Senin, 01 Jan 2024
Hemat Tanpa Utang? Paylater Jadi Bantalan Hidup Keluarga Milenial di Tengah Tekanan Ekonomi
Home > Detail

Hemat Tanpa Utang? Paylater Jadi Bantalan Hidup Keluarga Milenial di Tengah Tekanan Ekonomi

Erick Tanjung | Muhammad Yasir

Kamis, 28 November 2024 | 14:59 WIB

Suara.com - Adrian tak menyangka hidup berumah tangga tak sesederhana yang ia pikirkan di awal. Lima tahun lalu pria berusia 35 tahun ini memutuskan menikah. Lalu berkomitmen bersama pasangannya untuk sebisa mungkin hidup hemat tanpa utang.

Namun, kenyataannya tak semudah membalik telapak tangan. Meski telah berupaya sehemat mungkin, sejak berumah tangga Andrian mengaku banyak pengeluaran-pengeluaran tak terduga. Sampai pada akhirnya pria asal Bekasi, Jawa Barat ini kerap mengandalkan paylater demi menyiasati kebutuhan hidup berumah tangga.

"Ternyata sulit kalau tanpa cicilan atau paylater," tutur Adrian kepada Suara.com, Selasa (26/11/2024).

Paylater atau dikenal dengan istilah buy now pay later (BNPL) adalah sistem pembayaran yang memungkinkan pengguna untuk membeli barang atau layanan tanpa harus membayar langsung. Sebagai pengguna paylater mereka dapat membagi pembayaran menjadi cicilan yang dibayarkan dalam periode tertentu.

Berdasar Laporan Perilaku Pengguna Paylater Indonesia 2024 yang dirilis Kredivo dan Katadata Insight Center, pengguna aktif paylater di 2023 tercatat sebanyak 13,4 juta. Sebagian besar dari mereka atau sekitar 70,5 persen menggunakan paylater untuk belanja online. Angka tersebut meningkat 69,4 persen dari tahun sebelumnya.

Data di atas merupakan hasil analisis yang dilakukan terhadap lebih dari 2 juta sampel pengguna Kredivo di 34 provinsi di Indonesia. Selain itu juga merujuk hasil survei daring yang dilakukan terhadap 7.000 responden pada Maret-April 2024.

Jika dilihat berdasar kelompok usia, dari hasil analisis tersebut rentan usia 26-35 tahun menjadi kelompok dengan proporsi terbesar dalam penggunaan paylater. Persentase generasi milenial yang menggunakan paylater tersebut mencapai 43,9 persen.

Made with Flourish

Sedangkan dilihat dari latar belakang status perkawinan, mereka yang berstatus sudah menikah jadi kelompok yang mendominasi pengguna paylater. Persentasenya mencapai 52,9 persen.

Di tengah tekanan ekonomi, masyarakat memang mau tidak mau harus tetap memenuhi kebutuhan hidup. Adrian mengakui alasan akhirnya keluar dari komitmen di awal bersama pasangannya —hidup hemat tanpa utang— itu juga karena tekanan ekonomi berumah tangga yang tak sesederhan ia pikirkan.

Karyawan swasta berpenghasilan Rp8 juta itu merupakan satu-satunya tulang punggung keluarga. Atas beberapa pertimbangan, istrinya memilih fokus untuk mengurus anak yang masih berusia 4 tahun.

Dalam kondisi itu, kata Andrian, paylater jadi salah satu alternatif untuk menyiasati hidup. Walakin, total biaya yang dikeluarkan jika dihitung-hitung sebenarnya lebih besar.

"Cuma di tengah keterbatasan pendapatan, gua merasa dipermudah dan merasa lebih ringan karena bisa dicicil setiap bulan. Terkadang gua juga memanfaatkan promosi," jelas Adrian.

Selain menggunakan paylater untuk belanja keperluan penunjang kerja seperti handphone dan laptop, Adrian juga kerap menggunakannya untuk belanja kebutuhan pokok seperti beras, mie instan, hingga minyak. Biasanya ia membeli kebutuhan pokok tersebut untuk jangan waktu satu hingga dua bulan sekaligus sambil memanfaatkan promosi yang tersedia.

"Tapi gua punya batas maksimal, itu gua batasin Rp1 juta. Jadi gua tetap pakai perhitungan, kira-kira cukup nggak sisa gaji gua buat bayar cicilan nanti," ungkapnya.

Merujuk Laporan Perilaku Pengguna Paylater Indonesia 2024 jika dilihat berdasarkan kategori produk, jumlah transaksi paylater yang paling banyak pada 2023 adalah untuk pulsa dan voucher. Persentasenya mencapai 21,2 persen. Kemudian produk makanan 17,6 persen, kesehatan dan kecantikan 15,8 persen, fashion dan aksesoris 11,7 persen, dan peralatan rumah tangga 8,8 persen.

Sedangkan kalau dilihat berdasar nilai transaksinya, pada 2023 gadget dan aksesoris masih berkontribusi paling besar terhadap keseluruhan nilai transaksi dengan persentase mencapai 31,7 persen. Berikutnya adalah produk elektronik 15,1 persen, fashion dan aksesoris 10,4 persen, pulsa dan voucher 8,8 persen, serta kesehatan dan kecantikan 7,3 persen.

Selain Adrian, Ari (26) juga salah satu pengguna aktif paylater. Ia mengaku lebih intens memanfaatkan layanan paylater setelah berumah tangga.

Warga Menteng, Jakarta Pusat ini baru menikah pada awal 2024 lalu. Ia bersama istri sama-sama berstatus sebagai karyawan swasta. Total pendapatan mereka dalam sebulan berkisar Rp8 juta.

Ari memanfaatkan layanan paylater untuk memenuhi kebutuhan peralatan rumah tangga. Salah satunya membeli pendingin ruangan atau AC.

"Sama sering juga untuk listrik," ungkap Ari kepada Suara.com, Selasa (26/11).

Sama seperti Adrian, Ari juga acap kali memanfaatkan paylater untuk belanja kebutuhan pokok bulanan. Ia juga membatasi maksimal cicilannya sebesar Rp2 juta.

"Jujur memang ngebantu bangat walau ada biaya tambahan, tapi menurut gua juga harus bijak. Jangan sampai malah cicilan lebih besar dari pendapatan. Itu yang bahaya," ujarnya.

Bantalan Hidup

Tumbuhnya pengguna paylater secara signifikan dinilai tidak terlepas dari kondisi melemahnya daya beli masyarakat hingga menurunnya jumlah kelas menengah di Indonesia. Sebagaimana diketahui Indonesia sempat mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut sejak Mei hingga September 2024.

Made with Flourish

Sedangkan jumlah kelas menengah di Indonesia pada 2024 menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) tersisa 17,13 persen atau sekitar 47,85 juta orang. Jumlah kelas menengah tersebut menurun drastis jika dibanding tahun 2019 yang mencapai 57,33 juta orang atau setara 21,45 persen dari total penduduk.

Kelas menengah diketegorikan bagi mereka yang pengeluarannya sekitar Rp2,04 juta sampai Rp9,90 juta per kapita per bulan. Menurunnya jumlah kelas menengah di Indonesia berbanding lurus dengan meningkatnya jumlah kelas menengah rentan atau aspiring middle class.

Pada 2024 jumlah kelas menengah rentan mencapai angka 137,50 juta orang atau sekitar 49,22 persen dari total penduduk. Meningkat sekitar 8,65 juta dari tahun 2019 yang hanya berjumlah 128,85 juta orang. Kelompok kelas menengah rentan adalah mereka yang diketegorikan pengeluarannya sekitar Rp874,39 ribu sampai Rp2,04 juta per kapita per bulan.

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda menilai di tengah melemahnya daya beli, pengguna paylater mengalami peningkatan karena menjadi alternatif masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Ketika daya beli masyarakat menurun tapi kebutuhan yang cenderung tetap, masyarakat akan mencari pembiayaan untuk membantu pemenuhan kebutuhan tersebut," kata Nailul dalam keterangan persnya, Selasa (26/11).

Dalam kondisi kekinian, kata Nailul, sistem penyaluran limit kredit yang cepat dan fleksibel serta diiringi dengan sistem credit scoring yang prudent, membuat paylater jadi alat keuangan yang relevan. Selain juga menjadi bantalan pembiayaan bagi masyarakat di tengah ketidakpastian ekonomi.

Walau demikian, Nailul mengingatkan, seperti layanan keuangan lainnya, penggunaan paylater juga memiliki risiko dan dampak negatif jika tidak digunakan dengan bijak. Sehingga menurutnya penting bagi lembaga penyedia layanan paylater untuk memprioritaskan manajemen risiko dan konsisten melakukan credit scoring untuk meminimalisir potensi peningkatan non-performing financing (NPF) atau kredit bermasalah.

"Masyarakat perlu memahami mengenai batas kemampuan bayar mereka sehingga tidak menimbulkan dampak negatif dari pembiayaan dari manapun, termasuk dari paylater,” pungkasnya.

Terbaru
Menertawai Standar Hidup Layak BPS Rp1 Juta Per Bulan, Driver Ojol: Buat Makan Aja Kurang!
nonfiksi

Menertawai Standar Hidup Layak BPS Rp1 Juta Per Bulan, Driver Ojol: Buat Makan Aja Kurang!

Rabu, 27 November 2024 | 12:13 WIB

Untuk bisa menggambarkan kondisi hidup layak di masyarakat, BPS semestinya melakukan penghitungan dengan merujuk pada harga-harga bahan pokok, tanah, listrik hingga air.

'Milih Imam Kok Wedok?': Seksis dan Diskriminasi Warnai Pilkada 2024 polemik

'Milih Imam Kok Wedok?': Seksis dan Diskriminasi Warnai Pilkada 2024

Selasa, 26 November 2024 | 16:14 WIB

"Karena kan perspektif yang masih mendiskriminasi perempuan itu rata-rata dimiliki oleh laki-laki," ujar Kurnia.

Dominasi Jaksa dan Polisi Dalam Jajaran Pimpinan KPK: Mewaspadai Upaya DPR Lemahkan Pemberantasan Korupsi polemik

Dominasi Jaksa dan Polisi Dalam Jajaran Pimpinan KPK: Mewaspadai Upaya DPR Lemahkan Pemberantasan Korupsi

Senin, 25 November 2024 | 18:15 WIB

DPR memilih lima dari sepuluh capim yang akan memimpin KPK periode 2024-2029, Kamis, 21 November 2024.

Hitung Mundur Pilkada Jakarta: Adu Kuat Pengaruh Jokowi dan Anies di Ibu Kota polemik

Hitung Mundur Pilkada Jakarta: Adu Kuat Pengaruh Jokowi dan Anies di Ibu Kota

Senin, 25 November 2024 | 12:55 WIB

Dukungan Anies terhadap Pramono-Rano jauh lebih berpengaruh jika dibandingkan dukungan Jokowi kepada RK-Suswono.

Bongkar Mitos SCBD: Realita Hidup Pekerja Kerah Putih Gaji Dua Digit nonfiksi

Bongkar Mitos SCBD: Realita Hidup Pekerja Kerah Putih Gaji Dua Digit

Jum'at, 22 November 2024 | 11:18 WIB

"Kalau misalkan ada dana lebih atau emang duitnya nggak kepakai, ya gua mengalokasikan untuk investasi," ujar Sonia.

Bias Antara Keadilan dan Reputasi, Mahasiswi Lapor Dosen Cabul Dituduh Halusinasi polemik

Bias Antara Keadilan dan Reputasi, Mahasiswi Lapor Dosen Cabul Dituduh Halusinasi

Kamis, 21 November 2024 | 19:06 WIB

Dosen Unhas diskors 2 semester usai lecehkan mahasiswi bimbingan skripsi. Korban trauma, Satgas PPKS dinilai tak berpihak, bukti CCTV ungkap kebenaran.

Bongkar Pasang Kurikulum Pendidikan: Jangan Sampai Siswa dan Guru jadi Kelinci Percobaan! polemik

Bongkar Pasang Kurikulum Pendidikan: Jangan Sampai Siswa dan Guru jadi Kelinci Percobaan!

Kamis, 21 November 2024 | 11:30 WIB

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti berencana dalam beberapa kesempatan menyampaikan rencana penggantian kurikulum Merdeka.