Tiba-tiba Sekolah Rakyat: Solusi atau Cuma Cari Simpatik
Home > Detail

Tiba-tiba Sekolah Rakyat: Solusi atau Cuma Cari Simpatik

Bimo Aria Fundrika | Muhammad Yasir

Rabu, 15 Januari 2025 | 20:26 WIB

Suara.com - Memutus mata rantai kemiskinan diklaim sebagai tujuan Presiden Prabowo Subianto membangun Sekolah Rakyat. Sekolah gratis yang juga diklaim berkualitas itu, dirintis untuk masyarakat miskin dan miskin ekstrem. Kementerian Sosial sebagai penggagas akan membangun sekolah tersebut menyerupai asrama atau boarding school. 

Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia atau JPPI, Ubaid Matraji ragu wacana pemerintah membangun Sekolah Rakyat ini telah melalui kajian matang. Musabab Nya, dia menilai rencana tersebut sangat tidak relevan. Alih-alih menjawab kebutuhan akan pendidikan yang inklusif, Ubaid menganggap pemerintah melalui program Sekolah Rakyat terkesan hanya ingin menarik simpatik masyarakat. 

“‘Kita akan membangun Sekolah Rakyat untuk rakyat miskin.’ Itu kan terdengarnya kalau dipidatokan sangat menarik simpatik orang,” kata Ubaid kepada Suara.com, Rabu (15/1/2024).

Program Indonesia Pintar atau PIP di era Presiden Joko Widodo atau Jokowi, kata Ubaid, adalah contoh bagaimana kebijakan yang diambil semata-mata hanya untuk menarik simpatik masyarakat. Daripada membangun Sekolah Rakyat, kata dia, pemerintah lebih baik memaksimalkan bantuan untuk sekolah-sekolah yang ada agar benar-benar bisa memberikan layanan pendidikan yang gratis.

Sehingga, kasus sebagaimana yang dialami IM siswa kelas IV SD Abdi Sukma, Kota Medan, Sumatera Utara— dihukum guru duduk di lantai karena menunggak membayar Sumbangan Pembinaan Pendidikan atau SPP tidak terjadi kembali. 

Senada dengan Ubaid, Kepala Bidang Advokasi dari Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Iman Zanatul Haeri menilai wacana pemerintah membangun Sekolah Rakyat tidak lagi relevan. Berdasar sejarahnya, kata dia, Sekolah Rakyat di masa kolonial, ketika itu dibangun memang karena tidak ada sekolah yang bisa menjangkau masyarakat pribumi kelas bawah.

Kemudian dalam perjalanannya, lanjut Iman, Sekolah Rakyat di masa rezim Orde Baru berubah menjadi Sekolah Instruksi Presiden atau Inpres. Di masa Presiden Soeharto itu, pemerintah memperbanyak pembangunan SD Inpres hingga ke daerah 3T atau daerah tertinggal, terdepan, dan terluar. 

“Sekolah Rakyat dihidupkan itu menjadi tidak relevan, karena kan sudah ada sekolah negeri,” jelas Iman kepada Suara.com, Rabu (15/1/2025).

Daripada membangun Sekolah Rakyat yang justru dikhawatirkan semakin menimbulkan segregasi sosial di masyarakat. Iman menyarankan pemerintah agar memperkuat sekolah-sekolah negeri yang sudah ada. Sehingga sekolah tersebut bisa menampung lebih banyak lagi siswa dari semua lapisan masyarakat tanpa perlu di kotak-kotakan.

“Termasuk untuk anak-anak yang rencananya akan dibuatkan Sekolah Rakyat,” ungkapnya. 

Digagas Kemensos 

Keinginan Prabowo membangun Sekolah Rakyat diungkap Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin usai rapat di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, pada Jumat, 3 Januari 2024. Program Sekolah Rakyat tersebut menurutnya akan digagas Kementerian Sosial atau Kemensos sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat.

Sementara Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menyampaikan, selain biaya pendidikannya ditanggung pemerintah, siswa-siswa di Sekolah Rakyat nantinya juga akan mendapat asupan makanan bergizi.

“Dalam pelaksanaannya bisa jadi ini (pendanaannya) murni dari pemerintah, bisa jadi juga kerja sama dengan swasta," ujar Gus Ipul. 

Gus Ipul mengklaim, sekalipun digagas Kemensos, Sekolah Rakyat akan tetap melibatkan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah atau Kemendikdasmen dalam pelaksanaan proses belajar dan mengajarnya. Kekinian, konsep Sekolah Rakyat itu masih dalam tahap pematangan sebelum dilakukan uji coba di sekitar Jabodetabek.

"Kami masih akan konsultasikan nanti ke Presiden," katanya.

Dosen Program Studi Manajemen Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Subarsono berharap pemerintah mengkaji kembali wacana pembangunan Sekolah Rakyat. Selain dinilai belum terlalu mendesak, Sekolah Rakyat yang berada di bawah Kemensos itu juga dianggap tidak tepat. 

“Saya kira ini menjadi problematik berada di bawah Kementerian Sosial karena tupoksinya bukan mengurusi masalah pendidikan,” tutur Subarsono.

Subarsono menyarankan, pemerintah sebaiknya menaruh perhatian lebih kepada sekolah-sekolah yang sudah ada. Di mana masih banyak di daerah-daerah, sekolah yang membutuhkan perhatian dari pemerintah. Mulai dari bangunan sekolah yang rusak, hingga gaji guru yang masih memprihatinkan.

Sekalipun ingin membangun Sekolah Rakyat, Subarsono menilai sebaiknya berada di bawah naungan Kemendikdasmen. Kemudian pelaksanaannya pembangunannya juga lebih baik diprioritaskan untuk di daerah 3T 

“Karena orientasinya untuk orang miskin, gratis, dan berasrama. Saya pikir pantasnya berada di daerah yang belum maju,” ujarnya.

Sementara Mendikdasmen Abdul Mu'ti mengatakan akan melakukan pembahasan lebih lanjut bersama Kemensos terkait rencana pembangunan Sekolah Rakyat. Dia memastikan pemerintah akan mencari skema yang terbaik untuk menghindari kekhawatiran-kekhawatiran ada di masyarakat terhadap pelaksanaan program tersebut. 

"Mungkin perlu bicara lebih lanjut antarkementerian. Karena itu adalah perintah Presiden dan kami berusaha untuk dapat melaksanakan sebaik-baiknya," ujarnya usai menghadiri acara Pembukaan Sidang Tanwir I 'Aisyiyah di Jakarta, Rabu (15/1/2025).


Terkait

Full Beasiswa S2 Guru di Jepang! Biaya Hidup, Kuliah, & Tiket PP Ditanggung
Rabu, 15 Januari 2025 | 19:48 WIB

Full Beasiswa S2 Guru di Jepang! Biaya Hidup, Kuliah, & Tiket PP Ditanggung

Program beasiswa guru ke Jepang MEXT 2025 menawarkan pelatihan di universitas Jepang. Fasilitas mencakup biaya penuh, tunjangan bulanan, dan tiket pergi pulang.

Heboh! Ujian Nasional Disebut-sebut Kembali di Tahun 2026?
Rabu, 15 Januari 2025 | 18:09 WIB

Heboh! Ujian Nasional Disebut-sebut Kembali di Tahun 2026?

Mendikdasmen Prof Abdul Mu'ti sempat menyampaikan rencana Ujian Nasional akan diadakan lagi pada tahun 2026 mendatang. Benarkah Ujian Nasional diadakan lagi?

Terbaru
Prabowo-Megawati Mesra di Hari Pancasila: Jokowi dan Gibran Jadi Ganjalan PDIP?
polemik

Prabowo-Megawati Mesra di Hari Pancasila: Jokowi dan Gibran Jadi Ganjalan PDIP?

Selasa, 03 Juni 2025 | 21:42 WIB

PDIP masih terganjal dengan pengaruh mantan Presiden Jokowi di Pemerintahan Prabowo.

'Menepuk Air di Dulang': Kala Prabowo Tuduh LSM Dibiayai Asing polemik

'Menepuk Air di Dulang': Kala Prabowo Tuduh LSM Dibiayai Asing

Selasa, 03 Juni 2025 | 19:17 WIB

"Ketakutan pada asing, kekhawatiran pada asing, padahal dia sendiri menerima bantuan-bantuan dari asing," kata Ignatius.

PSI Sudah Siap, Tapi Jokowi Masih Kalkulasi: Ada Apa di Balik Keraguannya? polemik

PSI Sudah Siap, Tapi Jokowi Masih Kalkulasi: Ada Apa di Balik Keraguannya?

Selasa, 03 Juni 2025 | 15:08 WIB

PSI perpanjang pendaftaran ketua umum hingga 23 Juni 2025, di tengah wacana Jokowi ambil alih. Namun, analis menilai wacana Jokowi ambil alih PSI kurang strategis.

Haji Ilegal: Literasi Rendah dan Motivasi Keagamaan Berlebih polemik

Haji Ilegal: Literasi Rendah dan Motivasi Keagamaan Berlebih

Selasa, 03 Juni 2025 | 07:38 WIB

Faktornya adalah karena panjangnya antrean haji reguler, mahalnya biaya haji khusus atau furoda, hingga maraknya praktik travel umroh-haji ilegal.

Misteri Kematian Siswa SD Korban Bully: Intoleransi Mengintai di Sekolah Dasar? polemik

Misteri Kematian Siswa SD Korban Bully: Intoleransi Mengintai di Sekolah Dasar?

Senin, 02 Juni 2025 | 22:07 WIB

Peristiwa yang dialami siswa SD di Indragiri Hulu ini menjadi peringatan bahaya mengakarnya sikap intoleransi di lingkungan pendidikan.

Elite Capture DPR di Balik Banyaknya Gugatan Undang-Undang ke MK polemik

Elite Capture DPR di Balik Banyaknya Gugatan Undang-Undang ke MK

Senin, 02 Juni 2025 | 17:23 WIB

Buruknya kualitas legislasi DPR RI adalah salah satu faktor di balik banyaknya undang-undang yang digugat ke MK karena

Job Fair Bekasi: Alarm Krisis Lapangan Kerja dan Potensi Kriminalitas? polemik

Job Fair Bekasi: Alarm Krisis Lapangan Kerja dan Potensi Kriminalitas?

Senin, 02 Juni 2025 | 15:04 WIB

"Antusiasme orang untuk mencari kerja karena angka pengangguran (meningkat)," kata Tadjudin.