Acap Blunder: Nasib Menkes Budi Gunadi di Ujung Tanduk?
Home > Detail

Acap Blunder: Nasib Menkes Budi Gunadi di Ujung Tanduk?

Erick Tanjung | Yaumal Asri Adi Hutasuhut

Selasa, 20 Mei 2025 | 19:11 WIB

Suara.com - Pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin terkait besaran gaji dan ukuran celana jeans yang menjadi tolak ukur tingkat kesehatan dan intelektualitas seseorang menuai kritik. Pernyataan kontroversi Budi tersebut tak mengindahkan teguran Presiden Prabowo Subianto kepada para pejabat agar menjaga dan memperbaiki komunikasi publik. Hal itu dinilai bisa membuatnya didepak dari Kabinet Merah Putih.

MENTERI Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengeluarkan pernyataan yang menjadi sorotan publik. Pertama, Budi mengaitkan ukuran celana seseorang dengan tingkat kematian. Menurutnya orang yang memiliki ukuran celana 33-34 dipastikan mengalami obesitas sehingga dekat dengan kematian.

"Pokoknya laki-laki kalau beli celana jeans di atas 33-34 sudah pasti obesitas. Itu menghadap Allah-nya lebih cepat dibandingkan dengan yang ukuran celana jeansnya 32,” kata Budi di Jakarta, Rabu (14/5) pekan lalu.

Setelah pernyataannya menuai kritik, Budi memberikan klarifikasi. Dia beralasan pernyataannya itu merupakan sebuah analogi agar lebih mudah dipahami. Pesan yang ingin disampaikannya agar masyarakat memperhatikan indeks massa tubuh (BMI) yang ideal.

Pernyataan kontroversi Budi belum berhenti di situ. Tiga hari berselang, pada Sabtu 17 Mei saat menjadi salah satu pembicara dalam diskusi bertajuk 'Visi Kesehatan Era Prabowo' Budi kembali melontarkan kata-kata yang menuai kritik. Dia menyebut orang yang memiliki gaji Rp 15 juta lebih sehat dan pintar dibandingkan orang yang bergaji Rp 5 juta.

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, menyampaikan adanya uji coba vaksin Tuberkulosis (TB) untuk mengetahui cocok atau tidaknya dengan orang Indonesia. (Suara.com/Bagaskara)
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.  (Suara.com/Bagaskara)

"Kalau dia enggak sehat dan pintar tidak mungkin gajinya lima belas juta, pasti lima juta,” kata Budi saat itu.

Mengulang Kesalahan Pejabat Lain

Pakar komunikasi massa dari Universitas Jenderal Soedirman, Edi Santoso menilai Budi tidak belajar dari kesalahan beberapa pejabat di Kabinet Merah Putih sebelumnya.

Contohnya, kesalahan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi yang mendapat kritikan keras saat mengomentari teror kepala babi ke redaksi majalah Tempo. Hasan ketika itu melontarkan celetukan 'dimasak saja' yang dinilai tidak berempati atas teror yang dialami Tempo.

"Hasan Nasbi belum lama kan komentar yang justru blunder, sampai Pak Prabowo juga meminta para menterinya lebih menjaga diri dalam berkomunikasi dengan masyarakat. Kok ini malah diulangi lagi," kata Edi kepada Suara.com.

Menurut Edi, Budi sebagai seorang menkes semestinya menempatkan diri sebagai policy maker bukan news maker. Alih-alih sebagai news maker yang menghasilkan good news, Budi justru menimbulkan bad news. Sebab, kata-kata yang dilontarnya tidak berempati kepada masyarakat.

"Misalnya soal gaji yang dibandingkan dengan kepintaran dengan kesehatan. Tentu hubungannya juga tidak linier, pasti debatable dan sebagainya. Tapi membawa-bawa gaji dengan kesehatan itu tentu tidak tepat, apalagi dengan kondisi ekonomi kita saat ini," jelas Edi.

Menkes Budi Gunadi Sadikin. [Suara.com/Novian]
Menkes Budi Gunadi Sadikin. [Suara.com/Novian]

Budi merupakan menteri kesehatan pertama di Indonesia yang bukan dari kalangan dokter atau berprofesi di bidang kesehatan. Sejumlah pihak ada yang mengaitkan kontroversi itu dengan latar belakangnya yang bukan dari dunia kesehatan. Seperti yang disampaikan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Slamet Budiarto yang menilai pernyataan kontroversi itu muncul karena yang melontarkan adalah orang awam.

Namun, Edi tak sepakat dengan pendapat Ketum IDI karena hal itu tidak ada keterkaitan. Untuk menjadi seorang menteri kesehatan yang memiliki sensitivitas dan kemampuan komunikasi yang baik tak harus berlatar belakang dokter dan sejenisnya.

"Pernah juga kok ada dokter yang jadi menteri kesehatan dan komentarnya blunder. Jadi menurut saya ini bukan soal latar belakangnya," tutur Edi.

Menteri kesehatan yang dimaksud adalah Terawan Agus Purwanto yang berlatar belakang dokter. Pada masa awal pandemi Covid-19 Terawan mendapat banyak kritikan karena penyataannya menyalahkan masyarakat saat masker langka.

Sementara itu, pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio alias Hensat menilai sejumlah kontroversi Budi semakin membuat posisinya berada di ujung tanduk. Dia semakin berpotensi direshuffle atau didepak dari Kabinet Merah Putih.

"Dan Pak Prabowo tak suka dengan jajarannya yang gaduh. Saya melihat menkes sudah di ujung tanduk," kata Hensat dalam keterangannya kepada Suara.com.

Pendapat Hensat itu bukan tanpa alasan, sebab selain dua pernyataan kontroversial tersebut, sejumlah kebijakan Budi juga mendapat banyak kritikan.

Dewan guru besar fakultas kedokteran dari sejumlah universitas menyampaikan pernyataan terbuka yang mengkritik sejumlah kebijakan menkes. Seperti sistem pendidikan dokter atau dokter spesialis, tata kelola rumah sakit vertikal, serta hubungan lintas kementerian dan antar institusi negara.

Pernyataan terbuka itu awalnya disampaikan Dewan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, kemudian disusul Dewan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Poin utama dari pernyataan sikap itu mendesak Presiden Prabowo mengevaluasi kebijakan Budi sebagai menteri kesehatan.

Hensat menilai, Prabowo juga tidak suka memiliki pembantu yang berkonflik pemangku kepentingann seperti kalangan dokter dan tenaga kesehatan. Dia mengingatkan kasus Satryo Soemantri Brodjonegoro yang dicopot sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi usai berkonflik dengan pegawai dan ASN.

"Saran saya buat Menkes hati-hati dengan cara komunikasi. Kalau maksudnya baik tapi penyampaiannya salah, ya sia-sia,” katanya.


Terkait

Blunder Mees Hilgers Disorot Media Asing, Pemain Termahal di ASEAN Bikin Kesalahan Besar
Selasa, 20 Mei 2025 | 16:04 WIB

Blunder Mees Hilgers Disorot Media Asing, Pemain Termahal di ASEAN Bikin Kesalahan Besar

Mees Hilgers, pemain termahal di Asia Tenggara (9 juta euro), menghadapi kemarahan publik.

Puluhan Guru Besar Fakultas Kedokteran Unhas Demo Menteri Kesehatan
Selasa, 20 Mei 2025 | 15:33 WIB

Puluhan Guru Besar Fakultas Kedokteran Unhas Demo Menteri Kesehatan

Salah satu yang jadi sorotan adalah Unhas menyatakan menolak pengambilalihan kolegium dokter spesialis

Analis: Ada yang Bilang Menkes Budi Mau Jadi Kandidat Wapres, Bersaing dengan Anak Bos Besar
Selasa, 20 Mei 2025 | 10:54 WIB

Analis: Ada yang Bilang Menkes Budi Mau Jadi Kandidat Wapres, Bersaing dengan Anak Bos Besar

Hensa mengatakan pernyataan Budi belakangan ini menyerupai strategi politikus yang tengah mencari perhatian untuk Pemilu 2029.

Terbaru
Membedah Alur Transfer Pemain di Liga Eropa: Dari Negosiasi hingga Aliran Uang
polemik

Membedah Alur Transfer Pemain di Liga Eropa: Dari Negosiasi hingga Aliran Uang

Minggu, 22 Juni 2025 | 12:19 WIB

Transfer pemain di liga-liga top Eropa, seperti Premier League atau Serie A Italia, bukanlah sekadar urusan jual beli antar klub.

Review 28 Years Later: Bukan Film Zombie Biasa, Aneh Namun Fantastis nonfiksi

Review 28 Years Later: Bukan Film Zombie Biasa, Aneh Namun Fantastis

Sabtu, 21 Juni 2025 | 10:08 WIB

Sejak awal, 28 Years Later tampil dengan gaya visual yang mencengangkan.

Hasto Gunakan AI untuk Pledoi di Sidang: Terobosan Hukum atau Ancaman Keadilan? polemik

Hasto Gunakan AI untuk Pledoi di Sidang: Terobosan Hukum atau Ancaman Keadilan?

Jum'at, 20 Juni 2025 | 19:05 WIB

AI memiliki keterbatasan terkait aspek moral kemanusian, potensi bias dalam algoritma, serta kekhawatiran terhadap keamanan data dan privasi.

Alasan Aneh Hakim Vonis Ringan Makelar Peradilan Zarof Ricar polemik

Alasan Aneh Hakim Vonis Ringan Makelar Peradilan Zarof Ricar

Jum'at, 20 Juni 2025 | 15:55 WIB

Vonis ini belum menunjukkan sikap keras terhadap korupsi di Indonesia.

Prabowo Bubarkan Satgas Saber Pungli Warisan Jokowi: Tak Efektif atau Ada Maksud Politik? polemik

Prabowo Bubarkan Satgas Saber Pungli Warisan Jokowi: Tak Efektif atau Ada Maksud Politik?

Jum'at, 20 Juni 2025 | 13:47 WIB

Jadi sebenarnya Satgas Saber Pungli ini lahir dari kegagalan sistemik dalam penanganan korupsi kecil di birokrasi, jelas Zaenur.

Poster Kritik Gibran Berujung Represi: 'Dinasti Tiada Henti' Jadi Pemicu? polemik

Poster Kritik Gibran Berujung Represi: 'Dinasti Tiada Henti' Jadi Pemicu?

Jum'at, 20 Juni 2025 | 06:29 WIB

"Pertanyaannya adalah apakah yang dilakukan oleh tiga kader PMII dengan membentangkan poster merupakan tindak pidana? Kami berpendapat bukan," tegas Andrie.

Prasejarah Dihapus? Penyusunan Ulang Sejarah Indonesia Mengancam Reputasi Akademik polemik

Prasejarah Dihapus? Penyusunan Ulang Sejarah Indonesia Mengancam Reputasi Akademik

Kamis, 19 Juni 2025 | 17:20 WIB

Prasejarah itu bukan sejarah awal. Saya sebagai pra sejarawan berpikir apakah yang mengganti itu tidak berpikir panjang akan implikasi yang ditimbulkan, ujar Truman.