Maksud Prabowo 'Rapatkan Barisan' di Tengah Isu Matahari Kembar?
Home > Detail

Maksud Prabowo 'Rapatkan Barisan' di Tengah Isu Matahari Kembar?

Erick Tanjung | Yaumal Asri Adi Hutasuhut

Kamis, 24 April 2025 | 19:01 WIB

Suara.com - Prabowo Subianto meminta para pembantunya di Kabinet Merah Putih merapatkan barisan. Pesan itu muncul di tengah isu 'matahari kembar' pasca sejumlah menteri sowan ke kediaman mantan Presiden Joko Widodo pada saat lebaran Idulfitri lalu. Lantas apa maksud instruksi Prabowo kepada para menteri merapatkan barisan?

PERINTAH Presiden Prabowo Subianto agar para menteri merapatkan barisan diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Hal itu disampaikan Cak Imin dalam acara halal bihalal di rumah dinasnya di kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan, pada Minggu, 21 April 2025.

Sejumlah menteri hingga pimpinan DPR RI turut hadir dalam acara tersebut. Namun, tak tak ada Prabowo. Cak Imin mengatakan bahwa Prabowo sudah menelponnya dan menitipkan pesan.

"Pak Presiden menelpon saya, menyampaikan selamat halal bihalal hari ini dan meminta kepada sesama menteri untuk terus merapatkan barisan," katanya.

Cak Imin menuturkan, halal bihalal itu tak hanya sekadar acara silaturahmi dan saling maaf-maafan, tapi bagian dari konsoliodasi untuk memperkuat pola kerja menteri di bawah kepemimpinan Prabowo.

Pesan Prabowo yang disampaikan kepada Cak Imin itu pun dikaitkan dengan isu matahari kembar. Istilah itu disampaikan politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera yang menanggapi sejumlah menteri Prabowo sowan ke Jokowi pada saat lebaran.

"Yang pertama tentu silaturahmi tetap baik, tapi yang kedua tidak boleh ada matahari kembar," kata Mardani, Jumat (11/4) lalu.

Dia mengingatkan, kepala negara saat ini adalah Prabowo Subianto. Meski pun Prabowo tak akan tersinggung dengan kunjungan para menteri ke kediaman Jokowi.

"Jangan ada matahari kembar. Satu matahari saja lagi berat, apalagi kalau dua gitu," ujarnya.

Sebagaimana diketahui setidaknya terdapat delapan menteri Prabowo yang berkunjung ke rumah Jokowi di Solo, Jawa Tengah pada saat lebaran. Pada hari raya pertama, ada Menteri Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno.

Prabowo Subianto sambut Jokowi dalam acara buka bersama (setneg.go.id)
Prabowo Subianto sambut Jokowi dalam acara buka bersama (setneg.go.id)

Setelah itu menyusul Menteri Koperasi Budi Arie, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Wihaji, serta Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono.

Trenggono yang berkunjung pada 11 April mengatakan kedatangannya untuk bersilaturahmi. Menurut dia, meski Jokowi sudah tak menjadi presiden, tapi ayah dari Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka itu tetap dianggapnya bos.

"Silaturahmi sama bekas bos saya, sekarang masih bos saya. Saya sehat, beliau sehat dan minta arahan-arahan. Banyak sekali saya harus belajar. Ya kemajuan KKP," tuturnya.

Sejumlah menteri dan partai koalisi Prabowo-Gibran sudah membantah bahwa perintah merapatkan barisan berkaitan dengan isu matahari kembar. Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi membantah hal tersebut.

"Enggak ada lah itu (mata hari kembar)," kata Prasetyo, Senin (21/4).

Juru bicara Presiden Prabowo itu menilai kedatangan para menteri ke kediaman Jokowi merupakan hal yang wajar. Mengingat Jokowi adalah bekas presiden, dan pernah menjabat kepala pemerintahan selama dua periode.

"Lebaran kan wajar-wajar saja bersilaturahmi," imbuhnya.

Matahari Tunggal di Titik Eksekusi

Pengamat politik dari Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Indaru Setyo Nurprojo menilai isu matahari kembar menjadi sorotan karena relasi antara Prabowo dengan Jokowi. Serta dikuatkan dengan masih banyak menteri era Jokowi menjabat di pemerintahan Prabowo.

Sejumlah menteri yang sowan merupakan mantan menteri Jokowi selama menjabat dua periode. Misalnya Sri Mulyani, dari awal Jokowi menjabat hingga pemerintahan Prabowo masih menempati posisi menteri keuangan. Begitu pula dengan Budi Arie dari Menteri Komunikasi dan Informatika era Jokowi, kini menjabat Menteri Koperasi di Pemerintahan Prabowo.

Presiden Prabowo Subianto melayat ke Uskup Petrus Turang. (Suara.com/Bagaskara)
Presiden Prabowo Subianto. (Suara.com/Bagaskara)

Selain itu, Prabowo memiliki tagline pemerintahan keberlanjutan dari kepemimpinan Jokowi. Seperti program makan bergizi gratis (MBG), aturannya yang berupa Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2024 tentang Badan Gizi Nasional ditandangani Jokowi pada 15 Agustus, sesaat sebelum lengser. Pun pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang dimulai di pemerintahan Jokowi yang dilanjutkan Prabowo.

Menurut Indaru, diakui atau tidak Prabowo tak bisa melepaskan diri dari Jokowi. Dia melihat antara Jokowi dan Prabowo memiliki peranan masing-masing. Jokowo sebagai penggagas, dan Prabowo sebagai eksekutor.

"Jadi boleh dikatakan apakah kepemimpinan Prabowo mutlak 100 persen menjadi matahari tunggal pada titik eksekusi? Eksekusi iya. Tapi membahas menjadi A, menjadi B, menjadi C, saya pikir ini diskusi yang tidak dari Pak Prabowo sendiri," kata Indaru kepada Suara.com, Kamis (24/4/2024).

Sehingga tak heran perintah merapatkan barisan oleh Prabowo dinilai sebagai respons di tengah isu matahari kembar yang dilontarkan Mardani Ali Sera.

"Jokowi aktor politik, Prabowo aktor politik. Para menteri itu aktor politik, dulu pernah menjadi kepercayaan Jokowi, sekarang menjadi kepercayaan Prabowo. Dan yang ribut ya otomatis orang politik, orang partai kan," ujar Indaru.

Berbeda dari Indaru, Guru Besar Politik Universitas Andalas Padang, Asrinaldi menilai Prabowo sebagai presiden tidak mudah untuk dipengaruhi oleh Jokowi.

"Saya yakin Presiden Prabowo tidak akan semudah itu memposisikan dirinya di bawah kendali mantan Presiden Jokowi," kata Asrinaldi kepada Suara.com.

Dia menilai perintah Prabowo merapatkan barisan kepada para menteri tidak berkaitan dengan isu matahari kembar. Menurutnya, perintah itu ditujukan untuk merespons sejumlah isu.

"Justru perintah ini sebagai arahan agar para menteri atau pejabat itu tidak dimasuki isu-isu yang ada di luar pemerintahan," ujarnya.

Salah satu isunya, yakni soal kabar Forum Purnawirawan Prajuri TNI yang mendesak Gibran Rakabuming Raka mundur sebagai wakil presiden. Salah satu purnawirawan yang disebut mendukung mundurnya Gibran yaitu mantan Wakil Presiden Try Sutrisno.

"Barangkali itu yang dimaksud merapatkan barisan. Saya tidak berpretensi bahwa itu kepada Jokowi, justru kepada konteks yang ada di luar pemerintahan, terutama isu-isu yang menganggap pemerintah tidak kapabel mengatasi persoalan-persoalan domestik dan luar negeri," katanya.

Kunjungan sejumlah menteri Prabowo ke Jokowi saat lebaran, menurutnya hal lumrah. Itu merupakan hubungan personal mereka dengan mantan atasannya.

"Namun tentu si menteri juga harus menjaga kewibawaan Presiden Prabowo sebagai atasan mereka sekarang," tandasnya.


Terkait

Ramai Soal Video Monolog Gibran, Golkar: Untungnya Pak Prabowo Bukan Tipe Ribet dan Baperan
Kamis, 24 April 2025 | 11:26 WIB

Ramai Soal Video Monolog Gibran, Golkar: Untungnya Pak Prabowo Bukan Tipe Ribet dan Baperan

Sarmuji menilai ada sisi positif Gibran dengan tampil lewat video monolog apalagi bicara soal bonus demografi.

2 Respon Presiden Prabowo Subianto Terhadap Tekanan Pasar Saham
Kamis, 24 April 2025 | 10:21 WIB

2 Respon Presiden Prabowo Subianto Terhadap Tekanan Pasar Saham

Dua kali Prabowo menanggapi fluktuasi pasar modal, disebut mirip judi dan tidak ambil pusing.

Terbaru
Monolog Gibran Soal Bonus Demografi 'Menohok' Dirinya Sendiri
polemik

Monolog Gibran Soal Bonus Demografi 'Menohok' Dirinya Sendiri

Kamis, 24 April 2025 | 09:29 WIB

"Jadi apa yang dinyatakan itu bertolak belakang dengan apa yang terjadi atas pemilihan dia (Gibran) sebagai wakil presiden," kata Widyanto.

'Luka Lama' Warga Ngaran II Borobudur di Balik Penolakan Kremasi Taipan Murdaya Poo polemik

'Luka Lama' Warga Ngaran II Borobudur di Balik Penolakan Kremasi Taipan Murdaya Poo

Rabu, 23 April 2025 | 17:16 WIB

Ada 'luka lama' di balik penolakan warga terkait rencana kremasi Murdaya Poo di kawasan Borobudur.

Mengapa Narasi Kejaksaan Agung Tersangkakan Direktur Pemberitaan Jak TV Bahaya bagi Kebebasan Pers? polemik

Mengapa Narasi Kejaksaan Agung Tersangkakan Direktur Pemberitaan Jak TV Bahaya bagi Kebebasan Pers?

Rabu, 23 April 2025 | 08:12 WIB

Narasi Kejaksaan Agung inipun dianggap berbahaya bagi kebebasan pers. Mengapa demikian?

Di Balik Sorotan AS Terhadap Barang Bajakan Pasar Mangga Dua polemik

Di Balik Sorotan AS Terhadap Barang Bajakan Pasar Mangga Dua

Selasa, 22 April 2025 | 15:03 WIB

AS soroti Pasar Mangga Dua sbg sarang barang bajakan dan tekan Indonesia perkuat HaKI di tengah perang dagang AS-China. Pemerintah klaim rutin lakukan pengawasan.

Perusahaan Tahan Ijazah Karyawan: Modus Baru Perbudakan Modern? polemik

Perusahaan Tahan Ijazah Karyawan: Modus Baru Perbudakan Modern?

Selasa, 22 April 2025 | 10:26 WIB

Sejumlah daerah memiliki peraturan daerah yang melarang perusahaan menahan ijazah pekerja.

Saat Serdik Polri Pilih Sowan ke Jokowi: Apa Kabar Arah Reformasi Polisi? polemik

Saat Serdik Polri Pilih Sowan ke Jokowi: Apa Kabar Arah Reformasi Polisi?

Senin, 21 April 2025 | 19:27 WIB

Perwira Penuntun (Patun) Pokjar II Serdik Sespimmen, Kombes Denny, menyebut kunjungan tersebut hanya sebatas silaturahmi.

Sengkarut di Balik Dapur MBG yang Belum Dibayar: Apa Akar Masalahnya? polemik

Sengkarut di Balik Dapur MBG yang Belum Dibayar: Apa Akar Masalahnya?

Senin, 21 April 2025 | 12:21 WIB

Dapur mengaku belum dibayar. Kisruh ini makin menegaskan amburadulnya pelaksanaan program andalan Presiden Prabowo Subianto tersebut.