Hotel Merugi Rp24,5 Triliun, Efisiensi Anggaran Prabowo Ancam PHK Massal?
Home > Detail

Hotel Merugi Rp24,5 Triliun, Efisiensi Anggaran Prabowo Ancam PHK Massal?

Erick Tanjung | Yaumal Asri Adi Hutasuhut

Selasa, 18 Februari 2025 | 16:03 WIB

Suara.com - Pengusaha industri perhotelan mau tak mau harus memutar otak menghadapi efek domino dari efisiensi anggaran kementerian dan lembaga. Sektor pariwisata, khususnya perhotelan salah satu pihak yang terimbas atas kebijakan pemangkasan anggaran Presiden Prabowo Subianto.

KETUA Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani mengatakan industri perhotelan berpotensi mengalami kerugian Rp24,5 triliun. Sebab, 40 persen pangsa pasar hotel bintang tiga hingga lima berasal dari kementerian dan lembaga dari penggunaan meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE).

Hariyadi mengungkapkan, pasca Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dalam Pelaksanaan APBN dan APBD 2025 diumumkan pada 22 Januari, reservasi MICE dari kementerian/lembaga sudah tidak ada lagi.

CEO Archipelago, John Flood menyayangkan kebijakan itu disampaikan tanpa adanya pemberitahuan sebelumnya. Archipelago adalah manajemen hotel terbesar di Asia Tenggara. Dengan adanya pemberitahuan di awal, setidaknya mereka membuat perencanaan untuk menghadapi hal itu.

"Dan menyesuaikan strategi dengan lebih efektif," kata John kepada Suara.com beberapa waktu lalu.

Okupansi dari kementerian/lembaga mengalami penurunan. Di sejumlah hotel yang dikelola Archipelago telah terjadi pembatalan reservasi untuk kebutuhan MICE dari kementerian/lembaga.

Ilustrasi hotel dan restoran. [Ist]
Ilustrasi hotel dan restoran. [Ist]

Paling terdampak adalah hotel mereka yang berada di wilayah pusat politik dan administrasi pemerintahan seperti di Jakarta. Setidaknya di kawasan tersebut pangsa pasar dari kementerian/lembaga berkisar antara 10-40 persen.

Keputusan penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah pada awal tahun semakin menjadi tantangan karena kebutuhan untuk jasa hotel mulai sepi. Dampak yang sudah mulai terasa ke bagian keuangan dan operasional hotel. Selain itu, mitra hotel juga terkena dampak.

"Pemasok kami dan banyak bisnis pendukung lainnya yang bergantung," ujar John.

Untuk menghadapi situasi ini, hotel-hotel meningkatkan strategi pemasarannya demi menarik lebih banyak pengguna jasa dari non-pemerintah. Hal tersebut dilakukan dengan diversifikasi (menghindari ketergantungan) basis klien agar lebih banyak pengguna jasa dari korporat dan sektor lain yang tidak terdampak dari efisiensi anggaran pemerintah.

"Strategi ini sangat penting untuk menjaga stabilitas operasional kami dan terus memberikan layanan terbaik meskipun ada tantangan saat ini," kata John.

John juga berharap ada kebijakan yang mendukung dari pemerintah, seperti keringanan pajak sementara dan upaya meningkatkan pemasaran pariwisata domestik, dan internasional.

Selain itu, katanya, memfasilitasi penerbangan langsung internasional ke destinasi sekunder yang dapat meningkatkan aksesibilitas dan mendistribusikan manfaat pariwisata secara lebih luas.

"Serta mempromosikan beragam pasar pariwisata seperti ekowisata dan wisata budaya akan membantu menstabilkan industri perhotelan meskipun ada penyesuaian fiskal," tuturnya.

Penurunan tingkat okupansi dari kementerian/lembaga turut diamini sejumlah pengurus PHRI di berbagai wilayah. Pembatalan reservasi, khususnya kebutuhan MICE dan kamar telah terjadi. Hal itu kemudian mengakibatkan kerugian.

Ketua PHRI Jawa Barat, Dodi Ahmad Sofiandi mengungkapkan kerugiaan bisnis perhotelan di wilayahnya mencapai Rp12,8 miliar pada Februari 2025.

Sekretaris PHRI Sumatera Barat, Elvis Syarif turut mengeluhkan hal yang sama. Di wilayahnya, pengusaha hotel mengalami penurunan okupansi yang tergolong ekstrem, yakni 50-60 persen. Padahal bisnis mereka baru mulai membaik pada 2023 setelah pandemi Covid-19.

"Masuk 2024 sedikit bernafas, tapi sekarang muncul lagi dengan kebijakan ini. Nah ini membuat drop lagi. Mudah-mudahan ini tidak berlanjut. Itu harapan kami," kata Elvis.

PHRI Sumatera Barat memiliki 97 hotel yang menjadi anggotanya. Menurutnya jika hal tersebut terus terjadi bakal mengancam nasib ribuan karyawan yang menggantungkan hidupnya di industri perhotelan. Pemutusan hubungan kerja atau PHK massal tidak menutup kemungkian bakal terjadi.

Ilustrasi kamar hotel. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/aww.
Ilustrasi kamar hotel. [Antara/Fikri Yusuf/aww]

Menanggapi situasi itu, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana mengatakan akan membahas lebih lanjut dengan PHRI.

"Kami belum mengkaji lebih lanjut, kami akan membahasnya dengan PHRI mengenai hal ini," kata Widi di Jakarta, Minggu (16/2).

Ancam Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

Peneliti dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Imaduddin Abdullah menyebut situasi yang dialami industri perhotelan dapat berdampak luas. Selain potensi gelombang PHK juga berdampak ke sektor lain yang dapat memberikan tekanan perekonomian daerah, khususnya di daerah yang bergantung pada sektor pariwisata. Apalagi untuk daerah yang potensi terbesarnya dari penerimaan pajak industri hotel dan restoran.

"Jika hotel mengalami penurunan pendapatan yang signifikan, maka setoran pajak ke kas daerah juga akan berkurang. Pada gilirannya bisa berdampak pada kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai program pembangunan dan layanan publik," kata Imaduddin kepada Suara.com, Selasa (18/2).

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menjelaskan, secara umum dampak dari efisiensi anggaran ini dapat menghambat target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan Presiden Prabowo. Dia menilai kebijakan efisiensi dilakukan secara brutal justru mengganggu program pemerintah sendiri.

"Jadi khawatirnya Prabowo ingin mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dengan efisiensi ini justru di banyak daerah, kementerian lembaga turun perputaran uang, turun pertumbuhan ekonomi," kata Bhima kepada Suara.com.

Peneliti Indef Eko Listiyanto menuturkan, pihak terdampak lainnya adalah industri transportasi khususnya penerbangan. Karena efisiensi ini juga memotong angaran perjalanan dinas. Kemudian percetakan dan alat tulis.

Dia mempertanyakan tujuan dari efisiensi anggaran Prabowo. Sebagaimana disampaikan pemerintah, efisiensi disebut dapat menghemat anggaran senilai Rp306 triliun. Pemerintah perlu menjelaskan penggunaannya.

"Kan yang terdengarnya untuk makan bergizi gratis atau MBG. Tapi MBG kan katanya tambahannya Rp100 triliun, sehingga yang lainnya untuk apa itu harus dijelaskan," kata Eko kepada Suara.com.

Imaduddin menyarankan agar efisiensi anggaran tidak menyebabkan kontraksi ekonomi yang berlebihan. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan pemerintah. Pertama, pemerintah harus selektif dalam melaksanakan efisiensi.

"Alih-alih pemotongan seragam, pemerintah perlu memilah belanja mana yang benar-benar bersifat konsumtif dan mana yang memiliki multiplier effect tinggi terhadap perekonomian," ujar Imaduddin.

Misalnya, kata dia, efisiensi bisa difokuskan pada kegiatan seremonial yang tidak esensial, tetapi tetap mempertimbangkan belanja strategis seperti MICE yang memiliki dampak luas pada sektor lain.

Terkait situasi yang dihadapi industri perhotelan, pemerintah dapat mendorong pengalihan anggaran ke program sektor pariwisata. Misalnya memberikan insentif pajak bagi hotel yang terdampak.

"Terakhir, jika efisiensi anggaran ternyata berdampak negatif yang lebih besar dari perkiraan awal, pemerintah perlu mempertimbangkan mekanisme revisi atau relaksasi aturan untuk memastikan bahwa kebijakan ini tidak merugikan perekonomian dalam jangka panjang," tandasnya.


Terkait

Rahasia Susi Pudjiastuti Hemat Anggaran KKP Rp8,2 Triliun, Patut Dicontoh Kabinet Prabowo
Selasa, 18 Februari 2025 | 13:12 WIB

Rahasia Susi Pudjiastuti Hemat Anggaran KKP Rp8,2 Triliun, Patut Dicontoh Kabinet Prabowo

Pendiri Anti Corruption Lab Adnan T. Husodo menilai, tindakan Susi dalam menghemat anggaran patut diapresiasi mengingat pagu KKP sendiri sebenarnya tidak besar

Terbaru
Isu Fatherless Makin Marak, Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah Tayang di saat yang Tepat!
nonfiksi

Isu Fatherless Makin Marak, Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah Tayang di saat yang Tepat!

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah berhasil meraih 420 ribu penonton meski berhadapan dengan film The Conjuring.

Pengalaman Tiga Hari di Pestapora 2025, Festival Musik yang Penuh Warna dan Kejutan nonfiksi

Pengalaman Tiga Hari di Pestapora 2025, Festival Musik yang Penuh Warna dan Kejutan

Selasa, 09 September 2025 | 20:27 WIB

Catatan tiga hari Pestapora 2025, pesta musik lintas generasi.

Review Film The Conjuring: Last Rites, Penutup Saga Horor yang Kehilangan Taring nonfiksi

Review Film The Conjuring: Last Rites, Penutup Saga Horor yang Kehilangan Taring

Sabtu, 06 September 2025 | 08:00 WIB

Plot yang lemah, jumpscare yang klise, serta kurangnya ide segar membuat film terasa datar.

Review Panji Tengkorak, Tetap Worth It Ditonton Meski Meski Penuh Cacat nonfiksi

Review Panji Tengkorak, Tetap Worth It Ditonton Meski Meski Penuh Cacat

Sabtu, 30 Agustus 2025 | 08:00 WIB

Film ini justru hadir dengan nuansa kelam, penuh darah, dan sarat pertarungan.

'Sudahlah Tertindas, Dilindas Pula', Kesaksian Teman Affan Kurniawan yang Dilindas Rantis Brimob polemik

'Sudahlah Tertindas, Dilindas Pula', Kesaksian Teman Affan Kurniawan yang Dilindas Rantis Brimob

Jum'at, 29 Agustus 2025 | 13:04 WIB

Affa Kurniawan, driver ojol yang baru berusia 21 tahun tewas dilindas rantis Brimob Polda Jaya yang menghalau demonstran, Kamis (28/8) malam. Semua bermula dari arogansi DPR.

Review Film Tinggal Meninggal: Bukan Adaptasi Kisah Nyata tapi Nyata di Sekitar Kita nonfiksi

Review Film Tinggal Meninggal: Bukan Adaptasi Kisah Nyata tapi Nyata di Sekitar Kita

Sabtu, 23 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Film Tinggal Meninggal lebih banyak mengajak penonton merenungi hidup ketimbang tertawa?

80 Tahun Indonesia Merdeka; Ironi Kemerdekaan Jurnalis di Antara Intimidasi dan Teror polemik

80 Tahun Indonesia Merdeka; Ironi Kemerdekaan Jurnalis di Antara Intimidasi dan Teror

Minggu, 17 Agustus 2025 | 15:38 WIB

Di usia 80 tahun kemerdekaan Indonesia, jurnalis masih menghadapi intimidasi, teror, hingga kekerasan.