
Suara.com - Hubungan antara Presiden Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, kian mencair. Setelah pertemuan di Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat pada 7 April 2025, keduanya dikabarkan akan bertemu kembali. Pertanyaannya benarkah Prabowo mulai menjauh dari bayang-bayang Jokowi?
Ketua DPP PDIP Puan Maharani mengonfirmasi kabar soal rencana pertemuan lanjutan. Namun, ia belum menyebutkan waktu pastinya.
"Akan ada silaturahmi dan pertemuan-pertemuan Prabowo dengan Megawati yang selanjutnya," ujar Puan di Kompleks Parlemen DPR RI, Senin (14/4/2025).
Pertemuan 7 April lalu berlangsung selama 1,5 jam. Lokasinya di kediaman Megawati. Tanpa kehadiran Jokowi. Tanpa sepengetahuannya pula.
Prabowo tak datang sendiri. Ia ditemani orang-orang terdekat Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani dan Ketua Harian Gerindra Sufmi Dasco Ahmad.
Pertemuan ini menarik karena beberapa kali sebelumnya sempat batal. Ketegangan antara Megawati dan Jokowi disebut-sebut jadi salah satu penyebab. Belum lagi bayang-bayang Jokowi yang masih menyelimuti langkah politik Prabowo.
Padahal, di Pilpres 2024, Jokowi yang notabene kader PDIP mendukung Prabowo dan Gibran Rakabuming Raka. Sementara PDIP justru mengusung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
Kini situasi berubah.
Prabowo terlihat lebih hangat dengan Megawati, namun justru mulai menjaga jarak dari Jokowi. Pasca-Lebaran 2025, belum sekali pun keduanya bertemu.
Terakhir kali Prabowo dan Jokowi bersua dalam acara buka puasa bersama di Istana, 26 Maret 2025. Tapi saat Lebaran tiba, 31 Maret 2025, justru sang putra, Didit Prabowo, yang menyambangi Jokowi di Solo.
Apakah ini pertanda peta kekuasaan mulai bergeser? Atau sekadar manuver biasa? Waktu yang akan menjawab.
Sinyal Ganda
Dosen Ilmu Sosial dan Politik UGM, Dodi Ambardi, menilai Prabowo kini tampak lebih nyaman berkomunikasi dengan Megawati. Secara politik, itu masuk akal.
Megawati adalah pimpinan partai dengan fraksi terbesar di DPR, sementara Jokowi tidak memiliki partai.
“Prabowo terlihat lebih nyaman dengan Megawati,” ujar Dodi yang akrab disapa Kuskridho kepada Suara.com, Selasa (25/4/2025).
Meski demikian, Prabowo dinilai tidak akan secara terbuka menyatakan keberpihakannya. Sebagai presiden, Ketua Umum Partai Gerindra itu masih berupaya merangkul keduanya Megawati dan Jokowi.
Tujuannya jelas: menjaga stabilitas pemerintahan.
“Sebagaimana disampaikannya saat HUT Gerindra lalu, Prabowo tetap mengangkat Jokowi dan menepis isu renggangnya hubungan mereka,” tambah Kuskridho.
Sementara itu, Dosen Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, punya pandangan serupa. Menurutnya, sejak awal wajar jika Prabowo terlihat lebih dekat dengan Jokowi ketimbang dengan Megawati atau Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Jokowi punya peran besar dalam kemenangan Prabowo di Pilpres 2024.
“Ini fakta politik yang tak bisa dibantah,” tegas Adi.
Namun, ia juga menilai menghangatnya hubungan Prabowo dengan Megawati pasca-Lebaran 2025 adalah sesuatu yang normal. Keduanya belum bertemu sejak Prabowo dilantik sebagai presiden. Maka, momen ini jadi penting secara politik.
“Secara politik, ini bagian dari menjaga keseimbangan,” jelasnya.
Langkah menjaga keseimbangan itu, menurut Adi, terlihat dari gerak orang-orang terdekat Prabowo. Termasuk saat Didit, putra sulung Prabowo, menemui Jokowi pada hari Lebaran.
“Untuk merawat suasana yang kondusif, Didit bertemu Jokowi. Apapun alasannya, Didit adalah semacam replika politik Prabowo,” ujar Adi.
Peta relasi elite makin dinamis. Dan Prabowo tampaknya sedang bermain di tengah.
Mungkinkah Prabowo Lepas dari Bayang-bayang Jokowi?
Kedekatan Prabowo dengan Megawati belakangan makin intens. Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah, ini bisa jadi langkah awal Prabowo melepaskan diri dari bayang-bayang Jokowi. Meskipun, Jokowi saat ini masih memiliki banyak loyalis di Kabinet Merah Putih.
“Secara hitungan politik, Prabowo lebih perlu Megawati dibanding Jokowi,” ujar Dedi kepada Suara.com.
Alasannya sederhana, banyak loyalis Jokowi yang dipercaya duduk di kabinet, justru cenderung lebih loyal kepada Jokowi ketimbang kepada Prabowo selaku presiden. Dalam situasi seperti ini, Dedi melihat peluang Prabowo untuk mulai membersihkan ‘orang-orang Jokowi’. Tentu, tidak dengan cara frontal.
Suara.com mencatat, sejumlah menteri kabinet kerap menemui Jokowi di Solo.
Salah satunya terjadi saat Prabowo tengah melakukan kunjungan luar negeri ke Timur Tengah dan Turki. Pada 11 April 2025, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menemui Jokowi di kediamannya.
Momen serupa terjadi saat Lebaran. Kali ini, lebih banyak nama muncul: Zulkifli Hasan (Menko Pangan), Bahlil Lahadalia (Menteri ESDM), Wihaji (Menteri Kependudukan), Budi Arie Setiadi (Menteri Koperasi), Sri Mulyani (Menteri Keuangan), hingga Pratikno (Menko PMK).
“Itu membahayakan. Bisa mengganggu kedaulatan, wibawa, bahkan keamanan kekuasaan Prabowo sebagai presiden. Jangan sampai ada fraksi di lingkar elite tertinggi,” tegas Dedi.
Meski demikian, menghangatnya hubungan Prabowo dan Megawati tak serta merta berarti PDIP akan bergabung ke dalam pemerintahan. Menurut Dedi, kecil kemungkinan Megawati akan mengingkari komitmennya untuk tetap di luar kekuasaan.
“Sejak 2004, Megawati cukup konsisten. Kalau menolak, ya menolak,” katanya.
Namun, berada di luar pemerintahan bukan berarti menutup pintu kerja sama. PDIP dinilai tetap akan menjadi mitra strategis bagi Prabowo, terutama di parlemen.
“Dengan posisi PDIP sebagai kekuatan besar di DPR, bisa dilihat bahwa relasi Megawati dan Prabowo sebenarnya baik-baik saja. Ini hanya urusan sikap politik,” tandas Dedi.
"Saya mempertimbangkan karena ini sudah jadi fitnah di mana-mana," kata Jokowi
Pertanyaan "Apakah Megawati Hangestri masih di Red Spark?" kini ramai dicari publik, terutama para pencinta bola voli Tanah Air dan penggemar olahraga di Korea Selatan.
Ceritanya dimulai bak secepat peluru ditembakkan. Tentang pria asing asal Amerika, diperankan Hus Miller (yang juga menulis naskah bersama Herbulot)
Amien Rais menganggap Jokowi tak ada gunanya membentuk tim hukum untuk membantah dugaan tersebut.
Kasus suap empat hakim ini bukan demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga, tetapi corruption by greed atau keserakahan.
"Setelah diberikan kelonggaran, maka tidak boleh ada lagi toleransi bagi pelanggaran serupa di masa depan, ujar Nur.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto disebut-sebut masuk radar reshuffle Presiden Prabowo Subianto.
Harga emas bakal terus melejit, bahkan pada akhir tahun ini harga emas Antam diprediksi bisa tembus mencapai Rp2,5 juta per gram.
China yang klaim penemu sepak bola punya ambisi besar untuk jadi kekuatan dunia. Ambisi itu bakal dipertaruhkan di markas Timnas Indonesia.
Jumbo, secara mengejutkan, menjadi salah satu film lebaran 2025 yang paling banyak ditonton.
Saya kira ini sebenarnya bukan isu kemanusiaan, tapi isu politik. Prabowo sepertinya tidak punya cara lain untuk bernegosiasi dengan Trump, kata Smith.