Dari Istana ke Partai Perseorangan: Drama Politik Jokowi Pasca Dipecat PDIP
Home > Detail

Dari Istana ke Partai Perseorangan: Drama Politik Jokowi Pasca Dipecat PDIP

Erick Tanjung | Muhammad Yasir

Selasa, 10 Desember 2024 | 18:27 WIB

Suara.com - PRESIDEN ke-7 Joko Widodo atau Jokowi resmi dipecat sebagai kader oleh PDI Perjuangan. Tak hanya Jokowi, anak serta menantunya; Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Afif Nasution juga tidak lagi diakui sebagai kader partai banteng moncong putih usai maju sebagai calon wakil presiden dan calon gubernur Sumatera Utara dari partai politik lain pada Pilpres dan Pilkada 2024.

Dua hari setelah diumumkan dipecat PDIP, Jokowi menemui Presiden Prabowo Subianto. Pertemuan berlangsung selama satu jam di kediaman Prabowo di Kartanegara IV, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat, 6 Desember 2024.

"Beliau Bapak Presiden, dulu waktu ke Merauke kan kemudian mampir ke Solo. Ini saya pas ke Jakarta kayak kunjungan balasan, karena kangen," ucap Jokowi usai bertemu Prabowo.

Peluang Jokowi bergabung ke Gerindra mencuat setelah adanya pertemuan itu. Prabowo secara langsung telah menyampaikan, partainya terbuka untuk menerima Jokowi.

"Tapi kami tentunya tidak bisa maksa beliau masuk,” kata Prabowo.

Pengamat politik Rock Gerung justru menilai, Gerindra tidak mungkin memberikan ruang kepada Jokowi untuk bergabung setelah dipecat PDIP. Pernyataan Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad yang mengatakan 'belum menyiapkan apa-apa untuk Jokowi' dimaknainya sebagai bentuk penolakan halus.

"Itu penanda halus bahwa Gerindra sebetulnya menolak dan harusnya Jokowi mengerti," tutur Rocky Gerung.

Sementara, Senin, 9 Desember 2024 siang setelah menerima kunjungan Calon Wakil Gubernur Jawa Barat nomor urut 4, Erwan Setiawan dan Manajer Persib Bandung Umuh Muchtar di kediamannya di Solo, Jawa Tengah, Jokowi mengklaim belum mempertimbangkan atau merencanakan untuk bergabung ke partai politik.

Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi menyambangi kediaman pribadi Presiden RI Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara Nomor IV, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Jumat (6/12/2024) malam
Presiden ke-7 Joko Widodo atau Jokowi menyambangi kediaman pribadi Presiden RI Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara Nomor IV, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Jumat (6/12/2024) malam. 

"Masih partai perorangan," katanya seraya tersenyum.

Matahari Kembar

Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad menyebut Jokowi mungkin saja bergabung ke Gerindra. Tapi ia menilai bergabungnya Jokowi bisa memicu persoalan. Apalagi Gerindra sudah terlalu identik dengan figur Prabowo.

"Kehadiran Jokowi di partai ini bisa memunculkan matahari kembar," jelas Saidiman kepada Suara.com, Selasa (10/12/2024).

Selain Gerindra, Partai Golkar sebenarnya juga menyatakan terbuka menerima Jokowi. Partai berlogo pohon beringin itu bahkan telah mendaulatnya sebagai anggota kehormatan. Sekretaris Bidang Organisasi Partai Golkar, Derek Loupatty menjelaskan, status anggota kehormatan Partai Golkar diberikan kepada Jokowi selaku negarawan.

"Kalau mereka negarawan, tidak perlu ada KTA,” katanya di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Kamis (5/12).

Golkar menurut Saidiman memang relatif lebih terbuka. Namun, jika Jokowi menduduki posisi tertinggi seperti Ketua Dewan Pembina atau Ketua Umum, ia menduga akan menimbulkan konflik di internal partai. Apalagi di tengah status Jokowi yang secara formal tidak lagi berada di dalam kekuasaan.

Jauh sebelum diumumkan dipecat sebagai kader PDIP, Jokowi pada Agustus 2024 lalu sempat diisukan akan menjadi Ketua Dewan Pembina Golkar. Belakangan, posisi tersebut diisi Agus Gumiwang Kartasasmita yang tidak lain merupakan Menteri Perindustrian di era pemerintahan Jokowi.

Saidiman berpendapat, paling realistis, Jokowi membesarkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang dipimpin putra bungsunya, Kaesang Pangarep. Musababnya, kehadiran Jokowi di partai yang relatif sudah besar dan mapan dianggap bisa problematik.

"Sementara di partai yang relatif baru seperti PSI, Jokowi akan lebih punya peluang untuk membesarkan partai dan menegaskan kembali pengaruh politiknya," jelas Saidiman.

Partai Perseorangan

'Partai Perseorangan' adalah kata yang belakangan sering diulang Jokowi ketika ditanya statusnya usai dipecat PDIP. Pakar politik Universitas Diponegoro (Undip) Wahid Abdulrahmah menilai, ungkapan tersebut tidak bisa dimaknai secara langsung. Terlebih mantan Wali Kota Solo itu memiliki bahasa dan pola komunikasi Jawa yang dinilai high-context cultures.

Potret Jokowi dan Bobby Nasution Ajak Sedah Mirah dan Panembahan Al Nahyan ke Mal (Instagram)
Potret Jokowi dan Bobby Nasution Ajak Sedah Mirah dan Panembahan Al Nahyan ke Mal (Instagram)

Wahid memaknai 'partai perorangan' secara halus disampaikan Jokowi untuk menunjukkan sikap yang tidak mempermasalahkan statusnya dipecat PDIP. Sekaligus ingin menunjukkan bahwa dirinya tetap nyaman menjomblo, tanpa menjadi anggota partai mana pun termasuk PDIP.

"Namun sebagai perseorangan memiliki kekuatan elektoral. Partai sebagai simbol institusi kekuatan politik, sementara perseorangan sebagai simbol personalisasi yang ternyata juga memiliki kekuatan politik besar," jelas Wahid.

Apalagi, kata Wahid, pernyataan itu disampaikan Jokowi setelah pelaksanaan Pilkada Serantak 2024. Di mana di sejumlah daerah, khususnya Jawa Tengah, Jokowi yang mendukung pasangan Luthfi-Taj Yasin Maimoen mampu menunjukkan pengaruh dan kekuatan elektoralnya sehingga bisa mengalahkan PDIP.

Sedangkan Saidiman justru menilai pernyataan 'partai perorangan' disampaikan Jokowi sebagai bentuk kritik terhadap PDIP. Sekaligus menandakan sebuah kegusaran.

"Selama ini Jokowi adalah figur yang sangat berkuasa. Dipecat oleh sebuah partai sedikit banyak bisa menjadi pukulan psikologis untuk dirinya," tutur Saidiman.

Saidiman juga meragukan Jokowi akan memiliki pengaruh yang sama di Pemilu 2029 nanti jika tidak berada di bawah naungan partai politik.

"Melihat tindakannya dalam Pilkada 2024, Jokowi terlihat tidak berminat meninggalkan politik praktis. Dan jalan terbaik untuk tetap bisa mempertahankan pengaruh politik adalah bergabung, mendirikan, atau membesarkan sebuah partai politik," pungkas Saidiman.


Terkait

Rocky Gerung Kritik Ada 'Dosa' Jokowi di Balik Turunnya Jumlah Pemudik 2025: Buat Apa Jalan Tol?
Minggu, 30 Maret 2025 | 19:39 WIB

Rocky Gerung Kritik Ada 'Dosa' Jokowi di Balik Turunnya Jumlah Pemudik 2025: Buat Apa Jalan Tol?

Rocky menyebut, temuan sirvei itu membuat pembangunan infrastruktur dan kebijakan-kebijakan hasil kerja Jokowi nampak kurang bermanfaat secara ekonomi.

CEK FAKTA: Benarkah Keluarga Jokowi Terlibat Korupsi Pertamina?
Minggu, 30 Maret 2025 | 18:00 WIB

CEK FAKTA: Benarkah Keluarga Jokowi Terlibat Korupsi Pertamina?

Hingga Rabu (27/03/2025) unggahan tersebut telah disukai oleh hampir 19.000 pengguna dan menuai 2.000-an komentar.

Prabowo-Gibran Salat Ied di Istiqlal Besok: Ini Jadwal, Imam, Khatib dan Imbauan Penting
Minggu, 30 Maret 2025 | 17:03 WIB

Prabowo-Gibran Salat Ied di Istiqlal Besok: Ini Jadwal, Imam, Khatib dan Imbauan Penting

Ismail mengatakan, pihaknya belum mendapat konfirmasi ulang soal salat Idul Fitri besok bakal ikut dihadiri oleh Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo

CEK FAKTA: Prabowo Susun RUU untuk Penjarakan Pejabat yang Hina Rakyat
Minggu, 30 Maret 2025 | 14:51 WIB

CEK FAKTA: Prabowo Susun RUU untuk Penjarakan Pejabat yang Hina Rakyat

Hingga Minggu (30/03/2025) unggahan tersebut telah disukai oleh 11 pengguna dan menuai 2 komentar.

Terbaru
Asa Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026: Formasi Jangan Coba-coba
polemik

Asa Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026: Formasi Jangan Coba-coba

Minggu, 30 Maret 2025 | 21:45 WIB

Harapan untuk Timnas Indonesia bisa lolos ke Piala Dunia 2026 masih ada. Patrick Kluivert diminta untuk tidak coba-coba formasi demi hasil maksimal.

Polemik Royalti Lagu, Upaya VISI dan AKSI Mencari Titik Temu polemik

Polemik Royalti Lagu, Upaya VISI dan AKSI Mencari Titik Temu

Sabtu, 29 Maret 2025 | 11:06 WIB

Apa yang menjadi tuntutan VISI dan AKSI untuk segera diselesaikan melalui Revisi UU Hak Cipta?

Femisida Intim di Balik Pembunuhan Jurnalis Juwita oleh Anggota TNI AL polemik

Femisida Intim di Balik Pembunuhan Jurnalis Juwita oleh Anggota TNI AL

Jum'at, 28 Maret 2025 | 22:56 WIB

Wajib hukuman mati. Itu permintaan dari pihak keluarga dan saya pribadi sebagai kakak yang merasa kehilangan, ujar Subpraja.

RUU KUHAP Usulkan Larangan Liputan Langsung Sidang: Ancaman Bagi Kebebasan Pers! polemik

RUU KUHAP Usulkan Larangan Liputan Langsung Sidang: Ancaman Bagi Kebebasan Pers!

Jum'at, 28 Maret 2025 | 14:21 WIB

Selain bertentangan dengan kebebasan pers dan prinsip terbuka untuk umum, pelarangan tersebut dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap pengadilan.

Diskriminatif Terhadap Bekas Napi Hingga Jadi Alat Represi: SKCK Perlu Dihapus atau Direformasi? polemik

Diskriminatif Terhadap Bekas Napi Hingga Jadi Alat Represi: SKCK Perlu Dihapus atau Direformasi?

Jum'at, 28 Maret 2025 | 08:26 WIB

Penghapusan SKCK perlu dipertimbangkan secara proporsional dengan kepentingan publik.

Konflik Kepentingan di Balik Penunjukan Langsung PT LTI Sebagai EO Retret Kepala Daerah polemik

Konflik Kepentingan di Balik Penunjukan Langsung PT LTI Sebagai EO Retret Kepala Daerah

Kamis, 27 Maret 2025 | 17:41 WIB

Patut diduga PT LTI terhubung dengan Partai Gerindra yang menjadikan proses penunjukan PT LTI menimbulkan konflik kepentingan, kata Erma.

Gelombang Aksi Tolak UU TNI: Korban Demonstran Berjatuhan, Setop Kekerasan Aparat! polemik

Gelombang Aksi Tolak UU TNI: Korban Demonstran Berjatuhan, Setop Kekerasan Aparat!

Kamis, 27 Maret 2025 | 11:59 WIB

Tindakan kekerasan yang melibatkan anggota TNI terhadap peserta demo tolak pengesahan UU TNI adalah sebuah peringatan, sekaligus upaya membungkam masyarakat sipil.