Kenapa Remaja Sekarang Dinilai Semakin Nekat Berbuat Kriminal dan Kejahatan Lainnya?
Home > Detail

Kenapa Remaja Sekarang Dinilai Semakin Nekat Berbuat Kriminal dan Kejahatan Lainnya?

Dany Garjito | Husna Rahmayunita

Sabtu, 25 Januari 2025 | 10:10 WIB

Suara.com - Masyarakat Indonesia digegerkan dengan kasus kriminal yang dilakukan anak di bawah umur. Teranyar kasus anak baru gede (ABG) di Lebak Bulus yang menghabisi nyawa ayah dan nenek kandungnya pada akhir November tahun lalu.

Ironisnya, kejadian ini seolah menambah daftar panjang tindak kejahatan yang dilakukan oleh remaja. Setidaknya terdapat tiga peristiwa kasus anak berkonflik dengan hukum.

Kasus Anak Berkonflik Hukum

Kasus di Penajam Paser Utara

Pada Februari 2024 lalu, remaja berinisial J (16) membunuh satu keluarga yang terdiri dari lima orang di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Dendam menjadi motif J tega melakukan tindakan keji itu.

Kasus di Palembang

Delapan bulan berselang, publik Tanah Air kembali dihebohkan dengan kasus pembunuhan yang dilakukan 4 remaja di Palembang, Sumatera Selatan. Empat ABG yakni IS (16), MZ (13), NS (12) dan AS (12) menghilangkan nyawa AA (13) secara sadis di TPU Talang Kerikil. Para pelaku juga merudapaksa korban dalam keadaan telah meninggal dunia.

Kejadian di Lebak Bulus

Peristiwa terjadi di Perumahan Bona Indah, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan hingga kini masih didalami oleh pihak berwajib. Saat diinterogasi, anak berkonflik hukum MAS (14) mengaku mendapat bisikan ketika dirinya kesulitan tidur sebelum membunuh ayah dan neneknya APW (40) dan RM (60).

"Interogasi awalnya dia merasa dia tidak bisa tidur, terus ada hal-hal yang membisiki dia, meresahkan dia, seperti itu. Kami masih mendalami ini, belum bisa ngambil kesimpulan kalau untuk motif," ungkap Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Gogo Galesung (30/11).

Motif insiden pembunuhan itu pun masih diusut. Di sisi lain, MAS dikenal sebagai anak yang sopan, berprestasi dan rajin ibadah. Namun, malam itu ia mendadak gelap mata usai mengaku dapat bisikan.

Infografis Kriminal anak. (Ema/Suara.com)
Infografis Kriminal anak. (Ema/Suara.com)

Lantas bagaimana dari kacamata psikologi?

Mendengar bisikan atau suara-suara yang sebenarnya tak berwujud bisa jadi merupakan gejala psikotik yang disebut halusinasi auditori. Namun perlu asesmen mendalam untuk menyimpulkannya.

Psikolog klinis Fitri Dian Hapsari menyebut bisikan negatif dapat disebabkan oleh akumulasi kemarahan yang tertahan akibat rasa sakit atau tekanan hingga memicu hasrat untuk melawan.

"Bisikan negatif bisa berupa semacam dorongan agresi atau kemarahan anak yang terpendam dan sangat menumpuk yang selama ini tertahan akibat adanya tekanan dari orang lain yang mendorong anak untuk melakukan hal-hal di luar dari norma yang seharusnya," ungkap Fitri kepada Suara.com.

Penyebab anak di bawah umur melakukan tindakan kejahatan

Terdapat sejumlah faktor yang melatarbelakangi anak di bawah umur melakukan tindakan kejahatan antara lain: pola asuh orang tua, lingkungan hingga kemajuan teknologi.

Fitri menyebut orang tua menjadi sekolah pertama bagi anak untuk menanamkan nilai-nilai, afeksi, empati hingga pengetahuan umum sebagai bekal kehidupan. Orang tua juga berperan penting untuk membentuk karakter anak.

"Karena internalisasi nilai pada anak dibentuk dari bagaimana pola asuh orang tua. Bagaimana ortu mencontohkan perilaku pada anak, afeksi untuk memupuk kecerdasan emosional buah hati," kata Fitri.

Tak hanya pola asuh orang tua, lingkungan tempat tinggal, sekolah hingga teman bermain juga bisa menjadi pemicu anak untuk melakukan kejahatan.

Selain itu, di zaman yang serba canggih ini tindakan kriminal yang dilakukan anak di bawah umur juga bisa dilatarbelakangi oleh tontonan yang sering dilihat.

"Kemajuan teknologi terutama gadget akan mempengaruhi pola pikir anak entah melalui yang ditonton lewat TV, medsos, YouTube atau yang lainnya," imbuh Fitri.

Apakah anak-anak di bawah umur zaman kekinian cenderung sensitif?

Terkait hal itu, Fitri memiliki pandangan kasuistik atau tergantung dengan keunikan dari fenomena yang ditemukan.

"Ada yang memang cenderung memiliki trauma, ada yang ingin mencari perhatian yang tidak diberikan maksimal oleh orang tua, ada juga karena pengaruh gadget sehingga dewasa sebelum waktunya," beber psikolog lulusan UII tersebut.

Lebih lanjut, Fitri menerangkan sejatinya tanda-tanda keresahan pada anak bisa dikenali, namun tergantung kepekaan orang tua dan orang-orang di sekeliling.

"Pembentukan bonding yang kuat dari orang tua sangat mungkin membuat anak terbuka untuk menyampaikan perasaannya ataupun bercerita tentang apa yang sedang dialami," tukas Fitri.

Menurut Fitri, anak di bawah umur yang menjadi pelaku kajahatan belum mampu berpikir secara dewasa dan menyeluruh terutama tentang dampaknya secara jangka panjang, sehingga dapat dikatakan sebagai korban. Anak perlu situasi yang nyaman untuk menceritakan perasaannya.

Tindakan preventif untuk menghindarkan remaja jadi pelaku kejahatan

Ada sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk mencegah tindakan kriminal oleh anak di bawah umur ataupun anak remaja. Hal itu bisa dimulai dari intervensi sejak dini.

Sedikitnya ada tiga tips agar anak remaja mau berkomunikasi terbuka dengan orang tua. 

Ketiga tips tersebut disampaikan oleh Ayu Safitri, seorang Konsultan Pendidikan melalui akun YouTube Miss Ayu Safitri. Berikut rangkumannya.

1. Orang tua harus harus mau mendengar anak

Menurut Konsultan Pendidikan ini, orang tua harus mulai belajar mendengarkan anak remajanya.

"Tidak ada orang di dunia ini yang mau mendengarkan Anda kalau Anda sendiri tidak mau mendengarkan mereka," kata Miss Ayu Safitri dikutip dari Kanal YouTube miliknya.

"Artinya Anda harus belajar mendengarkan remaja Anda apapun yang sedang mereka katakan. Mendengarkan di sini bukan hanya sekadar menunggu giliran Anda untuk berbicara tapi mendengarkan di sini adalah Anda mendengarkan dengan aktif, mencoba memahami mereka, dan menghargai apa yang mereka ceritakan kepada Anda," lanjutnya.

2. Tawarkan bantuan

Alih-alih menghakimi, Ayu menyarankan agar orang tua menawarkan bantuan kepada anaknya.

"Setelah anak remaja Anda bercerita, jangan langsung dihakimi, tapi Anda harus tawarkan bantuan kepada mereka," katanya.

3. Fokus pada apa yang disukai anak

Konsultan Pendidikan ini juga menyarankan orang tua untuk coba 'terjun' ke hobi-hobi yang digemari anaknya agar lebih dekat.

"Remaja itu adalah makhluk yang egois, nah Anda bisa memanfaatkan keegoisan mereka dengan cara bertanya tentang apapun yang dia sukai, misal game online apa yang sering mereka mainkan, musik apa yang sering mereka dengarkan, olahraga apa yang mereka sering ikuti, dan cobalah untuk terjun di dalam bidang yang mereka sukai itu tadi," kata Ayu Safitri.


Terkait

Bolehkah Muslim Menerima Hadiah Imlek? Ini Hukumnya Menurut Islam!
Sabtu, 25 Januari 2025 | 20:19 WIB

Bolehkah Muslim Menerima Hadiah Imlek? Ini Hukumnya Menurut Islam!

Pada momen Imlek ada tradisi membagikan hadiah. Namun apakah boleh Muslim menerima hadiah Imlek? Bagaimana hukum menerima hadiah Imlek menurut Islam? Berikut ini penjelasannya

Siapa Isa Zega? Transgender yang Dipenjara hingga Diskak Lucinta Luna: Kodrat Abang Laki-laki!
Sabtu, 25 Januari 2025 | 19:44 WIB

Siapa Isa Zega? Transgender yang Dipenjara hingga Diskak Lucinta Luna: Kodrat Abang Laki-laki!

Selebgram Isa Zega alias Mami Online, resmi ditahan oleh Polda Jawa Timur pada Jumat (24/01/2025). Dia ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan pencemaran nama baik.

Bocah 10 Tahun Laporkan Ayah ke Polisi karena PR, Bocorkan Kepemilikan Obat Terlarang
Sabtu, 25 Januari 2025 | 17:36 WIB

Bocah 10 Tahun Laporkan Ayah ke Polisi karena PR, Bocorkan Kepemilikan Obat Terlarang

Anak 10 tahun lapor polisi bahwa ayahnya sembunyikan narkoba usai dimarahi karena PR.

Terbaru
Stop Jadikan Game Kambing Hitam! Pahami Pentingnya Rating Usia
polemik

Stop Jadikan Game Kambing Hitam! Pahami Pentingnya Rating Usia

Sabtu, 25 Januari 2025 | 11:00 WIB

Tidak semua game untuk anak-anak, kenali melalui rating usia yang disematkan.

Patrick Kluivert vs Alex Pastoor: Si Asisten Lebih Kompeten polemik

Patrick Kluivert vs Alex Pastoor: Si Asisten Lebih Kompeten

Sabtu, 25 Januari 2025 | 09:00 WIB

Alex Pastoor yang menjabat sebagai asisten pelatih timnas Indonesia justru dianggap lebih kompeten ketimbang Patrick Kluivert.

Remake Lagi, 'A Business Proposal' Bukti Industri Film Indonesia Miskin Ide? nonfiksi

Remake Lagi, 'A Business Proposal' Bukti Industri Film Indonesia Miskin Ide?

Sabtu, 25 Januari 2025 | 09:00 WIB

Di dunia yang penuh ketidakpastian, manusia merindukan kisah cinta sederhana yang manis dan menghibur.

Bom Waktu di Balik Kebijakan Populis Prabowo-Gibran: Siap-Siap Kelas Menengah Paling Terdampak polemik

Bom Waktu di Balik Kebijakan Populis Prabowo-Gibran: Siap-Siap Kelas Menengah Paling Terdampak

Jum'at, 24 Januari 2025 | 19:00 WIB

Survei yang dilakukan pada 4-10 Januari 2025 ini mengungkapkan bahwa masyarakat kelas ekonomi bawah mencatat kepuasan tertinggi, yakni 84,7 persen.

100 Hari Gibran di Pemerintahan, Simbol atau Sekadar Bayangan? polemik

100 Hari Gibran di Pemerintahan, Simbol atau Sekadar Bayangan?

Jum'at, 24 Januari 2025 | 16:24 WIB

Belum ada yang khas dari Gibran pada 100 hari pertama masa kerjanya.

Wacana Amnesti untuk Tahan Politik: Solusi atau Ilusi Penyelesaian Konflik di Papua? polemik

Wacana Amnesti untuk Tahan Politik: Solusi atau Ilusi Penyelesaian Konflik di Papua?

Jum'at, 24 Januari 2025 | 13:42 WIB

Ini bukan solusi akhir untuk mengakhiri kekerasan dan konflik bersenjata di Papua.

Jebakan Wakil Rakyat Menggiring Kampus ke Lubang Tambang polemik

Jebakan Wakil Rakyat Menggiring Kampus ke Lubang Tambang

Jum'at, 24 Januari 2025 | 10:01 WIB

Ia beralasan bahwa biaya kuliah setiap mahasiswa di perguruan tinggi negeri (PTN) belum sepenuhnya ditanggung negara.