Di Balik Penetapan Hasto Kristiyanto Sebagai Tersangka: Benarkah Ada Pertarungan Jokowi vs PDIP?
Home > Detail

Di Balik Penetapan Hasto Kristiyanto Sebagai Tersangka: Benarkah Ada Pertarungan Jokowi vs PDIP?

Bimo Aria Fundrika | Yaumal Asri Adi Hutasuhut

Selasa, 31 Desember 2024 | 10:08 WIB

Suara.com - Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto melakukan perlawanan setelah ditetapkan sebagai tersangka. Dia mengancam akan membongkar upaya kriminalisasi kepada Anies Baswedan. Hasto dinilai sengaja membawa nama mantan Gubernur Jakarta itu, demi mendapatkan kawan seperjuangan. Lantas, kemana kasus ini akan bergulir dan bermuara? 

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto resmi ditetapkan sebagai tersangka kasus suap oleh KPK. Ia diduga terlibat menyuap mantan Komisioner KPU Wahyu Setiawan untuk meloloskan Harun Masiku menjadi anggota DPR RI melalui pergantian antar waktu. Nama Hasto sebenarnya sudah santer disebut sejak kasus ini mencuat pada 2020.

KPK mendakwa Hasto dengan dua pasal: suap dan perintangan penyidikan. Ia diduga mengarahkan saksi untuk memberikan keterangan tidak sesuai fakta.

Di sisi lain, PDIP menyebut penetapan Hasto sebagai tersangka adalah kriminalisasi. Ketua DPP PDIP Ronny Talapessy menilai langkah KPK bermuatan politis. Menurutnya, Hasto diserang karena kritikannya terhadap pemilu dan situasi demokrasi.

Juru bicara PDIP Guntur Romli menggulirkan isu ini jadi semakin panas. Ia menyebut Hasto memiliki bukti berupa rekaman video. Bukti itu terkait dugaan Jokowi ingin menjabat tiga periode dan skandal korupsi yang melibatkan pejabat tinggi negara.

Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan Partai, Komarudin Watubun (tengah), Ketua DPP PDIP Bidang Reformasi Sistem Hukum Nasional, Ronny Talapessy (kiri) bersama sejumlah kader lainnya memberikan keterangan di Gedung DPP PDIP, Jakarta, Selasa (24/12/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan Partai, Komarudin Watubun (tengah), Ketua DPP PDIP Bidang Reformasi Sistem Hukum Nasional, Ronny Talapessy (kiri) bersama sejumlah kader lainnya memberikan keterangan di Gedung DPP PDIP, Jakarta, Selasa (24/12/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

Selain itu, Hasto juga diklaim memiliki bukti kriminalisasi terhadap Anies Baswedan. Bukti-bukti itu, katanya, akan dibuka ke publik pada waktu yang tepat.

"Ini skandal besar melebihi kasus Watergate di Amerika. Bagaimana rekayasa hukum dengan menyalahgunakan aparat negara dipakai untuk membunuh lawan politik. Daya ledaknya luar biasa," kata Guntur pada Jumat (27/12/2024) lalu.

Direktur Eksekutif Citra Institute, Yusak Farhan, menilai narasi Guntur adalah strategi perlawanan Hasto Kristiyanto. Ia menyebut sasaran utama narasi tersebut adalah Presiden Jokowi.

Menurut Yusak, penetapan Hasto sebagai tersangka tidak sepenuhnya murni kriminalisasi atau murni penegakan hukum.

"Kasus hukum sering kali berkelindan dengan politik. Jadi ini pertarungan terbuka antara kubu Jokowi dan PDIP," kata Yusak kepada Suara.com, Senin (31/12/2024).

Pertarungan itu, menurutnya, terlihat dari rangkaian peristiwa belakangan ini. Penetapan Hasto sebagai tersangka terjadi setelah PDIP memecat Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, dan Bobby Nasution sebagai kader. Langkah ini memunculkan spekulasi bahwa status tersangka Hasto adalah serangan balik Jokowi.

Yusak juga menyoroti kritik Hasto terhadap Jokowi yang semakin tajam setelah hubungan PDIP dan Jokowi memburuk. Salah satu kritiknya adalah soal dinasti politik yang disebut dibangun oleh mantan Wali Kota Solo itu.

Meskipun Jokowi sudah tidak menjabat presiden, ia dinilai masih memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan Prabowo Subianto. Hal ini tidak terlepas dari perannya dalam Pilpres 2024 dan posisi Kaesang sebagai wakil presiden mendampingi Prabowo.

Soal nama Anies Baswedan yang dibawa Hasto, Yusak menyebutnya sebagai strategi mencari mitra. PDIP yang sebelumnya kerap mengkritik Anies kini memperbaiki hubungan dengannya. Hal ini terlihat dari deklarasi Anies yang mendukung Pramono Anum dan Rano Karno dalam Pilkada Jakarta lalu.

Anies, menurut Yusak, adalah antitesis Jokowi. Kini, PDIP dan Hasto berada di posisi terpojok. Sebagai satu-satunya partai di luar koalisi Prabowo, PDIP mencoba mencari sekutu baru dalam pertarungan politik yang kompleks ini.

"Jadi pada saat Hasto posisinya terpojok tentu kan nyari mitra, nyari kawan, nyari simbol. Nah, simbol perlawanan itu ada pada diri Anies,"  jelasnya.

Dugaan Kriminalisasi Anies di Kasus Formula-E

Nama Anies Baswedan sempat terseret dalam dugaan korupsi ajang balap Formula-E. Ia diperiksa KPK selama 11 jam pada 7 September 2022. Saat kasus ini mencuat, narasi kriminalisasi terhadap Anies ramai dibicarakan. Hal ini dikaitkan dengan dugaan upaya menghadang pencalonannya sebagai presiden.

Anies Baswedan [Tangkap layar YouTube GJLS ENTERTAINMENT]
Anies Baswedan [Tangkap layar YouTube GJLS ENTERTAINMENT]

Namun, menurut Yusak Farhan, situasi Anies dan Hasto Kristiyanto berbeda. Dalam kasus Formula-E, belum ada tersangka yang ditetapkan. Bahkan, hingga Juni 2023, KPK menyatakan kasusnya masih dalam tahap penyelidikan. Sebaliknya, kasus Hasto sudah memiliki kejelasan hukum. KPK juga telah memaparkan konstruksi perkara dan menetapkannya sebagai tersangka.

Yusak menilai perlawanan Hasto justru dapat memperumit posisi PDIP. Ia memberi contoh saat PDIP menolak kenaikan PPN 12 persen. Langkah ini membuat partai tersebut dikritik hampir seluruh anggota DPR dari Koalisi Indonesia Maju Plus.

Jika PDIP terus melawan dan menyebarkan narasi yang mengganggu stabilitas politik, Yusak menyebut partai ini bisa terisolasi.

"PDIP mungkin akan ditinggalkan ramai-ramai jika terus berada di posisi ambigu," ujarnya.

Menurut Yusak, sikap oposisi jelas akan lebih diterima publik. Namun, saat ini PDIP bersikap mendukung Prabowo, tetapi di sisi lain kerap mengkritik pemerintah.

“Kalau mendeklarasikan oposisi, itu domainnya jelas. Tapi sekarang, sikap PDIP tidak konsisten,” tegas Yusak.

Tanggapan Jokowi hingga Istana

Jokowi memberikan keterangan kepada wartawan di Solo, Jawa Tengah, Selasa (17/12/2024). ANTARA/Aris Wasita
Jokowi memberikan keterangan kepada wartawan di Solo, Jawa Tengah, Selasa (17/12/2024). ANTARA/Aris Wasita

Jokowi buka suara soal Hasto yang mengklaim memiliki bukti bahwa dirinya pernah meminta agar bisa  menjabat tiga periode sebagai presiden. Jokowi  dengan tegas membantahnya. Dalam bantahanya Jokowi turut menyebut nama  Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri dan Ketua DPP PDIP, Puan Maharani.

"Tanyakan saja ke Bu Mega, Mbak Puan, tanyakan saja ke partai. Kapan, di mana, siapa yang saya utus, enggak pernah ada," ujar Jokowi," kata Jokowi pada Senin (30/12/2024).

Sementara pihak Istana Negara, lewat  Sekretaris Negara  Prasetyo Hadi meragukan pernyataan Hasto yang mengklaim memiliki bukti skandal korupsi yang menyeret para petinggi negara. Dia mendesak Hasto agar membukannya ke publik.

"Kan semua landasannya hukum, fakta hukumlah,” kata Prasetyo.

Wakil Ketua KPK Fitroh Rohcahyanto meminta Hasto agar segera melaporkan skandal korupsi itu. Menurutnya setiap warga negara berhak dan berkewajiban melapor ke aparat penegak hukum, jika menemukan tindak pidana korupsi.

"Yang pasti ketika ada laporan,  KPK pasti akan menindaklanjutinya," kata Fitroh.


Terkait

Ekspresi Tak Biasa Jokowi Respons Hasto Soal Tiga Periode, Kerutkan Dahi dengan Intonasi Tegas
Selasa, 31 Desember 2024 | 09:30 WIB

Ekspresi Tak Biasa Jokowi Respons Hasto Soal Tiga Periode, Kerutkan Dahi dengan Intonasi Tegas

Jawab Pertanyaan Tiga Periode, Jokowi Kerutkan Dahi dengan Intonasi Tegas: Nggak Pernah Ada

Fakta-fakta Dokumen Hasto Kristiyanto yang Dititipkan ke Connie Bakrie: Berkaitan dengan Jokowi?
Selasa, 31 Desember 2024 | 05:31 WIB

Fakta-fakta Dokumen Hasto Kristiyanto yang Dititipkan ke Connie Bakrie: Berkaitan dengan Jokowi?

Pengamat politik dan militer Connie Rahakundini Bakrie juga mengatakan hal yang sama bahwa Hasto memiliki rahasia bobroknya para petinggi negara.

Berstatus Tersangka, KPK Tak Masalah jika Hasto PDIP Nekat Berbohong saat Diperiksa, Kenapa?
Senin, 30 Desember 2024 | 21:59 WIB

Berstatus Tersangka, KPK Tak Masalah jika Hasto PDIP Nekat Berbohong saat Diperiksa, Kenapa?

"Jadi ketika, misalkan, mengelak, walaupun memang kalau tersangka itu diperbolehkan, dipersilakan, berbohong itu silakan, hak ingkar..."

Terbaru
Review Caught Stealing, Jangan Pernah Jaga Kucing Tetangga Tanpa Asuransi Nyawa
nonfiksi

Review Caught Stealing, Jangan Pernah Jaga Kucing Tetangga Tanpa Asuransi Nyawa

Sabtu, 01 November 2025 | 08:05 WIB

Film Caught Stealing menghadirkan aksi brutal, humor gelap, dan nostalgia 90-an, tapi gagal memberi akhir yang memuaskan.

Niat Bantu Teman, Malah Diteror Pinjol: Kisah Mahasiswa Jogja Jadi Korban Kepercayaan nonfiksi

Niat Bantu Teman, Malah Diteror Pinjol: Kisah Mahasiswa Jogja Jadi Korban Kepercayaan

Jum'at, 31 Oktober 2025 | 13:18 WIB

Ia hanya ingin membantu. Tapi data dirinya dipakai, dan hidupnya berubah. Sebuah pelajaran tentang batas dalam percaya pada orang lain.

Review Film The Toxic Avenger, Superhero 'Menjijikkan' yang Anehnya Cukup Menghibur nonfiksi

Review Film The Toxic Avenger, Superhero 'Menjijikkan' yang Anehnya Cukup Menghibur

Sabtu, 25 Oktober 2025 | 08:00 WIB

Film ini rilis perdana di festival pada 2023, sebelum akhirnya dirilis global dua tahun kemudian.

Tentang Waktu yang Berjalan Pelan dan Aroma Kopi yang Menenangkan nonfiksi

Tentang Waktu yang Berjalan Pelan dan Aroma Kopi yang Menenangkan

Jum'at, 24 Oktober 2025 | 13:06 WIB

Di sebuah kafe kecil, waktu seolah berhenti di antara aroma kopi dan tawa hangat, tersimpan pelajaran sederhana. Bagaimana caranya benar-benar di Buaian Coffee & Service.

Review Film No Other Choice yang Dibayang-bayangi Kemenangan Parasite di Oscar, Lebih Lucu? nonfiksi

Review Film No Other Choice yang Dibayang-bayangi Kemenangan Parasite di Oscar, Lebih Lucu?

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 09:05 WIB

No Other Choice memiliki kesamaan cerita dengan Parasite, serta sama-sama dinominasikan untuk Oscar.

Kuku Kecil Mimpi Besar: Cerita Vio, Mahasiswa yang Menyulap Hobi Jadi Harapan nonfiksi

Kuku Kecil Mimpi Besar: Cerita Vio, Mahasiswa yang Menyulap Hobi Jadi Harapan

Jum'at, 17 Oktober 2025 | 13:12 WIB

Di tengah padatnya kuliah, mahasiswa Jogja bernama Vio menyulap hobi nail art menjadi bisnis. Bagaimana ia mengukir kesuksesan dengan kuku, kreativitas, dan tekad baja?

Review Film Rangga & Cinta: Bikin Nostalgia Masa Remaja, Tapi Agak Nanggung nonfiksi

Review Film Rangga & Cinta: Bikin Nostalgia Masa Remaja, Tapi Agak Nanggung

Sabtu, 11 Oktober 2025 | 09:00 WIB

Rangga & Cinta tak bisa menghindar untuk dibandingkan dengan film pendahulunya, Ada Apa Dengan Cinta? alias AADC.

×
Zoomed