Review Film The Conjuring: Last Rites, Penutup Saga Horor yang Kehilangan Taring
Home > Detail

Review Film The Conjuring: Last Rites, Penutup Saga Horor yang Kehilangan Taring

Sumarni

Sabtu, 06 September 2025 | 08:00 WIB

Suara.com - Sejak pertama kali hadir pada 2013, The Conjuring karya James Wan langsung mencetak sejarah sebagai salah satu film horor terbaik dekade ini.

Perpaduan antara ketegangan, atmosfer mencekam, serta kisah nyata pasangan Ed dan Lorraine Warren membuat film ini dicintai banyak orang.

Sekuelnya, The Conjuring 2 (2016), bahkan dianggap lebih matang dengan pengembangan cerita dan adegan horor yang memorable.

Sayangnya, keberhasilan itu justru menciptakan beban besar bagi kelanjutan waralaba ini.

Setelah James Wan tidak lagi menyutradarai, tongkat estafet berpindah ke tangan Michael Chaves.

Meski bukan sutradara yang buruk, film terakhir The Conjuring: Last Rites terasa jauh dari standar tinggi yang dulu menjadi ciri khas.

Hambar, membosankan, bahkan mudah sekali terlupakan.

Sinopsis The Conjuring: Last Rites. (IMDb)
Sinopsis The Conjuring: Last Rites. (IMDb)

Plot yang Terasa Datar

Last Rites kembali mengikuti Ed dan Lorraine Warren dalam penyelidikan baru yang seharusnya menutup perjalanan panjang mereka.

Namun, alih-alih menghadirkan kisah yang segar dan menantang, film ini lebih banyak mengulang formula lama.

Saya merasa ceritanya dibangun dengan lambat, tetapi anehnya tidak benar-benar berkembang.

Misteri seputar iblis yang dihadapi pasangan Warren tidak digali dengan mendalam, malah berakhir dengan penyelesaian terburu-buru.

Hasilnya, alih-alih klimaks yang epik, penonton justru disuguhi akhir yang terasa hambar.

Jumpscare yang Bisa Ditebak

Trailer The Conjuring: Last Rites (IMDb)
Trailer The Conjuring: Last Rites (IMDb)

Jika ada satu hal yang sangat mengurangi efek horor film ini, maka jawabannya adalah penggunaan jumpscare berulang.

Pintu yang perlahan terbuka lalu tertutup keras, rekaman dengan sosok samar, hingga potongan kamera mendadak yang menampilkan wajah iblis, semua terasa familiar.

Alih-alih menegangkan, banyak momen justru terasa bisa ditebak. Beberapa bahkan membuat saya tertawa karena terlalu klise.

Bagi penggemar horor veteran, pola seperti ini membuat film kehilangan daya kejut yang seharusnya menjadi tulang punggung The Conjuring.

Kehadiran Karakter Lama yang Dipaksakan

Annabelle muncul di trailer The Conjuring: Last Rites (IMDb)
Annabelle muncul di trailer The Conjuring: Last Rites (IMDb)

Salah satu ciri khas waralaba The Conjuring adalah kehadiran karakter ikonik seperti Annabelle.

Namun, dalam Last Rites, kemunculan boneka berhantu itu terasa dipaksakan.

Annabelle seperti dijadikan "jimat wajib" untuk menghidupkan film, meski perannya tidak lagi relevan.

Alih-alih menambah horor, hal ini justru membuat film terkesan kehabisan ide dan hanya mengandalkan nostalgia.

Bukannya menakutkan, kemunculan Annabelle justru terasa lucu.

Performa Aktor yang Menjadi Penyelamat

The Conjuring (Warner Bros.)
The Conjuring (Warner Bros.)

Jika ada hal yang masih bisa menyelamatkan film ini, itu adalah akting Vera Farmiga dan Patrick Wilson. Sejak awal, keduanya menjadi jantung emosional seluruh waralaba.

Hubungan mereka sebagai pasangan suami istri sekaligus pemburu setan selalu menghadirkan kedalaman emosional yang membuat penonton peduli pada nasib mereka.

Dalam Last Rites, chemistry mereka masih kuat. Vera Farmiga khususnya, mampu menghadirkan sisi rapuh sekaligus tangguh dari Lorraine Warren.

Kehadiran mereka membuat penonton setidaknya tetap merasa terhubung dengan karakter, meski cerita filmnya tidak sekuat sebelumnya.

Drama Keluarga, Pedang Bermata Dua

The Conjuring (twitter.com)
The Conjuring (twitter.com)

Hal menarik lain adalah usaha film ini untuk menambahkan elemen drama keluarga, terutama dengan memberi lebih banyak ruang bagi putri semata wayang Warren, Judy.

Selama ini, Judy jarang dieksplorasi. Last Rites mencoba memberi sentuhan emosional dengan memperlihatkan dinamika keluarga Warren secara lebih dalam.

Namun, tambahan ini juga menjadi pedang bermata dua. Bagi penonton yang datang hanya untuk merasakan horor, bagian ini terasa seperti filler yang memperlambat alur.

Jujur, saya beberapa kali menguap karena ngantuk disuguhi drama keluarga Warren.

Padahal saya mengikuti perjalanan keluarga Warren sejak awal. Namun tetap saja, bagian ini gagal menjadi perpisahan yang manis.

Tanpa James Wan, Hilang Sentuhan Khas

Film The Conjuring: Last Rites (Warner Bros. Pictures)
Film The Conjuring: Last Rites (Warner Bros. Pictures)

Kritik paling sering terdengar adalah hilangnya sentuhan James Wan, dan saya sangat setuju.

Wan dikenal punya gaya khas dalam membangun suspense, tegang, lambat, tapi meledak di saat yang tepat.

Sutradara barunya, Chaves memang berusaha, tapi hasilnya kurang maksimal.

Film terasa lebih seperti produk horor generik yang aman, tanpa keberanian untuk menawarkan sesuatu yang baru.

Jujur, waralaba ini seharusnya berhenti setelah film ketiga. Dengan Last Rites sebagai penutup, justru semakin mempertegas bahwa The Conjuring sudah kehilangan esensi dan taringnya.

Akhir yang Kurang Berkesan

Sebagai penutup saga panjang, The Conjuring: Last Rites gagal menghadirkan momen pamungkas yang layak dikenang.

Alih-alih klimaks emosional yang kuat atau teror horor yang mengguncang, film ini lebih mirip sebuah epilog sederhana.

Bagi sebagian orang, itu mungkin cukup, setidaknya ada rasa perpisahan dengan karakter yang sudah menemani lebih dari satu dekade.

Namun bagi saya, yang mengikuti perjalanan keluarga Warren, Annabelle dan Valak sejak awal, akhir ini terasa mudah terlupakan.

Last Rites bukan film horor terburuk, tetapi jelas bukan juga penutup yang pantas untuk saga besar ini.

Plot yang lemah, jumpscare yang klise, serta kurangnya ide segar membuat film terasa datar.

Hanya penampilan Vera Farmiga dan Patrick Wilson yang menjadi penyelamat, memberi sedikit alasan untuk menonton sampai akhir.

Sebagai waralaba, The Conjuring sudah memberikan dua mahakarya horor modern yang akan selalu dikenang.

Sayangnya, Last Rites hanya menutup dengan catatan biasa-biasa saja. Layak tonton?

Hmmmm, kalau Anda tidak buru-buru ingin tahu akhir dari karier keluarga Warren, tunggu saja sampai dirilis di platform streaming resmi.

Kontributor : Chusnul Chotimah


Terkait

Margot Robbie Terjerat Cinta Rumit di Film Wuthering Heights, Tayang 2026
Jum'at, 05 September 2025 | 09:55 WIB

Margot Robbie Terjerat Cinta Rumit di Film Wuthering Heights, Tayang 2026

Film Wuthering Heights yang dibintangi Margot Robbie dan Jacob Elordi siap tayang pada Februari 2026.

Esensi Film 'Bring Her Back 2025': Horor Okultisme yang Bikin Sakit Jiwa!
Jum'at, 05 September 2025 | 08:42 WIB

Esensi Film 'Bring Her Back 2025': Horor Okultisme yang Bikin Sakit Jiwa!

Bring Her Back bukan sekadar film horror biasa, melainkan kisah tentang keluarga, kehilangan, dan cinta yang salah arah.

Animasi Lokal Makin Gahar: Selain Panji Tengkorak, Film-film Ini Juga Bikin Bangga
Jum'at, 05 September 2025 | 09:45 WIB

Animasi Lokal Makin Gahar: Selain Panji Tengkorak, Film-film Ini Juga Bikin Bangga

Meskipun jumlahnya belum sebanyak film Disney atau Ghibli yang wara-wiri, judul-judul ini jadi bukti kalau industri animasi kita juga bisa berkembang dan punya taring!

28 Years Later: The Bone Temple Bakal Tayang Januari 2026, Ini Trailernya
Jum'at, 05 September 2025 | 08:10 WIB

28 Years Later: The Bone Temple Bakal Tayang Januari 2026, Ini Trailernya

Rilis trailer, Sony Pictures konfirmasi 28 Years Later: The Bone Temple tayang Januari 2026.

Terbaru
Review Film No Other Choice yang Dibayang-bayangi Kemenangan Parasite di Oscar, Lebih Lucu?
nonfiksi

Review Film No Other Choice yang Dibayang-bayangi Kemenangan Parasite di Oscar, Lebih Lucu?

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 09:05 WIB

No Other Choice memiliki kesamaan cerita dengan Parasite, serta sama-sama dinominasikan untuk Oscar.

Kuku Kecil Mimpi Besar: Cerita Vio, Mahasiswa yang Menyulap Hobi Jadi Harapan nonfiksi

Kuku Kecil Mimpi Besar: Cerita Vio, Mahasiswa yang Menyulap Hobi Jadi Harapan

Jum'at, 17 Oktober 2025 | 13:12 WIB

Di tengah padatnya kuliah, mahasiswa Jogja bernama Vio menyulap hobi nail art menjadi bisnis. Bagaimana ia mengukir kesuksesan dengan kuku, kreativitas, dan tekad baja?

Review Film Rangga & Cinta: Bikin Nostalgia Masa Remaja, Tapi Agak Nanggung nonfiksi

Review Film Rangga & Cinta: Bikin Nostalgia Masa Remaja, Tapi Agak Nanggung

Sabtu, 11 Oktober 2025 | 09:00 WIB

Rangga & Cinta tak bisa menghindar untuk dibandingkan dengan film pendahulunya, Ada Apa Dengan Cinta? alias AADC.

Review Tukar Takdir, Bukan Film yang Bikin Penonton Trauma Naik Pesawat! nonfiksi

Review Tukar Takdir, Bukan Film yang Bikin Penonton Trauma Naik Pesawat!

Sabtu, 04 Oktober 2025 | 12:33 WIB

Mouly Surya dan Marsha Timothy kembali menunjukkan kerja sama yang memukau di film Tukar Takdir.

Arsitektur Sunyi 'Kremlin', Ruang Siksa Rahasia Orba yang Sengaja Dilupakan nonfiksi

Arsitektur Sunyi 'Kremlin', Ruang Siksa Rahasia Orba yang Sengaja Dilupakan

Selasa, 30 September 2025 | 19:26 WIB

Ada alamat di Jakarta yang tak tercatat di peta teror, namun denyutnya adalah neraka. Menelusuri 'Kremlin', ruang-ruang interogasi Orde Baru, dan persahabatan aneh di Cipinang

Menyusuri Jejak Ingatan yang Memudar, Penjara Tapol PKI di Jakarta nonfiksi

Menyusuri Jejak Ingatan yang Memudar, Penjara Tapol PKI di Jakarta

Selasa, 30 September 2025 | 15:38 WIB

Ingatan kolektif masyarakat tentang tapol PKI dari balik jeruji penjara Orde Baru telah memudar, seiring perkembangan zaman. Jurnalis Suara.com mencoba menjalinnya kembali.

Review Film Kang Solah: Spin-Off Tanpa Beban, Tawa Datang Tanpa Diundang nonfiksi

Review Film Kang Solah: Spin-Off Tanpa Beban, Tawa Datang Tanpa Diundang

Sabtu, 27 September 2025 | 08:00 WIB

Akankah Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung menyaingi kesuksesan Kang Mak tahun lalu?

×
Zoomed