Tragedi Kelam Lebak Bulus, Menguak Gunung Es Kesehatan Mental Pelajar Jakarta
Home > Detail

Tragedi Kelam Lebak Bulus, Menguak Gunung Es Kesehatan Mental Pelajar Jakarta

Chandra Iswinarno | Muhammad Yasir

Kamis, 19 Desember 2024 | 15:35 WIB

Suara.com - Masalah kesehatan mental anak perlu menjadi perhatian bersama. Hasil penelitian menunjukkan 34 persen atau tiga dari 10 pelajar SMA di Jakarta memiliki indikasi masalah kesehatan mental. Kasus pembunuhan yang melibatkan anak berhadapan dengan hukum atau ABH di Lebak Bulus sudah semestinya menjadi peringatan darurat akan pentingnya layanan konseling di sekolah.

SABTU, 30 November 2024 lalu peristiwa pembunuhan yang melibatkan anak berhadapan dengan hukum atau ABH berinisial MAS (14) di Perumahan Taman Bona Indah, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan membuat geger publik.

Anak yang masih duduk di bangku kelas 1 sekolah menengah atas atau SMA itu tega menghabisi nyawa ayah dan nenek, serta melukai ibunya dengan sebilah pisau. 

Peristiwa tragis ini terjadi sekitar pukul 01.00 WIB dini hari. Ayah pelaku berinisial APW (40) dan neneknya berinisial RM (69) ditemukan tewas bersimbah darah di lantai dasar rumah.

Mereka dibunuh MAS ketika sedang tertidur. Sementara AP (40), ibu kandung MAS, selamat meski mengalami luka parah akibat tusukan pisau. 

Seorang warga sekitar berinisial I bercerita kepada Suara.com, AP sempat memanjat pagar rumah untuk menyelamatkan diri. Saat itu MAS mengejar, lalu menusuk korban hingga mengalami luka parah pada bagian punggung dan pipi.

"Ibunya sempat loncat pagar karena waktu itu pagarnya digembok. Terus anaknya ngejar, tapi mungkin karena berdarah, dikira sudah meninggal lalu ditinggal pergi," kata I saat ditemui Suara.com di lokasi, Sabtu (30/11/2024).

Dari pantauan media ini, terlihat jejak bercak darat di tembok dan pagar rumah korban. Bercak darah juga ditemukan di depan pagar tetangga AP. Lokasi itu merupakan titik di mana AP ditemukan sekuriti tergeletak bersimbah darah. 

"Kalau dari cerita satpam itu ditikam berkali-kali, ada luka terbuka di pundaknya," tuturnya.

TKP anak berhadapan hukum berinisial MAS (14) yang membunuh ayah dan nenek serta menusuk ibunya hingga terluka parah di Perumahan Taman Bona Indah, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan. (Foto dok. Polisi)
TKP anak berhadapan hukum berinisial MAS (14) yang membunuh ayah dan nenek serta menusuk ibunya hingga terluka parah di Perumahan Taman Bona Indah, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan. (Foto dok. Polisi)

Tak lama usai kejadian, sekuriti Perumahan Taman Bona Indah menangkap MAS saat hendak melarikan diri ke arah lampu merah Karang Tengah.

Ia ditangkap dalam kondisi tangan dan pakaian berlumur darah. Selain berupaya melarikan diri, MAS juga sempat membuang pisau dapur yang digunakan untuk menusuk korban. Pisau tersebut ditemukan di jalan yang berjarak sekitar 25 meter dari rumahnya. 

Saat diperiksa penyidik Unit Perlindungan Perempuan dan Anak atau PPA Satreskrim Polres Metro Jakarta Selatan, MAS mengaku melakukan tindakan sadis ini karena mendengar 'bisikan'.

Bekerja sama dengan Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia atau APSIFOR, penyidik kekinian mendalami motif hingga latar belakang kejiwaan pelaku. 

Pada Senin, 16 Desember 2024 penyidik merujuk MAS ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. APSIFOR merekomendasikan agar kejiwaan MAS diobservasi selama 14 hari.

"Nanti ditindaklanjuti oleh dokter kejiwaan tentunya dari RS Polri Kramat Jati," jelas Kasie Humas Polres Metro Jakarta Selatan AKP Nurma Dewi saat dikonfirmasi, Rabu (18/12/2024).

Kesehatan Mental Pelajar 

Hasil penelitian yang dilakukan Health Collaborative Center (HCC) dan Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) bersama Mendengar Jiwa Institute menemukan 34 persen atau tiga dari 10 pelajar SMA di Jakarta memiliki indikasi masalah kesehatan mental.

Penelitian yang dilakukan di dua SMA Negeri di Jakarta Timur dan satu SMA berbasis keagamaan di Jakarta Selatan itu melibatkan 741 pelajar dan 97 guru sebagai responden. 

Peneliti Utama HCC, Ray Wagiu Basrowi menilai hasil penelitian ini menunjukkan fakta yang memprihatinkan terkait kesehatan mental pelajar SMA di Jakarta.

Pasalnya, temuan dari hasil penelitiannya itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan data atau hipotesis kajian-kajian sebelumnya.

"Ini merupakan risiko yang harus dianalisis lebih mendalam," jelas Ray dikutip Suara.com, Kamis (19/12/2024).

Ray menjelaskan, 34 persen pelajar SMA di Jakarta yang mengalami indikasi masalah kesehatan jiwa itu terbagi dalam empat komponen subskala.

Subskala pertama, sebanyak 26 persen di antaranya terindikasi mengalami masalah dengan teman sebaya yang berkaitan dengan kecenderungan menyendiri, tidak memiliki satu teman baik, atau sering diganggu oleh anak lain.

Kemudian, 23 persen pelajar SMA Jakarta terindikasi mengalami gangguan emosional yang menunjukkan memiliki kekhawatiran, kecenderungan mudah takut, ada keluhan sakit pada badan atau sering tidak bahagia dan hilang percaya diri.

Selanjutnya, 29 persen terindikasi mengalami gangguan hiperaktivitas selama di sekolah, perhatian mudah teralihkan, dan konsentrasi sering buyar. Sedangkan sisanya, 18 persen pelajar terindikasi mengalami masalah perilaku sering marah, berkelahi, berbohong, dan bersifat curang.

Hasil penelitian ini, lanjut Ray, juga menemukan 10,9 persen pelajar SMA merasa rentan dengan kondisi status kesehatan mentalnya. 

”Ini menjadi tanda awas bahwa self-awareness atau aspek kesadaran diri remaja terhadap kesehatan mental sebenarnya masih rendah, meskipun sudah banyak informasi mendalam yang tersedia mengenai kesehatan mental," ungkapnya. 

Hambatan Penanganan Mental Pelajar 

Hasil penelitian yang dilakukan HCC dan FKI bersama Mendengar Jiwa Institute ini juga menemukan beberapa persoalan terkait penanganan kesehatan mental pelajar.

Salah satunya, banyak guru yang belum memahami bagaimana cara menangani anak-anak dengan permasalahan mental. 

Di sisi lain dari hasil penelitian tersebut, terungkap bahwa banyak pelajar SMA yang justru cenderung lebih memilih teman sebagai tempat konsultasi dan diskusi terkait masalah kesehatan mental mereka.

Bahkan, tujuh dari 10 atau 67 persen pelajar SMA mengaku tidak pernah mengunjungi ruang bimbingan konseling atau BK untuk melakukan konseling. Padahal, ruang BK menjadi ruang penting dalam mitigasi dan penanganan.

Sebanyak 35 persen pelajar menganggap, ruang BK hanya untuk siswa bermasalah. Sedangkan, 37 persen lainnya justru menilai tidak perlu ada ruang untuk konseling.

”Ini membuktikan, peran teman sebagai rekan konseling sebaya atau peer counselor bisa menjadi salah satu agen mitigasi,” ujar Ray.

Menkes Nila Moeloek bicara soal Saintifikasi Jamu untuk pangkas biaya pelayanan kesehatan. (Suara.com/Rahmat Ali)
Direktur Eksekutif Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) Nila Moeloek. [Suara.com]

Direktur Eksekutif FKI Nila F Moeloek mengungkap, peer disccussion atau teman curhat 50 persen memang efektif menekan risiko depresi remaja dan tindakan perundungan di sekolah.

Namun menurutnya, pendekatan peran teman sebagai rekan konseling sebaya harus dilakukan sangat hati-hati.

Menteri Kesehatan periode 2014-2019 itu menjelaskan, pelajar usia remaja merupakan individu yang masih perlu bimbingan.

Sehingga, konsultasi antarsesama tetap harus disiasati ruang lingkup sebagai saluran bercerita saja dan bukan untuk dilakukan sebagai upaya mitigasi konseling.

"Karena nantinya akan ada kemungkinan potensi saran yang tidak akurat sebab mereka tetap harus dibimbing, dan ini juga merupakan tugas orang tua, keluarga, serta guru di sekolah," tutur Nila. 

Nila mengatakan, selain pelajar harus terampil peer disccussion dan guru juga harus mahir konseling dan skrining.

Dengan begitu lingkungan sekolah diharapkan menjadi zona nyaman untuk kesehatan jiwa. Apalagi sebagian besar waktu anak banyak dihabiskan di lingkungan sekolah. 

"Ini penting untuk dilakukan sebab sekolah berpeluang menjadi lokus mayor masalah kesehatan mental. Upaya rebranding ruang BK juga dapat menjadi solusi alternatif agar tidak terkesan menstigma pelajar yang hendak melakukan konseling di sana," katanya.


Terkait

H-2 Lebaran, Sudah 738.591 Tiket Kereta dari Daop 1 Jakarta Terjual
Sabtu, 29 Maret 2025 | 10:48 WIB

H-2 Lebaran, Sudah 738.591 Tiket Kereta dari Daop 1 Jakarta Terjual

KAI Daop 1 Jakarta mencatat peningkatan penumpang Lebaran 2025. Hingga H-2, 738.591 tiket terjual atau jumlah okupansi 70 persen.

Giliran Emak-emak Turun ke Jalan Tolak UU TNI
Jum'at, 28 Maret 2025 | 19:33 WIB

Giliran Emak-emak Turun ke Jalan Tolak UU TNI

Mereka menolak revisi Undang-Undang (UU) Tentara Nasional Indonesia (TNI).

H-3 Lebaran, Terminal Kampung Rambutan Diserbu Pemudik
Jum'at, 28 Maret 2025 | 20:11 WIB

H-3 Lebaran, Terminal Kampung Rambutan Diserbu Pemudik

Arus mudik Lebaran 2025 diperkirakan mencapai puncaknya hari ini.

H-3 Lebaran, Penumpang Whoosh Melonjak Jumat Ini
Jum'at, 28 Maret 2025 | 17:31 WIB

H-3 Lebaran, Penumpang Whoosh Melonjak Jumat Ini

KCIC memproyeksikan jumlah penumpang Whoosh selama angkutan Lebaran akan meningkat hingga 30 persen, mencapai hingga 24 ribu penumpang per hari.

Terbaru
Polemik Royalti Lagu, Upaya VISI dan AKSI Mencari Titik Temu
polemik

Polemik Royalti Lagu, Upaya VISI dan AKSI Mencari Titik Temu

Sabtu, 29 Maret 2025 | 11:06 WIB

Apa yang menjadi tuntutan VISI dan AKSI untuk segera diselesaikan melalui Revisi UU Hak Cipta?

Femisida Intim di Balik Pembunuhan Jurnalis Juwita oleh Anggota TNI AL polemik

Femisida Intim di Balik Pembunuhan Jurnalis Juwita oleh Anggota TNI AL

Jum'at, 28 Maret 2025 | 22:56 WIB

Wajib hukuman mati. Itu permintaan dari pihak keluarga dan saya pribadi sebagai kakak yang merasa kehilangan, ujar Subpraja.

RUU KUHAP Usulkan Larangan Liputan Langsung Sidang: Ancaman Bagi Kebebasan Pers! polemik

RUU KUHAP Usulkan Larangan Liputan Langsung Sidang: Ancaman Bagi Kebebasan Pers!

Jum'at, 28 Maret 2025 | 14:21 WIB

Selain bertentangan dengan kebebasan pers dan prinsip terbuka untuk umum, pelarangan tersebut dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap pengadilan.

Diskriminatif Terhadap Bekas Napi Hingga Jadi Alat Represi: SKCK Perlu Dihapus atau Direformasi? polemik

Diskriminatif Terhadap Bekas Napi Hingga Jadi Alat Represi: SKCK Perlu Dihapus atau Direformasi?

Jum'at, 28 Maret 2025 | 08:26 WIB

Penghapusan SKCK perlu dipertimbangkan secara proporsional dengan kepentingan publik.

Konflik Kepentingan di Balik Penunjukan Langsung PT LTI Sebagai EO Retret Kepala Daerah polemik

Konflik Kepentingan di Balik Penunjukan Langsung PT LTI Sebagai EO Retret Kepala Daerah

Kamis, 27 Maret 2025 | 17:41 WIB

Patut diduga PT LTI terhubung dengan Partai Gerindra yang menjadikan proses penunjukan PT LTI menimbulkan konflik kepentingan, kata Erma.

Gelombang Aksi Tolak UU TNI: Korban Demonstran Berjatuhan, Setop Kekerasan Aparat! polemik

Gelombang Aksi Tolak UU TNI: Korban Demonstran Berjatuhan, Setop Kekerasan Aparat!

Kamis, 27 Maret 2025 | 11:59 WIB

Tindakan kekerasan yang melibatkan anggota TNI terhadap peserta demo tolak pengesahan UU TNI adalah sebuah peringatan, sekaligus upaya membungkam masyarakat sipil.

Sudah Lama Diperjuangkan, Bonus Lebaran Ojol Malah Jadi 'Bumerang'? polemik

Sudah Lama Diperjuangkan, Bonus Lebaran Ojol Malah Jadi 'Bumerang'?

Rabu, 26 Maret 2025 | 21:05 WIB

Nominal BHR dari aplikator ke pengemudi ojol yang Rp50 ribu sangat tidak manusiawi.