Retret Kepala Sekolah Rakyat: Ancaman Disiplin yang Menyempitkan Akal?
Home > Detail

Retret Kepala Sekolah Rakyat: Ancaman Disiplin yang Menyempitkan Akal?

Erick Tanjung | Muhammad Yasir

Rabu, 18 Juni 2025 | 07:23 WIB

Suara.com - KEMENTERIAN Sosial (Kemensos) menggelar retret bagi Kepala Sekolah Rakyat. Kegiatan pembekalan itu digelar selama lima hari pada 16-20 Juni 2025 di Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi atau Pusdiklatbangprof Marga Guna, Jakarta Selatan.

Menteri Sosial Saifullah Yusuf alias Gus Ipul menyebut retret tahap pertama ini diikuti 53 Kepala Sekolah Rakyat dari berbagai daerah. Mereka akan menerima berbagai materi pembekalan, mulai dari Kebijakan Sekolah Rakyat, Pendidikan Inklusif Ramah Anak dan HAM, Motivasi dan Empati Sosial, Pengelolaan Sekolah Asrama, Kurikulum Sekolah Rakyat, Bela Negara dan Bimbingan Pengasuhan, hingga Manajemen Administrasi Sekolah.

Sementara pemateri berasal dari sejumlah lembaga. Di antaranya; Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Agama, KPAI, dan TNI.

“Kami minta bantuan TNI dalam hal ini untuk membantu kedisiplinan,” kata Gus Ipul usai membuka acara Retret Kepala Sekolah Rakyat Tahap I di Pusdiklatbangprof Marga Guna, Jakarta Selatan, Selasa, 17 Juni 2025.

Gus Ipul mengakui pelaksanaan retret Kepala Sekolah Rakyat sedikit menyontek konsep retret menteri dan kepala daerah yang telah digelar pemerintah. Termasuk penggunaan seragam pakaian dinas lapangan atau PDL—berupa setelan kemeja safari lengkap dengan topi dan sepatu boot.

“Kami mengambil yang baik dari apa yang sudah dilakukan, baik itu retreat menteri maupun kepala daerah. Jadi manfaatnya besar,” ujarnya.

Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) (tengah) menggelar retreat selama lima hari untuk 53 Kepala Sekolah Rakyat di selurih Indonesia, Jakarta, Selasa (17/6/2025). [Suara.com/Lilis]
Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menggelar retreat selama lima hari untuk 53 Kepala Sekolah Rakyat di selurih Indonesia, Jakarta, Selasa (17/6/2025). [Suara.com/Lilis]

Militerisasi Pendidikan

Kegiatan retret Kepala Sekolah Rakyat yang turut melibatkan TNI menimbulkan kekhawatiran akan semakin menguatnya pola militeristik dalam tata kelola pemerintah Presiden Prabowo Subianto. Terlebih pendekatan serupa sebelumnya juga diterapkan kepada menteri dan kepala daerah.

Pakar Hukum Tata Negara dari Universitas Mulawarman Samarinda Herdiansyah Hamzah alias Castro menilai, retret Kepala Sekolah Rakyat dan pelibatan TNI di dalamnya semakin menandai konsistensi gaya pemerintahan Prabowo yang cenderung mengadopsi disiplin struktur militer ke dalam sektor-sektor sipil. Pola tersebut warisan cara pandang militeristik yang melekat pada Prabowo sebagai mantan jenderal.

“Dan itu sudah kita prediksi sejak awal,” kata Castro kepada Suara.com, Selasa, 17 Juni 2025.

Anggota Kaukus Indonesia untuk Kebebasan Akademik (KIKA) itu turut menyoroti bahaya yang mengintai ketika pendekatan militeristik mulai merambah dunia pendidikan. Menurut Castro, bukan tidak mungkin kebijakan retret untuk Kepala Sekolah Rakyat ini nantinya menjadi pintu masuk untuk menyusupkan pendekatan serupa ke sekolah-sekolah umum lain.

“Ini semacam kotak Pandora,” ujarnya.

Castro turut mengaitkan hal ini dengan kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang mengirim anak-anak ‘nakal’ ke barak militer. Sikap permisif Prabowo terhadap kebijakan Dedi Mulyadi tersebut semakin membuka ruang legitimasi bagi pendekatan serupa dalam sistem pendidikan nasional.

Jika pola ini terus meluas, Castro khawatir dampaknya bukan hanya mengancam otonomi pendidikan, tetapi juga demokrasi. Di mana pendidikan akan kehilangan fungsi kritisnya dan berubah menjadi alat pembentukan warga negara yang tunduk, bukan berpikir.

“Pola militeristik pasti menerapkan sistem komando dan pembungkaman. Mustahil akan ada ruang kritis di dalamnya,” ungkapnya.

Pengamat pendidikan sekaligus pendiri Komunitas Guru Belajar Nusantara, Bukik Setiawan juga berpendapat demikian. Pendekatan retreat ala militer yang bertumpu pada komando tunggal dan ketaatan mutlak, bukanlah ruh dari dunia pendidikan.

Calon Kepala Sekolah Rakyat mengikuti retret di Gedung Pusdiklat Kesejahteraan Sosial Marga Guna, Jakarta Selatan, Selasa 17 Juni 2025. Retret tersebut diisi materi dari TNI-Polisi. [Suara.com/Lilis]
Calon Kepala Sekolah Rakyat mengikuti retret di Gedung Pusdiklat Kesejahteraan Sosial Marga Guna, Jakarta Selatan, Selasa 17 Juni 2025. Retret tersebut diisi materi dari TNI-Polisi. [Suara.com/Lilis]

“Kepala sekolah bukan komandan pasukan, tapi pemimpin pembelajaran. Ia harus mampu mendengar, membuka ruang partisipasi, dan memantik tumbuhnya kepemimpinan kolektif,” jelas Bukik kepada Suara.com.

Ketika pendekatan militeristik disusupi ke ruang pendidikan, Bukik mengibaratkan seperti menyemai benih yang salah di "tanah" yang seharusnya merdeka.

“Risikonya bukan cuma teknis, tapi ideologis,” ujarnya.

Sependapat dengan Castro, Bukik mengatakan pendekatan militeristik di lingkungan pendidikan berpotensi mengaburkan batas antara ketaatan dan kepatuhan tanpa nalar. Jika itu diterapkan pada guru dan kepala sekolah, bisa mematikan ruang dialog, mengikis semangat kritis, hingga menekan keberanian untuk bersuara.

“Pendidikan yang demikian hanya melahirkan generasi penurut, bukan pembaharu,” bebernya.

Alih-alih menggunakan pendekatan militeristik, Bukik menyarankan pemerintah memfasilitasi ruang refleksi, dialog antarpemimpin atau kepala sekolah. Kemudian membuat studi kasus nyata tentang sekolah yang berhasil membangun kedisiplinan murid.

“Sebab kedisiplinan yang otentik bukan hasil teriakan, tapi buah dari komitmen dan relasi yang bermakna,” tuturnya.

Perintah Prabowo?

Meski mengakui konsepnya mengadopsi retret Menteri dan Kepala Daerah, Gus Ipul mengklaim retret Kepala Sekolah Rakyat digelar bukan atas permintaan Prabowo.

“Tidak ada permintaan secara khusus dari bapak presiden,” katanya.

Gus Ipul menjelaskan tujuan daripada retret kepala sekolah pada dasarnya untuk menyamakan persepsi terkait visi dan misi Sekolah Rakyat. Hal ini dinilai penting mengingat Sekolah Rakyat merupakan program baru yang akan mulai diselenggarakan pemerintah di tahun ajaran 2025/2026.

“Kami menyadari betapa pentingnya memberikan pemahaman yang utuh tentang Sekolah Rakyat ini kepada para kepala sekolah,” tuturnya.

Sebanyak 47 Kepala Sekolah Rakyat, kata Gus Ipul, akan mengikuti retret di tahap dua. Selain kepala sekolah, kegiatan yang dijadwalkan berlangsung pada awal Juli 2025 itu juga akan diikuti guru atau tenaga pendidik Sekolah Rakyat.

“Awal bulan depan, retret tahap kedua untuk 1.514 guru dan 600 guru agama akan dimulai,” pungkasnya.


Terkait

Ramai soal Pengibaran Bendera Bulan Bintang saat Lagi di Jakarta, Gubernur Aceh Bilang Begini
Selasa, 17 Juni 2025 | 21:41 WIB

Ramai soal Pengibaran Bendera Bulan Bintang saat Lagi di Jakarta, Gubernur Aceh Bilang Begini

Saat pengibaran bendera bulan bintang dilalukan dalam aksi di kantor gubernur, Muzakir tengah berada di Jakarta.

Sengketa Berakhir! 4 Pulau Resmi Jadi Milik Aceh, Arahan Prabowo Jadi Penentu
Selasa, 17 Juni 2025 | 22:14 WIB

Sengketa Berakhir! 4 Pulau Resmi Jadi Milik Aceh, Arahan Prabowo Jadi Penentu

Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution dan Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem berjabat tangan.

Perintah Hemat Prabowo Mulai Longgar, Sri Mulyani Buka Blokir Anggaran Rp129 Triliun Bagi 99 K/L
Selasa, 17 Juni 2025 | 20:12 WIB

Perintah Hemat Prabowo Mulai Longgar, Sri Mulyani Buka Blokir Anggaran Rp129 Triliun Bagi 99 K/L

Setelah fase efisiensi ketat, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akhirnya mulai membuka blokir anggaran besar-besaran untuk 99 Kementerian/Lembaga (KL).

Terbaru
Mafia Sawit di Tesso Nilo: Antara Konservasi, Korupsi, dan Masa Depan Hutan
polemik

Mafia Sawit di Tesso Nilo: Antara Konservasi, Korupsi, dan Masa Depan Hutan

Selasa, 17 Juni 2025 | 19:05 WIB

Semakin meluas kerusakan hutan di Taman Nasional Tesso Nilo dan timbulnya dampak sosial adalah bukti dari lemahnya pengawasan, serta pembiaran yang berlangsung bertahun-tahun.

BSU Gagal Cegah PHK: Jutaan Pekerja Rentan Jadi Korban? polemik

BSU Gagal Cegah PHK: Jutaan Pekerja Rentan Jadi Korban?

Selasa, 17 Juni 2025 | 15:19 WIB

Sebab kondisinya justru pekerja informal seperti ride hailing atau ojol itu sangat rentan, ungkap Jaya.

Ironi Kekerasan Seksual oleh Anak di Bekasi: Ketika Korban Berubah Jadi Pelaku polemik

Ironi Kekerasan Seksual oleh Anak di Bekasi: Ketika Korban Berubah Jadi Pelaku

Selasa, 17 Juni 2025 | 07:58 WIB

Masalah itu bukan untuk dihilangkan, tapi masalah itu harus ditangani, kata Novrian.

Prabowo-Gibran Dianggap Berhasil Berantas Korupsi? Ada Fakta Pahit di Baliknya! polemik

Prabowo-Gibran Dianggap Berhasil Berantas Korupsi? Ada Fakta Pahit di Baliknya!

Senin, 16 Juni 2025 | 21:49 WIB

"Saya melihat pemerintahan Prabowo belum punya prestasi apapun yang signifikan dalam pemberantasan korupsi. Baru semangat pidato dan janji," kata Zaenur.

Rahasia Empat Pulau Aceh: 'Tanya Rembulan, Tanya Rumput di Pulau Panjang' polemik

Rahasia Empat Pulau Aceh: 'Tanya Rembulan, Tanya Rumput di Pulau Panjang'

Senin, 16 Juni 2025 | 18:53 WIB

Ada pejabat pemerintah di Jakarta yang bilang MoU Helsinki tidak bisa dijadikan dasar. Saya kira itu orang tidak paham sejarah perdamaian Aceh," kata Munawar.

Giant Sea Wall: Solusi Krisis Iklim atau Proyek Bisnis Raksasa? polemik

Giant Sea Wall: Solusi Krisis Iklim atau Proyek Bisnis Raksasa?

Senin, 16 Juni 2025 | 16:07 WIB

"Bukannya belajar dari kesalahan, Prabowo justru memilih untuk melakukan kesalahan yang lebih buruk dengan membangun giant sea wall," ujar Silvia.

Antara Kesejahteraan dan Keserakahan: Kenaikan Gaji Hakim Solusi Cegah Korupsi? polemik

Antara Kesejahteraan dan Keserakahan: Kenaikan Gaji Hakim Solusi Cegah Korupsi?

Senin, 16 Juni 2025 | 08:11 WIB

Tetapi kalau korupsinya karena keserakahan atau corruption by greed, gaji berapapun tidak akan menjadi jawaban, ujar Zaenur.