Suara.com - Pola perilaku konsumsi masyarakat acap kali meningkat di bulan Ramadan. Tren tersebut bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi di mayoritas negara dengan penduduk muslim. Lantas mengapa deflasi justru terjadi menjelang Ramadan di Indonesia?
BEHAVIORAL Economist dari Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Lury Sofyan dalam tulisannya di The Conversation menjelaskan, secara psikologis perilaku konsumtif itu terjadi akibat kemampuan pengendalian diri seseorang atau self-control saat berpuasa melemah. Di mana dalam kondisi tersebut, masyarakat kerap membuat keputusan yang impulsif saat berbelanja.
Efek dopamin yang memicu rasa senang berlebihan, menurut Sofyan juga kerap membuat masyarakat lebih menikmati proses berbelanja makanan atau takjil. Walaupun akhirnya seringkali tidak dikonsumsi ketika berbuka puasa.
“Tak heran, menjelang berbuka kita sering kali membeli lebih banyak makanan daripada yang benar-benar kita butuhkan,” jelas Sofyan dikutip Suara.com.
Tren melonjaknya konsumsi masyarakat selama Ramadan itu, kata Sofyan, setiap tahun biasa terjadi tidak hanya di Indonesia. Hasil studi Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) pada 2021 menunjukkan, limbah makanan selama Ramadan meningkat 30 persen di banyak negara muslim.
Namun kondisi berbeda terjadi di bulan Ramadan tahun ini di Indonesia. Alih-alih mengalami peningkatan, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Februari 2025 atau satu bulan menjelang Ramadan justru mengalami penurunan.
Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat pada Februari 2025 Indonesia mengalami deflasi secara bulanan dan tahunan. Tingkat deflasi bulanan atau month to month (mtm) sebesar 0,48 persen dan deflasi tahunan atau year on year (yoy) 0,09 persen.
Deflasi tahunan baru terjadi kembali di Indonesia. Terakhir Indonesia mengalami deflasi tahunan sebesar 1,10 persen pada Maret 2020. Penyumbang deflasi tahunan saat itu didominasi oleh kelompok bahan makanan.
Mengapa terjadi deflasi jelang Ramadan?
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyebut penyumbang deflasi pada Februari 2025 didominasi diskon tarif listrik. Sejak Januari-Februari, pemerintah Prabowo-Gibran menerapkan diskon tarif listrik sebesar 50 persen untuk pelanggan PLN dengan daya listrik 2.200 VA dalam rangka menjaga daya beli masyarakat.
"Komoditas utama penyebab deflasi Februari adalah diskon tarif listrik, daging ayam ras, cabai merah, tomat dan telur ayam ras," ungkap Amalia.
Sementara Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, deflasi yang terjadi jelang Ramadan bukan semata-mata akibat diskon tarif listrik. Sebab deflasi terjadi di beberapa komoditas pangan. Seperti daging ayam ras dan telur ayam ras, cabai dan sebagainya.
“Sisi permintaan seharusnya makin naik setelah ada diskon tarif listrik, karena uang yang dihemat dari pengeluaran listrik bisa dibelanjakan masyarakat,” kata Bhima kepada Suara.com.
Menurut Bhima deflasi yang terjadi tidak terlepas dari faktor daya beli masyarakat yang masih lemah. Sehingga di Ramadan tahun ini banyak masyarakat yang memilih untuk menahan belanja.
Apalagi, lanjut Bhima, di tengah kondisi badai pemutusan hubungan kerja atau PHK yang terjadi di sektor industri padat karya. Sejak Januari-Desember 2024 Kementerian Tenaga Kerja mencatat angka PHK di Indonesia telah mencapai 77.965 orang. Sedangkan di Januari 2025, telah mencapai 3.325.
“Itu jadi alarm juga dari sisi demand pull inflation,” jelas Bhima.
Seorang penjual salad buah bernama Ronna (30) mengakui terjadinya penurunan daya beli masyarakat di Ramadan tahun ini. Berbeda dari tahun lalu di mana dalam sehari perempuan asal Depok, Jawa Barat itu mengaku rata-rata bisa menerima pesanan mencapai 20 pcs.
“Tahun ini menurun. Kadang sehari nggak ada sama sekali,” ungkap Ronna kepada Suara.com.
Hal serupa juga diakui Toto dan Erik. Pedagang gorengan dan soto di sekitar Setiabudi, Jakarta Selatan itu terang-terangan menyebut Ramadan tahun ini tak seramai tahun-tahun sebelumnya.
“Kalau dibanding tahun lalu di awal puasa, ya masih lebih baik tahun lalu lah,” katanya.
Sedangkan Ilham (37) warga Bekasi, Jawa Barat salah satu yang mengaku mengubah perilaku konsumsi di Ramadan tahun ini. Bersama istrinya, dia memutuskan menahan belanja dan lebih mengalokasikan sisa uang yang ada untuk ditabung.
“Tahun lalu misalnya beli es buah jadi, tahun ini bikin sendiri,” tutur Ilham. “Karena lumayan selisihnya, sekali beli buah juga bisa untuk besoknya.”
Selain karena melihat kondisi perekonomi yang kurang baik, karyawan BUMN tersebut mengaku turut terdampak kebijakan efisiensi. Di mana sejak Desember, uang bonus yang semestinya diterima setiap enam bulan masih tertahan.
“Jadi mau nggak mau harus ngirit,” ungkapnya.
Ilham mengaku bersama istrinya juga telah sepakat untuk menahan belanja saat lebaran Idul Fitri. Uang tunjangan hari raya atau THR rencananya akan mereka prioritaskan untuk ditabung.
“Istri udah setuju juga, misalnya baju lebaran pakai yang tahun lalu aja. Sama THR untuk saudara-saudara tahun ini juga disesuaikan keadaan, karena terdampak efisiensi,” ucapnya seraya tertawa.
Penuturan Ilham sejalan dengan hasil analisis Bhima. Direktur Celios itu memperkirakan efek THR di lebaran tahun ini terhadap pertumbuhan ekonomi tidak akan signifikan dibanding tahun lalu.
“Relatif kecil, karena masyarakat banyak yang simpan THR untuk keperluan pasca-lebaran,” tandasnya.
Alih-alih untung besar, beberapa justru mengalami penurunan pendapatan karena kesalahan yang tidak disadari.
Dukungan yang diberikan sangat berarti bagi anak-anak dan keluarga.
Beli kuota IM3 makin hemat dengan BRImo, khusus di bulan Ramadan.
Dalam melakukan war takjil, tapi Kevin Julio punya siasat agar tidak kehabisan.
"Penegak hukum kan harus fair. Artinya penegakan hukum itu harus diperlakukan kepada semua pejabat yang melakukan hal sama (impor gula) dengan Tom Lembong," kata Aan.
Anora adalah potret kejam dari dunia yang tidak adil, tetapi tetap menyelipkan secercah harapan dalam absurditasnya.
Karena tanpa menjadi bagian dari PSI sekalipun, PSI sudah mengakomodasi gagasan dan pikiran Jokowi, ujar Adi.
Pernyataan Dhani muncul dalam rapat Komisi X DPR RI bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga serta PSSI terkait naturalisasi tiga calon pemain timnas Indonesia
Kekesalan Putra Mahkota Keraton Solo yang dilontarkan di media sosial mewakili suara masyarakat yang kecewa atas situasi terkini di Indonesia.
Benarkah manuver ini akan kembali membawa TNI ke jabatan sipil dan bisnis?
Ini juga bias pembelaan kepada orang-orang kaya, koruptor dan pejabat. Nampak sekali ketidakadilan dalam usulan itu, ujar Isnur.