadi Harapan nonfiksi

Kuku Kecil Mimpi Besar: Cerita Vio, Mahasiswa yang Menyulap Hobi Jadi Harapan

Jum'at, 17 Oktober 2025 | 13:12 WIB

Di tengah padatnya kuliah, mahasiswa Jogja bernama Vio menyulap hobi nail art menjadi bisnis. Bagaimana ia mengukir kesuksesan dengan kuku, kreativitas, dan tekad baja?

Review Film Rangga & Cinta: Bikin Nostalgia Masa Remaja, Tapi Agak Nanggung nonfiksi

Review Film Rangga & Cinta: Bikin Nostalgia Masa Remaja, Tapi Agak Nanggung

Sabtu, 11 Oktober 2025 | 09:00 WIB

Rangga & Cinta tak bisa menghindar untuk dibandingkan dengan film pendahulunya, Ada Apa Dengan Cinta? alias AADC.

×
Zoomed