Review Jumbo: Sebenarnya Film 'Horor' yang Dibalut Kebahagiaan
Home > Detail

Review Jumbo: Sebenarnya Film 'Horor' yang Dibalut Kebahagiaan

Yazir F

Sabtu, 12 April 2025 | 09:39 WIB

Suara.com - Di hari-hari pertama penayangan, jumlah penonton Jumbo tidak memperlihatkan jumlah yang mengesankan.

Apalagi ada dua film horor, yang masih jadi genre favorit masyarakat Indonesia, tayang saat lebaran.

Kabar bahwa Jumbo menjadi film animasi yang paling banyak ditonton agaknya cukup banyak mengundang gairah para calon penonton untuk memilihnya, termasuk saya.

Jumlah penonton semakin meningkat tajam ketika film Jumbo memperoleh 1 juta penonton di hari kedelapan penayangan.

Puncaknya saat Jumbo menyalip perolehan jumlah penonton Qodrat 2 yang semula berada di posisi kedua di bawah Pabrik Gula.

Jumbo (x.com)
Jumbo.

Apa yang membuat film Jumbo (bisa dibilang) mendadak digandrungi? Jawabannya sudah ada di pembuka tulisan ini.. karena film horor..

Sinopsis (Agak Spoiler)

Seperti yang sudah bisa dibaca di mana-mana, film Jumbo menceritakan seorang bocah yatim piatu bernama Don.

Buku dongeng berjudul "Pulau Gelembung" menjadi peninggalan orangtua yang terus-terusan dibanggakan Don.

Buku itu juga menjadi satu-satunya hal yang dibanggakan Don karena ia tak pandai dalam permainan yang berbau fisik.

Tubuhnya yang besar membuat teman-temannya ogah satu tim dengannya saat main kasti atau bola karena lelet.

Situasi itulah yang memicu Don untuk unjuk diri melalui pementasan dari buku dongeng buatan orangtuanya.

Apabila kamu pikir konfliknya adalah bagaimana Don mementaskan buku dongeng tersebut, jawabannya salah besar!

Pementasan "Pulau Gelembung" dengan penampilan Don menyanyikan lagu "Selalu Ada di Nadimu" justru sudah ditampilkan di tengah-tengah film.

Konflik utama film Jumbo hingga sampai klimaks sebenarnya adalah sosok Meri, arwah yang membantu Don menyukseskan pementasan.

Jumpscare di film Jumbo terbilang cukup mengagetkan karena siapa yang bakal menyangka.. kan ini film animasi anak-anak.. katanya..

Saya sempat kepikiran, ini anak-anak nggak papa kah, dikaget-kagetin begini?

Tapi memang nggak sebanyak itu kok jumpscare-nya. Reaksi para bocil (bocah kecil) yang menonton di bioskop yang sama dengan penulis pun cukup terkontrol.

Malahan, kalau dipikir-pikir, adrenalin menonton sesuatu yang menakutkan ini malah disukai bocil-bocil. Mengingat mereka belum bisa nonton film horor Indonesia yang banyak adegan dewasanya, eh.

Film Animasi Asli Indonesia Loh!

Menonton film Jumbo dengan perasaan bangga bahwa yang membuatnya adalah anak-anak bangsa memang tak terhindarkan.

Ketika membaca dan mendengar bahwa film Jumbo memberikan suguhan cerita yang sangat baik, mengesankan, bahkan mengharukan, saya sebenarnya pesimis.

Terkadang ada paksaan bahwa kita harus mengapresiasi karya anak bangsa, meski sebenarnya standar atau bahkan jelek banget.

Namun setelah menonton film Jumbo, apabila ditanya pendapat, saya cuma jawab dua kata: bagus bangeeet!

Secara teknis animasi, penulis mungkin tidak begitu paham. Hanya saja mata saya sangat dimanjakan tanpa ada hal-hal yang mengganggu.

Karakter Mbek, Mbeek, dan Mbeeek cukup mencuri perhatian di luar fakta bahwa pengisi suaranya adalah Angga Dwimas Sasongko, Chicco Jerikho, dan Ganindra Bimo.

Pemilihan hewan kambing, dan dibuat sedemikian menggemaskan, menjadi salah satu unsur penting yang mengingatkan bahwa film Jumbo benar-benar asli buatan Indonesia.

Film Jumbo juga menghadirkan cerita yang Indonesia banget.

Suasana yang disuguhkan dalam film Jumbo adalah perayaan 17 Agustus yang biasa diisi dengan unjuk bakat maupun lomba-lomba.

Untuk mendapatkan dana pementasannya, Don bersama kawan-kawan diceritakan mengikuti perlombaan seperti lomba panjat pinang dan gigit koin.

Permasalahan utama film Jumbo pun agaknya hanya ada di Indonesia, yaitu penggusuran lahan untuk proyek pembangunan infrastruktur.

Bukan hanya warga sekitar yang protes, arwah-arwah yang lahan makamnya akan digusur pun ikutan.

Arwah di film Jumbo juga Indonesia banget dengan penggunaan ronce bunga melati (atau bunga sedap malam? Penulis tidak begitu yakin) sebagai kalung.

Maka dengan rencana penayangan di 17 negara di luar Indonesia, termasuk Turki dan Rusia, penulis rasa penonton di sana akan mendapatkan cerita baru yang tak dimiliki film animasi negara lain.

Pesan Moral yang Gak Dipaksakan

Tak hanya Don, karakter-karakter dalam film Jumbo yang lain pun cukup menarik perhatian.

Karakter mereka dibuat abu-abu, tidak ada yang sepenuhnya baik, pun jahat banget.

Semua karakter diberi alasan akan sifatnya yang membuat penonton bisa berpindah-pindah keberpihakan.

Don sebagai karakter utama tidak dibuat sebagai sosok yang paling baik. Don tetaplah anak-anak yang punya sisi egois, hanya mau didengar, tetapi juga mau belajar.

Atta, sosok yang merundung Don, pun digambarkan sebagai bocah yang begitu peduli kepada kakaknya.

Di usia anak-anak, Atta sudah berpikir cara membantu abangnya yang bernama Acil untuk mencari uang.

Sebab keduanya yatim piatu, dan kaki Acil terluka sehingga tidak bisa mencari nafkah dengan maksimal.

Meski sama-sama yatim piatu, kondisi Don dan Atta sangat berbeda. Hal itu pun memicu rasa iri Atta sehingga merundung Don.

Don punya dua teman dekat bernama Nurman dan Mae yang seolah menggantikan peran orangtuanya. Dalam salah satu dialog, Don merasa orangtuanya mengirim Nurman dan Mae untuk menemaninya.

Nurman adalah teman Don yang selalu ditemani tiga kambing peliharaan engkong-nya. Ia suka menggambar bunga dan pandai bermain gitar, anaknya 'nyeni' banget.

Mae dan Meri, meski beda dimensi, sama-sama digambarkan sebagai teman yang baik hati.

Untuk para orangtua, karakter-karakter dalam film Jumbo bisa banget jadi bahan diskusi bersama anak-anak untuk memperkenalkan hal baik dan buruk.

Pesan moral dalam film Jumbo terasa sangat kuat, tetapi juga tidak menggurui.

Semua karakternya berproses, pernah berada di posisi yang salah, punya alasan di baliknya, dan mau memperbaiki diri.

Belum lagi cerita mengharukan yang membuat penonton sesenggukan di bioskop, apalagi kalau sudah tidak punya orangtua seperti Don.

Penonton akan dibuat merasakan senang, sedih, geregetan, kaget, deg-degan, dan berbagai macam perasaan lainnya.

Visinema Pictures sebagai production house juga patut diapresiasi akan kesabarannya menanti pengerjaan film Jumbo selama lima tahun dan melibatkan ratusan animator. Angkat topi juga buat Ryan Adriandhy yang menyutradarai film ini. 

Harus diakui pula bahwa Visinema Pictures jago mempromosikan film-filmnya, termasuk Jumbo, ketika mengenalkan sosok-sosok tak terduga di balik suara para karakternya selama penayangan.

Sebenarnya masih banyak alasan film Jumbo telah (dan harus) disaksikan jutaan penonton.

Namun satu hal yang pasti, film Jumbo benar-benar cocok dinikmati semua usia dan sangat layak meraih lebih dari 2 juta penonton, 3 juta, dan seterusnya.

Kontributor : Neressa Prahastiwi


Terkait

Film Jumbo Go International, Dari 17 Kini Siap Tayang di 40 Negara
Sabtu, 11 Oktober 2025 | 07:30 WIB

Film Jumbo Go International, Dari 17 Kini Siap Tayang di 40 Negara

Film animasi Jumbo produksi Visinema Studios mencetak sejarah dengan distribusi internasional di 40 negara.

6 Rekomendasi HP Murah Baterai Jumbo 6.000 mAh, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Kamis, 09 Oktober 2025 | 10:54 WIB

6 Rekomendasi HP Murah Baterai Jumbo 6.000 mAh, Pilihan Terbaik Oktober 2025

Ada setidaknya 6 rekomendasi HP murah baterai jumbo terbaik yang bisa Anda pertimbangkan untuk dibeli pada bulan Oktober 2025.

Penuh Makna dan Harapan, Film Animasi Korea Your Letter Tayang di Indonesia
Selasa, 07 Oktober 2025 | 15:51 WIB

Penuh Makna dan Harapan, Film Animasi Korea Your Letter Tayang di Indonesia

Film animasi Your Letter tayang di Indonesia 22 Oktober 2025, mengisahkan Sori, gadis yang menemukan surat misterius yang membawanya pada perjalanan penuh makna dan harapan.

Terbaru
Review Film Rangga & Cinta: Bikin Nostalgia Masa Remaja, Tapi Agak Nanggung
nonfiksi

Review Film Rangga & Cinta: Bikin Nostalgia Masa Remaja, Tapi Agak Nanggung

Sabtu, 11 Oktober 2025 | 09:00 WIB

Rangga & Cinta tak bisa menghindar untuk dibandingkan dengan film pendahulunya, Ada Apa Dengan Cinta? alias AADC.

Review Tukar Takdir, Bukan Film yang Bikin Penonton Trauma Naik Pesawat! nonfiksi

Review Tukar Takdir, Bukan Film yang Bikin Penonton Trauma Naik Pesawat!

Sabtu, 04 Oktober 2025 | 12:33 WIB

Mouly Surya dan Marsha Timothy kembali menunjukkan kerja sama yang memukau di film Tukar Takdir.

Arsitektur Sunyi 'Kremlin', Ruang Siksa Rahasia Orba yang Sengaja Dilupakan nonfiksi

Arsitektur Sunyi 'Kremlin', Ruang Siksa Rahasia Orba yang Sengaja Dilupakan

Selasa, 30 September 2025 | 19:26 WIB

Ada alamat di Jakarta yang tak tercatat di peta teror, namun denyutnya adalah neraka. Menelusuri 'Kremlin', ruang-ruang interogasi Orde Baru, dan persahabatan aneh di Cipinang

Menyusuri Jejak Ingatan yang Memudar, Penjara Tapol PKI di Jakarta nonfiksi

Menyusuri Jejak Ingatan yang Memudar, Penjara Tapol PKI di Jakarta

Selasa, 30 September 2025 | 15:38 WIB

Ingatan kolektif masyarakat tentang tapol PKI dari balik jeruji penjara Orde Baru telah memudar, seiring perkembangan zaman. Jurnalis Suara.com mencoba menjalinnya kembali.

Review Film Kang Solah: Spin-Off Tanpa Beban, Tawa Datang Tanpa Diundang nonfiksi

Review Film Kang Solah: Spin-Off Tanpa Beban, Tawa Datang Tanpa Diundang

Sabtu, 27 September 2025 | 08:00 WIB

Akankah Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung menyaingi kesuksesan Kang Mak tahun lalu?

Review Afterburn, Dave Bautista dan Samuel L. Jackson Pun Gagal Selamatkan Film Medioker Ini nonfiksi

Review Afterburn, Dave Bautista dan Samuel L. Jackson Pun Gagal Selamatkan Film Medioker Ini

Sabtu, 20 September 2025 | 09:00 WIB

Film Afterburn adalah karya aksi pasca-apokaliptik yang gagal total karena cerita tidak logis, naskah yang lemah, dan eksekusi yang membosankan.

Isu Fatherless Makin Marak, Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah Tayang di saat yang Tepat! nonfiksi

Isu Fatherless Makin Marak, Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah Tayang di saat yang Tepat!

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah berhasil meraih 420 ribu penonton meski berhadapan dengan film The Conjuring.

×
Zoomed