Patrick Kluivert vs Alex Pastoor: Si Asisten Lebih Kompeten
Home > Detail

Patrick Kluivert vs Alex Pastoor: Si Asisten Lebih Kompeten

Arif Budi

Sabtu, 25 Januari 2025 | 09:00 WIB

Suara.com - Benarkah Alex Pastoor lebih kompeten meramu taktik ketimbang Patrick Kluivert yang didapuk sebagai pelatih kepala timnas Indonesia?

Alex Pastoor ditunjuk sebagai 'pembantu' Patrick Kluivert di timnas Indonesia. Akan tetapi, ia justru dianggap publik lebih baik untuk meramu strategi bagi skuad Garuda.

Anggapan tersebut bukan tanpa sebab karena melihat rekam jejaknya, Alex Pastoor memang lebih mentereng ketimbang mantan striker legendaris timnas Belanda tersebut.

Dalam karier kepelatihan, Pastoor terbukti pernah membawa tiga tim, yaitu Exelsior, Sparta Rotterdam, dan Almere City promosi dari Eerste Divisie ke Eredivisie.

Berbanding terbalik dengan Patrick Kluivert, rekam jejaknya tidak begitu gemilang. Pelatih 48 tahun tersebut hanya punya pengalaman sebagai pelatih kepala di timnas Curacao dan Adana Demirspor.

Apakah ia gemilang melatiha dua tim itu? Ulasan dari media Curacao justru tunjukkan Kluivert kurang kompeten sebagai pelatih kepala. Meski Kluivert disebut punya kemampuan soal perekrutan pemain naturalisasi.

"Dalam hal perekrutan, dia bagus. Para pemain yang bergabung dengan kami pada tahun 2015 hanya bergabung karena dia adalah pelatihnya," ulas Curacao Football News.

"Namun, taktiknya buruk sekali. Selama pertandingan, para pemain kami tampak kebingungan dan kami hanya bisa menang tipis melawan negara yang bahkan tidak memiliki liga semi profesional."

"Kluivert kembali ke Curacao pada tahun 2021 sebagai pelatih interim. Kluivert memainkan 6 pertandingan dan hanya menang sekali, kalah empat kali. Dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia, dia memainkan salah satu gelandang kami sebagai sayap dan gelandang bertahan sebagai striker dan kami kalah," tulis laporan itu.

Head to Head Patrick Kluivert vs Alex Pastoor [Suara.com]
Head to Head Patrick Kluivert vs Alex Pastoor [Suara.com]

Selanjutnya ketika menangani Adana Demirspor, striker yang pernah berkarier di AC Milan dan Barcelona itu malah dipecat di tengah jalan.

Kala itu, Adana berada di posisi kelima klasemen sementara Liga Turki dengan koleksi 23 poin, terpaut cukup jauh dengan Fenerbahce dan Galatasary, yakni 14 angka.

Meski kemudian diketahui, Kluivert dipecat dari Adana disebabkan dinamika masalah gaji.  "Kami sebenarnya belum digaji beberapa bulan, tapi kami berusaha untuk tidak terlalu mempermasalahkannya dan tetap profesional," ucap pelatih 48 tahun itu dinukil dari Voetbal Primeur.

"Awalnya kami belum digaji sebulan, kemudian dua bulan, lalu tiga bulan. Padahal di lapangan, kami meraih hasil positif. Lalu pada suatu titik, para pemain mulai mengeluh karena merasa belum juga menerima gaji, dan itu lama kelamaan turut memengaruhi performa mereka."

"Kami kemudian kalah dari Sivasspor, dan direktur teknik mendatangi kami lalu mengatakan pihak klub tidak ingin melanjutkan kerja sama dengan kami. Alasannya saya dianggap kehilangan kendali atas ruang ganti. Padahal, bukan itu masalah sebenarnya. Tapi, jujur saja, saya juga sudah tidak ingin melanjutkan, akhirnya kami sepakat berpisah," jelasnya.

Nah, dari rekam jejak itulah muncul anggapan bahwa Alex Pastoor dianggap lebih kompeten untuk meramu taktik ketimbang Patrick Kluivert. Namun, benarkah demikian?

Taktik Alex Pastoor

Salah satu media asing yang kerap membahas mengenai strategi dan taktik, totalfootballanalysis.com, menyoroti kiprah Alex Pastoor bersama Almere City. Nyatanya pekerjaan yang dimulai pada 2021 itu memang cukup impresif.

Di bawah asuhannya, Almere City sukses merebut tiket untuk promosi ke ajang Eredivisie alias kasta tertinggi Liga Belanda pada musim 2022/2023. Ada sejumlah catatan menarik dari kiprah anak asuh Alex Pastoor pada momen itu.

Yang pertama ialah pressing phase atau fase menekan dan defending from the front alias bertahan sejak di lini depan. Aspek ini memperlihatkan sejumlah evaluasi yang bagus dari skuad Almere City kala itu.

“Saat menyaksikan Almere City di bawah asuhan Alex Pastoor, salah satu prinsip taktis yang paling umum akan Anda lihat adalah seringnya penggunaan counterpressing,” bunyi ulasan yang disajikan Total Football Analysis.

“Musim lalu di Eerste Divisie (kasta kedua), tim Belanda (Almere City) merupakan salah satu tim paling sukses dan agresif dalam hal counterpressing, seperti yang diilustrasikan oleh data grafik di bawah ini,” lanjutnya.

Menurut grafik dalam ulasan Total Football Analysis tersebut, Almere City memiliki 687 pemulihan counterpressing musim itu dengan 140 di antaranya berbahaya.

Alex Pastoor saat masih melatih Almere City. Kini, Pastoor jadi asisten pelatih Patrick Kluivert di Timnas Indonesia. (Tangkapan Layar YouTube/Almere CityFC)
Alex Pastoor saat masih melatih Almere City. Kini, Pastoor jadi asisten pelatih Patrick Kluivert di Timnas Indonesia. (Tangkapan Layar YouTube/Almere CityFC)

Catatan itu bahkan setara dengan salah satu jumlah tertinggi di Eerste Divisie dari musim 2022/23 dan salah satu alasan mengapa tim Belanda tersebut sekarang berada di Eredivisie untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Sementara itu, dalam fase menyerang, Almere City merupakan tim yang berusaha memainkan bola ke area sayap, dengan Pastoor berusaha memanfaatkan kecepatan pemain sayap untuk berlari mengejar bola-bola di belakang dan mengirim umpan silang berbahaya ke kotak penalti.

Sedangkan dalam fase bertahan, jika mereka tidak dapat memenangkan kembali penguasaan bola di area depan dengan tekanan agresif mereka, mereka akan mencoba untuk turun dan bertahan dalam bentuk yang lebih sempit dan kompak.

“Seperti yang ditunjukkan analisis ini, Alex Pastoor telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam membawa Almere City ke Eredivisie yntuk pertama kalinya dalam sejarah klub yang masih muda,” tulis Total Football Analysis dalam kesimpulannya.

Perbedaan Taktik Alex Pastoor dengan Patrick Kluivert

Dari ulasan taktik di atas, terdapat perbedaan pendekatan yang dilakukan oleh Alex Pastoor dan Patrick Kluivert dalam meracik strategi tim.

Usai diperkenalkan menjadi pelatih timnas Indonesia, Kluivert mengakui dirinya adalah pelatih yang suka dengan gaya bermain menyerang dengan penguasaan bola.

"Saya suka sepak bola menyerang. Saya rasa kita juga punya penyerang bagus. Filosofi saya harus diterapkan, tapi pertama, kita harus melihat kualitas yang dimiliki tim, sebelum coba mengatasinya. Tapi bermain menyerang adalah keharusan bagi saya. Saya suka menempatkan lawan dalam kesulitan dengan menerapkan tekanan tinggi di lapangan," kata ayah dari Justin Kluivert dikutip dari wawancara YouTube Liputan6.

Ucapan Kluivert yang menyukai gaya bermain menyerang terlihat ketika dirinya menangani Adana Demirspor.

Ulasan dari akun X @ruangtaktik, diperlihatkan bahwa pelatih 48 tahun tersebut mengandalkan gaya permainan menyerang serta possesion untuk membongkar pertahanan lawan.

Umpan-umpan pendek dilakukan dalam fase build up serangan. Kluivert menempatkan pemain pivot di posisi berdekatan serta turun ke dalam untuk membuka jalur umpan dari pemain bertahan.

Maka dari itu, pergerakan tanpa bola menjadi krusial bagi pemain agar bisa tetap mengalirkan bola-bola pendek dari kaki ke kaki.

Terlihat Kluivert jarang menerapkan long ball langsung ke depan. Umpan jauh diterapkan untuk melakukan switch atau mengubah arah serangan dari sektor kiri ke kanan maupun sebeliknya.

Melihat ramuan strategi itu, terlihat perbedaan mencolok antara taktik Kluivert dengan asistennya, Alex Pastoor. Sebab, dari ulasan Ruang Taktik, asisten pelatih timnas Indonesia justru bermain dengan gaya lebih direct.

Artinya umpan-umpan panjang sering dilepaskan ke depan untuk mengeliminasi sektor tengah dari lawannya. Namun, bukan hanya long ball asal-asalan yang diinstruksikan oleh Paastor.

Pelatih 58 tahun tersebut menumpuk para pemainnya agar terlihat rapat di arah jatuhnya bola. Hal ini bertujuan demi memenangkan second ball jika anak asuhnya kalah dalam duel udara atau penerimaan bola.

Long ball yang diterapkan Paastor juga menuntut pemain yang akan menerima umpan untuk tetap bergerak. Dalam arti lini serang tidak boleh diam diri menunggu bola datang, tapi harus mencari ruang-ruang kosong agar bisa lepas dari jeratan marking lawan.

Kecocokan Taktik di Timnas Indonesia

Jika melihat timnas Indonesia saat ini, taktik Alex Pastoor dirasa lebih cocok untuk diterapkan. Apalagi lawan skuad Garuda selanjutnya di Kualifikasi Piala Dunia 2026 adalah Australia.

Pertandingan melawan Australia digelar pada 20 Maret 2025 di Football Stadium, Sydney. The Socceroos berstatus sebagai tuan rumah dan bisa dipastikan akan tampil menyerang.

Taktik Pastoor bakal cocok diterapkan dengan memakai tiga bek sejajar, seperti yang dilakukannya ketika melatih Almere City saat di Eredivisie 2023/2024. Hal itu karena Australia akan menerapkan garis pertahanan tinggi demi menekan Jay Idzes dkk.

Ilustrasi Patrick Kluivert calon pelatih Timnas Indonesia [Suara.com]
Ilustrasi Patrick Kluivert calon pelatih Timnas Indonesia [Suara.com]

Bola-bola panjang dari belakang diharapkan bisa melepaskan pressing ketat dari lawan dan mengincar situasi counter attack untuk membuka peluang mencetak gol.

Apalagi pemain timnas Indonesia juga sudah terbiasa dengan formasi tiga bek sejajar kala era Shin Tae-yong. Hasilnya pun terbukti positif saat tim Merah Putih menahan imbang Australia 0-0 saat bersua di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.

Kendati begitu, keputusan akan ada di tangan Patrick Kluivert sebagai pelatih kepala untuk menentukan bagaimana timnas Indonesia bermain melawan Australia.

Apakah bakal tetap dengan prinsipnya yang suka menyerang atau lebih fleksibel melihat situasi lawan ketika di lapangan nanti.


Terkait

Gestur Shin Tae-yong Unggah Video Perpisahan: Ada Perasaan Menyesal
Sabtu, 25 Januari 2025 | 21:58 WIB

Gestur Shin Tae-yong Unggah Video Perpisahan: Ada Perasaan Menyesal

"Saya harap mereka bisa lolos ke Piala Dunia 2026 untuk tampil di panggung besar itu," kata Shin.

Sisi Lain Gerald Vanenburg: Ditangkap Polisi Gegara Kasus KDRT
Sabtu, 25 Januari 2025 | 20:35 WIB

Sisi Lain Gerald Vanenburg: Ditangkap Polisi Gegara Kasus KDRT

Pria kelahiran 5 Maret 1964 ini memiliki rekam jejak mumpuni sebagai seorang pemain dan pelatih.

Terbaru
Stop Jadikan Game Kambing Hitam! Pahami Pentingnya Rating Usia
polemik

Stop Jadikan Game Kambing Hitam! Pahami Pentingnya Rating Usia

Sabtu, 25 Januari 2025 | 11:00 WIB

Tidak semua game untuk anak-anak, kenali melalui rating usia yang disematkan.

Kenapa Remaja Sekarang Dinilai Semakin Nekat Berbuat Kriminal dan Kejahatan Lainnya? polemik

Kenapa Remaja Sekarang Dinilai Semakin Nekat Berbuat Kriminal dan Kejahatan Lainnya?

Sabtu, 25 Januari 2025 | 10:10 WIB

Kasus kriminalitas yang dilakukan ABG makin nekat, psikolog sarankan orang tua lakukan tindakan preventif ini.

Remake Lagi, 'A Business Proposal' Bukti Industri Film Indonesia Miskin Ide? nonfiksi

Remake Lagi, 'A Business Proposal' Bukti Industri Film Indonesia Miskin Ide?

Sabtu, 25 Januari 2025 | 09:00 WIB

Di dunia yang penuh ketidakpastian, manusia merindukan kisah cinta sederhana yang manis dan menghibur.

Bom Waktu di Balik Kebijakan Populis Prabowo-Gibran: Siap-Siap Kelas Menengah Paling Terdampak polemik

Bom Waktu di Balik Kebijakan Populis Prabowo-Gibran: Siap-Siap Kelas Menengah Paling Terdampak

Jum'at, 24 Januari 2025 | 19:00 WIB

Survei yang dilakukan pada 4-10 Januari 2025 ini mengungkapkan bahwa masyarakat kelas ekonomi bawah mencatat kepuasan tertinggi, yakni 84,7 persen.

100 Hari Gibran di Pemerintahan, Simbol atau Sekadar Bayangan? polemik

100 Hari Gibran di Pemerintahan, Simbol atau Sekadar Bayangan?

Jum'at, 24 Januari 2025 | 16:24 WIB

Belum ada yang khas dari Gibran pada 100 hari pertama masa kerjanya.

Wacana Amnesti untuk Tahan Politik: Solusi atau Ilusi Penyelesaian Konflik di Papua? polemik

Wacana Amnesti untuk Tahan Politik: Solusi atau Ilusi Penyelesaian Konflik di Papua?

Jum'at, 24 Januari 2025 | 13:42 WIB

Ini bukan solusi akhir untuk mengakhiri kekerasan dan konflik bersenjata di Papua.

Jebakan Wakil Rakyat Menggiring Kampus ke Lubang Tambang polemik

Jebakan Wakil Rakyat Menggiring Kampus ke Lubang Tambang

Jum'at, 24 Januari 2025 | 10:01 WIB

Ia beralasan bahwa biaya kuliah setiap mahasiswa di perguruan tinggi negeri (PTN) belum sepenuhnya ditanggung negara.