PDIP Cari Sekjen Baru: Misi Rekonsiliasi atau Oposisi Total?
Home > Detail

PDIP Cari Sekjen Baru: Misi Rekonsiliasi atau Oposisi Total?

Chandra Iswinarno | Yaumal Asri Adi Hutasuhut

Senin, 06 Januari 2025 | 19:58 WIB

Suara.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beberapa waktu lalu resmi menetapkan Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menjadi tersangka terkait kasus perintangan penyidikan dan suap. Status tersangka yang disandang Hasto membuat PDIP mulai bergerak untuk mencari sosok penggantinya.

Meski begitu, Politikus PDIP Aria Bima memastikan bahwa partainya tidak akan serampangan menyaring nama pengganti Hasto.

"PDIP ini partai cukup matang dari berbagai dinamika, sejak Orba, reformasi zaman kita berkuasa, zaman 10 tahun di luar kekuasaan sudah cukup matang, yang semacam ini sudah ada SOP-nya, yang tidak membuat konstraksi di dalam internal partai kita," kata Aria pada Senin 12 Desember 2024 lalu.

Mengenai nama-nama yang akan menggantikan Hasto, Aria mengaku hingga kini masih dalam pembicaraan di internal partai berlambang banteng moncong putih.

Padahal, jauh hari sebelum Hasto resmi berstatus tersangka, sejumlah nama yang digadang-gadang untuk mengisi jabatan sekjen PDIP sudah beredar. Sebut saja nama Andi Wijayanto, Ahmad Basarah, Utut Adianto hingga nama Gubernur Jakarta terpilih Pramono Anung.

Direktur Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno mengungkapkan bahwa sejumlah nama yang beredar itu cocok untuk menjadi sekjen PDIP, sebab memiliki kemampuan komunikasi publik yang baik.

Meski begitu, ia mengungkapkan bahwa PDIP harus berhati-hati menentukan orang yang bakal mengisi posisi sekjen.

Komunikasi yang Lembut

Apalagi, saat ini, PDIP bukan lagi partai penguasa karena saat ini 'berjalan sendirian' di luar Kabinet Indonesia Maju. Lantaran itu, ia menyarankan agar Sekjen PDIP nantinya harus memiliki komunikasi yang lembut dan lunak.

"Model komunikasinya yang tak terlampau agresif dan vulgar. Yang penting substansi kritisnya bisa dipahami publik," katanya saat dihubungi Suara.com, Senin (6/1/2025).

Walau ada nama Andi Wijayanto hingga Pramono, Adi memberikan catatan khusus untuk nama Ahmad Basarah.

Menurutnya Ahmad Basarah bisa menjadi warna baru dalam struktural PDIP yang biasanya dikenal diisi sosok-sosok nasionalis. Musababnya, Ahmad Basarah dapat menjadi representasi kelompok Islam di PDIP.

Bahkan, Basarah memiliki kedekatan dengan kelompok Islam. Masih menurut Adi, penting bagi PDIP memunyai sekjen dengan kemampuan berkomunikasi yang tidak terlalu frontal.

Sementara itu, Pengamat Politik dari Citra Institute, Yusak Farhan mengemukakan perlu bagi PDIP untuk menentukan sikapnya.

Apabila PDIP terus menerus menebar narasi pertentangan dengan pemerintah saat ini, tidak menutup kemungkinan akan semakin ditinggalkan dan bahkan dikerdilkan.

"Nah kecuali PDIP declare atau memberi pernyataan oposisi itu akan lain. Karena ya memang domain oposisi kan di situ (mengkritik), tapi kalau sekarang kan nggak jelas kan," kata Yusak kepada Suara.com.

Sementara Akademisi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Indaru Setyo Nurprojo menyebut bahwa posisi sekjen di PDIP berbeda dengan partai lainnya.

Ia mengemukakan, seperti Gerindra dan Golkar, komunikasi ke publik lebih didominasi ketua umumnya, sedangkan PDIP didominasi sekjen.

Walaupun, pernyataan Hasto ke publik berdasarkan petunjuk dari Megawati. Dengan kondisi kekinian, penting untuk PDIP mencari sosok sekjen yang yang memiliki retorika yang baik.

"Saya pikir PDIP perlu untuk menata orang atau sekjen yang bisa membangun komunikasi yang positif dengan partai lain, dengan kekuatan lain, tanpa harus menjelekkan, tanpa harus menghujat, tanpa harus apapun lepas dari kepentingan-kepentingan pribadi," katanya kepada Suara.com.

Mengenai 'pertikaian' Hasto dengan Presiden ke-7 Joko Widodo, menurut Indaru, PDIP sudah harus move-on.

Pengganti Hasto, menurut Indaru, seharusnya sudah tidak lagi berbicara soal konflik dengan Jokowi melalui kritikan-kritikan tajam.

Pun tak kalah penting, PDIP harus menata sikap politik dan komunikasinya dengan partai lain. Terlebih, Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan untuk menghapus presidential threshold yang bakal berdampak pada peta politik di Piplpres 2029 mendatang.

"Dan saya pikir ini akan mengubah tatanan partai politik, termasuk menempatkan jenis karakter atau tipe orang yang menjadi sekjen itu," jelasnya.

Meski begitu, ia mengemukakan bahwa keputusan penentuan Sekjen PDIP nantinya bakal tergantung kompromi antara Ketua DPP PDIP Puan Maharani dan Kepala Situation Room PDIP Prananda Prabowo.

"Mungkin ini kan bicara soal putra-putri mahkota ya. Putra-putri mahkota itu merestui siapa? Prananda dan Puan itu mau kemana? Kan begitu. Karena mereka calon langsung (pengganti Megawati)," katanya.


Terkait

Wahyu Setiawan Dengar Uang Suap dari Hasto, Kuasa Hukum: Kabar Burung Tak Bisa Jadi Bukti
Kamis, 17 April 2025 | 21:40 WIB

Wahyu Setiawan Dengar Uang Suap dari Hasto, Kuasa Hukum: Kabar Burung Tak Bisa Jadi Bukti

Di hukum itu dikenal dengan testimonium de auditu atau dalam bahasa sehari-harinya kabar burung,"

Tawa Hasto Usai Jalani Sidang: Masih Belajar Sebagai Terdakwa
Kamis, 17 April 2025 | 21:31 WIB

Tawa Hasto Usai Jalani Sidang: Masih Belajar Sebagai Terdakwa

Hasto Kristiyanto mengaku keberatan atas kesaksian Wahyu Setiawan

Wahyu Setiawan: Ada Tanda Tangan Megawati di Sebagian Berkas PAW dari PDIP
Kamis, 17 April 2025 | 21:25 WIB

Wahyu Setiawan: Ada Tanda Tangan Megawati di Sebagian Berkas PAW dari PDIP

Hakim meminta Wahyu menjelaskan kepentingan dalam surat yang diajukan PDIP tersebut

Sidang Hasto, Djoko Tjandra Diduga Danai Harun Masiku? Hakim Cecar Saksi Kasus Suap PAW
Kamis, 17 April 2025 | 21:24 WIB

Sidang Hasto, Djoko Tjandra Diduga Danai Harun Masiku? Hakim Cecar Saksi Kasus Suap PAW

Pengadilan Tipikor singgung dugaan Djoko Tjandra terlibat suap Harun Masiku. KPK duga ada pertemuan keduanya di Kuala Lumpur terkait aliran dana suap.

Terbaru
Tentara Masuk Kampus, Ancaman NKK/BKK dan Kembalinya Bayang-Bayang Rezim Soeharto
polemik

Tentara Masuk Kampus, Ancaman NKK/BKK dan Kembalinya Bayang-Bayang Rezim Soeharto

Kamis, 17 April 2025 | 20:53 WIB

Rentetan tentara masuk kampus (UIN, Unud, Unsoed) saat diskusi, dinilai intervensi & ancaman kebebasan akademik, mirip Orde Baru. Kritik RUU TNI menguatkan kekhawatiran militerisasi.

Predator di Balik Ruang Pemeriksaan: Mengapa Kekerasan Seksual Bisa Terjadi di Fasilitas Kesehatan? polemik

Predator di Balik Ruang Pemeriksaan: Mengapa Kekerasan Seksual Bisa Terjadi di Fasilitas Kesehatan?

Kamis, 17 April 2025 | 15:04 WIB

Posisi dan keahlian medis digunakan untuk melancarkan kejahatan seksual.

Darurat Kekerasan Seksual Anak: Saat Ayah dan Kakek Jadi Predator, Negara Malah Pangkas Anggaran polemik

Darurat Kekerasan Seksual Anak: Saat Ayah dan Kakek Jadi Predator, Negara Malah Pangkas Anggaran

Kamis, 17 April 2025 | 12:08 WIB

Ayah, paman, dan kakek di Garut ditangkap atas pemerkosaan anak 5 tahun. Menteri PPPA dan KPAI mengutuk keras, kawal kasus, dan minta hukuman diperberat serta restitusi.

Ketika Isu Ijazah Palsu Jokowi Makin Menggema polemik

Ketika Isu Ijazah Palsu Jokowi Makin Menggema

Rabu, 16 April 2025 | 21:18 WIB

"Kontroversial Jokowi ini kan terlihat karena selama memimpin sebagai presiden sering dinilai banyak berbohong," kata Jamiluddin.

'Mesra' dengan Megawati, Mungkinkah Prabowo Lepas dari Bayang-bayang Jokowi? polemik

'Mesra' dengan Megawati, Mungkinkah Prabowo Lepas dari Bayang-bayang Jokowi?

Rabu, 16 April 2025 | 13:03 WIB

Ketua DPP PDIP Puan Maharani mengonfirmasi kabar soal rencana pertemuan lanjutan.

Kasus Suap Hakim: Budaya Jual Beli Perkara Mengakar di Peradilan polemik

Kasus Suap Hakim: Budaya Jual Beli Perkara Mengakar di Peradilan

Rabu, 16 April 2025 | 08:41 WIB

Kasus suap empat hakim ini bukan demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga, tetapi corruption by greed atau keserakahan.

Pengampunan Pajak Kendaraan dan Mewaspadai Potensi Moral Hazard polemik

Pengampunan Pajak Kendaraan dan Mewaspadai Potensi Moral Hazard

Selasa, 15 April 2025 | 15:06 WIB

"Setelah diberikan kelonggaran, maka tidak boleh ada lagi toleransi bagi pelanggaran serupa di masa depan, ujar Nur.