Satu Abad Pramoedya Ananta Toer: 'Bumi Manusia' Jadi Bacaan Wajib Mahasiswa di Amerika, di Indonesia Ditinggalkan
Home > Detail

Satu Abad Pramoedya Ananta Toer: 'Bumi Manusia' Jadi Bacaan Wajib Mahasiswa di Amerika, di Indonesia Ditinggalkan

Erick Tanjung | Muhammad Yasir

Senin, 10 Februari 2025 | 09:42 WIB

Suara.com - “Mengapa sastra tidak diajarkan di sekolah di Indonesia?” Pertanyaan kritis itu disampaikan Max Lane dalam acara Peringatan Satu Abad Kelahiran Pramoedya Ananta Toer di Taman Ismail Marzuki, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 8 Februari 2025.

MAX adalah seorang Indonesianis asal Australia. Dia sosok pertama yang menerjemahkan Tetralogi Pulau Buru; Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca— karya sastrawan kelahiran Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 Pramoedya Ananta Toer alias Pram ke dalam bahasa Inggris.

“Itu harus direnungkan pada diri dan teman-teman, mengapa Indonesia satu-satunya negeri di dunia di mana sastra nasional tidak diajarkan dan didiskusikan di sekolah,” ucap Max.

Negara-negara lain di Asia, Eropa dan Amerika, karya sastra merupakan bahan bacaan yang wajib diskusikan di sekolah. Bahkan universitas-universitas di Amerika ‘This Earth of Mankind’— terjemahan Bumi Manusia— yang dipublikasikan Penguin Books masuk dalam kurikulum atau bacaan wajib mahasiswanya.

“Itu lah mengapa buku This Earth of Mankind masih bisa cetak 40 tahun tanpa putus di Amerika,” ungkapnya.

Max lantas kembali melontarkan pertanyaan. Kali ini pertanyaan yang cukup tajam soal sikap sastrawan dan intelektual Indonesia terhadap karya sastra.

“Mengapa selama ini tidak ada protes dari kaum sastrawan atau organisasi lain yang punya panggung. Mengapa tidak ada protes?” ujarnya.

Max Lane dalam acara Peringatan Satu Abad Kelahiran Pramoedya Ananta Toer di Taman Ismail Marzuki, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (8/2/2025). [Suara.com/Yasir]
Max Lane dalam acara Peringatan Satu Abad Kelahiran Pramoedya Ananta Toer di Taman Ismail Marzuki, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (8/2/2025). [Suara.com/Yasir]

Kecintaan sastrawan dan intelektual Indonesia pada sastra, anak bangsa, dan negeri menurut Max sulit terwujud tanpa membangkitkan ketertarikan orang-orang pada membaca sastra.

“Apakah karena sastrawan dan intelektual Indonesia tidak sayang pada sastra? Apakah sastrawan dan intelektual Indonesia tidak sayang pada anak? Atau jangan jangan tidak sayang pada sastra maupun anak?” imbuhnya.

Karena itu, Max mangaku senang atas adanya petisi dari sembilan organisasi gerakan masyarakat yang mendorong pemerintah untuk memasukkan Sastra Nasional Indonesia sebagai mata pelajaran wajib di semua sekolah setingkat SMP dan SMA. Sembilan organisasi itu di antaranya: SPRI, KASBI, KPRI, KPR, KSN, SPK,SEMPRO, Solidaritas.net, dan Koreksi.org.

“Tapi saya pikir harus lebih daripada itu. Organisasi-organisasi apapun dan di manapun harus punya program sendiri untuk membaca bersama atau membangun kelas/kuliah bersama tentang karya Pram serta karya sastra penting lainnya,” ucapnya.

Sementara aktivis International People's Tribunal on 1965 Crimes Against Humanity in Indonesia atau IPT 1965, Reza Muharam mengatakan telah mengusulkan dalam rapat Peringatan Satu Abad Kelahiran Pramoedya Ananta Toer untuk membentuk kelompok-kelompok baca di daerah. Dia mengakui karya-karya Pram yang banyak berbicara soal pembelaan terhadap masyarakat terpinggirkan dan tertindas kini lebih banyak dibaca oleh kalangan menengah.

“Bagaimana caranya untuk membawa Pram ke kampung-kampung, ke pabrik-pabrik dan ke pelosok Indonesia supaya kita bisa ikut serta dalam proyek nasional dalam rangka mencerdaskan bangsa,” katanya.

Koleksi Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer. (Docpribadi/Souparmand)
Koleksi Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer. (Docpribadi/Souparmand)

Wajib Santri Baca Karya Pram

Pendiri Pesantren Ekologis Misykat Al-Anwar, Roy Mutardho yang turut hadir dalam acara Peringatan Satu Abad Kelahiran Pramoedya Ananta Toer justru bercerita telah mewajibkan santrinya untuk membaca karya-karya Pram. Mereka juga diperkenalkan untuk membaca Revolusi Prancis hingga teks-teks Ghassan Fayiz Kanafani terkait perlawanan tokoh-tokoh Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina atau PFLP.

Selain mewajibkan santri untuk membaca, mereka juga diminta untuk mendiskusikan atau mempresentasikannya kepada santri-santri lain.

“Kenapa? Dengan begitu anda akan melihat dunia dengan cara berbeda,” jelas Roy Mutardho.

Roy Mutardho lalu bercerita kalau dia telah membaca karya-karya Pram sejak mengenyam pendidikan SMA di salah satu pesantren di Yogyakarta.

“Waktu SMA saya cukup nakal saya dihukum oleh kiai saya karena saya nggak menghafalkan Al-Quran, saya membaca karya-karyanya Pram. Tapi sekarang saya belakangan tidak menyesal,” selorohnya.

Karena itu, Roy Mutardho mendukung adanya petisi yang mendorong pemerintah untuk memasukkan karya-karya Sastra Nasional Indonesia sebagai mata pelajaran wajib di semua sekolah SMP dan SMA/SMK.

“Itu satu langkah proyek menuju Indonesia hampir menang. Paling tidak generasi kita nggak bodoh-bodoh amat gitu lho,” pungkasnya disambut gelak tawa peserta yang hadir.


Terkait

Perkuat Budaya, Dharma-Kun Siapkan Program Rumah Adat Betawi Hingga Gratiskan Penggunaan Taman Ismail Marzuki
Minggu, 06 Oktober 2024 | 21:06 WIB

Perkuat Budaya, Dharma-Kun Siapkan Program Rumah Adat Betawi Hingga Gratiskan Penggunaan Taman Ismail Marzuki

Selain itu, dia juga mengaku merencanakan program berupa sarana dan sarana di tiap RW dan kelurahan pembangunan rumah adat Betawi di Jakarta.

Harga Sewa TIM Bikin Pening Seniman, Rano Karno Janji Cari Solusi
Rabu, 18 September 2024 | 18:24 WIB

Harga Sewa TIM Bikin Pening Seniman, Rano Karno Janji Cari Solusi

Tingginya harga sewa dan tidak adanya tempat berekspresi bagi seniman membuat acara pementasan di TIM menjadi berkurang drastis

Bukan Sekadar Bacaan Usang: Mengapa Sastra Klasik Masih Penting?
Rabu, 11 September 2024 | 11:26 WIB

Bukan Sekadar Bacaan Usang: Mengapa Sastra Klasik Masih Penting?

Sastra klasik mengandung nilai-nilai universal yang terus hidup dan relevan meski zaman berubah.

Terbaru
Gunagoni, Produk Fesyen Berbahan Karung Goni Idola Kaum Sumaker, Sugih Macak Kere
nonfiksi

Gunagoni, Produk Fesyen Berbahan Karung Goni Idola Kaum Sumaker, Sugih Macak Kere

Sabtu, 08 Februari 2025 | 12:15 WIB

Pria yang pernah menjadi jurnalis di Ibukota ini menceritakan momen ketika tas Gunagoni diborong ibu-ibu pejabat.

Bangkit dari Keterpurukan di Hidup Peternak Lele nonfiksi

Bangkit dari Keterpurukan di Hidup Peternak Lele

Sabtu, 08 Februari 2025 | 10:35 WIB

Melunasi hutang, membangun kembali bisnis lele warisan orang tua, itu plot cerita Hidup Peternak Lele.

Review Jujur Dark Nuns: Film Horor Kok Bikin Ngantuk nonfiksi

Review Jujur Dark Nuns: Film Horor Kok Bikin Ngantuk

Sabtu, 08 Februari 2025 | 09:10 WIB

Film Dark Nuns lebih cocok jadi terapi insomnia.

Aroma RMS di Timnas Indonesia: Profesionalisme atau Nasionalisme polemik

Aroma RMS di Timnas Indonesia: Profesionalisme atau Nasionalisme

Sabtu, 08 Februari 2025 | 09:00 WIB

Apakah relevan sepak bola dikaitkan dengan sejarah dan politik?

LAN Larang ASN Kritik Anggaran Prabowo: Paradoks Netralitas Hingga Ancaman Kebebasan Berekspresi polemik

LAN Larang ASN Kritik Anggaran Prabowo: Paradoks Netralitas Hingga Ancaman Kebebasan Berekspresi

Jum'at, 07 Februari 2025 | 21:00 WIB

Dalam surat itu, LAN melarang ASN di internalnya mengeluh di media sosial terkait kebijakan ini.

Saat Prabowo Turun Tangan Meredam Polemik Kebijakan Menteri yang Tak Sinkron polemik

Saat Prabowo Turun Tangan Meredam Polemik Kebijakan Menteri yang Tak Sinkron

Jum'at, 07 Februari 2025 | 18:51 WIB

Tak jarang Prabowo kerap tampil bak pahlawan dalam menganulir keputusan para pembantunya dalam penerapan kebijakan yang dinilai memberatkan masyarakat.

Antara Stabilitas dan Efisiensi; Kabinet Prabowo di Persimpangan Jalan polemik

Antara Stabilitas dan Efisiensi; Kabinet Prabowo di Persimpangan Jalan

Jum'at, 07 Februari 2025 | 14:07 WIB

Ketegasan Prabowo dalam menyampaikan reshuffle kabinet tidak cukup, sejumlah pihak mendesak pemangkasan kementerian/lembaga.