Suara.com - ENAM hari menjelang pemungutan suara, Calon Gubernur Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil memilih banyak berdoa. Selain siap menang, ia juga mengaku sudah siap kalah. Pesaing ketatnya, Calon Gubernur Jakarta nomor urut 3 Pramono Anung justru semakin optimis. Tak tanggung-tanggung, ia yakin menang satu putaran setelah mendapat dukungan dari mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
"Banyak berdoa saja lah sekarang, mau apalagi? Blusukan, ini juga mau blusukan sampai akhir waktu,” kata Ridwan Kamil di Masjid Al-Kautsar Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Kamis (21/11/2024).
Selain berdoa, RK juga berharap dukungan Presiden ke-7 Joko Widodo atau Jokowi mampu mengerek elektabilitas. Pada 18 November 2024 lalu, di Jakarta, Jokowi secara terbuka menyatakan dukungannya kepada RK-Suswono. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu meminta kepada organ-organ relawan pendukungnya bergerak memanfaatkan sisa waktu yang ada secara maksimal untuk memenangkan RK-Suswono.
RK menggantungkan harapan pada dukungan Jokowi bukan tanpa sebab. Melihat hasil survei teranyar, tren elektabilitas pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta nomor urut 2 itu memang mengalami penurunan. Berbanding terbalik dengan Pramono-Rano Karno. Elektabilitas pasangan calon gubernur dan wakil gubernur nomor urut 3 itu semakin melesat hingga berhasil menyalip RK-Suswono yang sempat berada di posisi pertama.
Dalam survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) yang digelar pada 31 Oktober-9 November 2024 misalnya, elektabilitas Pramono-Rano mencapai 46 persen. Sementara RK-Suswono 39,1 persen dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana 5,1 persen.
SMRC melakukan survei tersebut terhadap 1.210 responden warga Jakarta yang telah berusia 17 tahun ke atas. Margin of error survei ini 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Gambaran serupa juga terlihat dari hasil survei Litbang Kompas. Survei yang digelar pada 20-25 Oktober 2024 dengan melibatkan 1.200 responden warga Jakarta berusia 17 tahun ke atas tersebut: elektabilitas Pramono-Rano mencapai 38,3 persen, RK-Suswono 34,6 persen dan Dharma-Kun 3,3 persen.
Litbang Kompas menggunakan metode multistage random sampling dan wawancara tatap muka. Toleransi kesalahan atau margin of error survei sebesar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
"Mudah-mudahan kalau tokohnya mendukung, pengikut, pengagumnya juga mendukung," kata RK.
RK sangat berharap kehadiran Jokowi dalam kampanye akbarnya di Lapangan Banteng, Menteng, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 23 November 2024. Namun Jokowi tidak hadir dan memilih menghadiri kampanye terbuka Ahmad paslon Lutfi-Taj Yasin di Jawa Tengah.
Optimis Menang Satu Putaran
"Saya yakin kalau Warga Kawal TPS sudah lakukan konsolidasi, kerja keras, insya Allah, saya dan Bang Doel bisa menang satu putaran," ucap Pramono di hadapan ribuan Anak Abah —pendukung Anies Baswedan— di Lapangan Blok S, Jakarta Selatan, Kamis (21/11).
Pramono tampak lebih optimis. Selain karena tren elektabilitas yang kian meningkat, juga karena mendapat dukungan dari mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Di acara bertajuk Apel Siaga Warga Kota Kawal TPS itu, Anies untuk pertama kalinya turun langsung mengkampanyekan Pramono-Rano. Mengenakan kemeja putih hitam dengan baret oranye, dari atas panggung ia mengajak ribuan pendukungnya untuk membantu mengawal kemenangan Pramono-Rano.
"Kalau itu dijaga, insya Allah nantinya apa yang selama ini sudah dikerjakan akan dituntaskan oleh Mas Pram dan Bang Doel," ucapnya.
Pramono memamg berjanji akan melanjutkan program-program Anies jika terpilih.
“Saya yakin kalau Pemilu-nya jujur kemenangan ada di depan mata kita,” kata Pramono.
Adu Pengaruh Jokowi dan Anies
Peneliti SMRC, Saidiman Ahmad menilai dukungan Anies terhadap Pramono-Rano jauh lebih berpengaruh jika dibandingkan dukungan Jokowi kepada RK-Suswono.
"Pertama, karena Jakarta ini sebenarnya bukan basisnya Jokowi," kata Saidiman kepada Suara.com, Jumat (22/11).
Hal itu, kata Saidiman, bisa dilihat dari perolehan suara Jokowi di Jakarta pada dua kali Pilpres. Baik di Pilpres 2014 dan 2019, ia menyebut Jokowi tidak pernah benar-benar menang mutlak di Jakarta.
Pada Pilpres 2014, Jokowi ketika berpasangan dengan Jusuf Kalla atau JK memperoleh 2.859.894 suara. Unggul tipis dari lawannya, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dengan perolehan suara sebesar 2.528.064.
Sedangkan pada Pilpres 2019, Jokowi-Ma'ruf Amin memperoleh 3.279.547 suara. Lagi-lagi hanya menang tipis dari Prabowo-Sandiaga Uno yang memperoleh 3.066.137 suara.
Pada Pilpres 2024, Saidiman mengungkap dukungan Jokowi kepada Prabowo Subianto yang berpasangan dengan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka juga tidak terlalu berdampak pada perolehan suara mereka di Jakarta.
"Suara Prabowo-Gibran itu hampir sama suaranya dengan Anies-Cak Imin, tidak menang mutlak, keduanya sama-sama 41 persen. Jadi Jakarta ini bukan basisnya Pak Jokowi. Karena itu menurut saya pengaruhnya ke publik itu akan terbatas," jelas Saidiman.
Alih-alih berdampak positif terhadap elektabilitas RK-Suswono, Saidiman justru khawatir dukungan Jokowi itu malah bisa berdampak sebaliknya. Pasalnya, jumlah masyarakat Jakarta yang resisten terhadap Jokowi menurutnya cukup tinggi. Tingkat resistensi terhadap Jokowi ini tidak terlepas dari latar belakang mereka yang sebagian besar merupakan pemilih rasional.
"Penduduk Jakarta yang lulusan SLTA ke atas itu sekitar 68 persen. Jadi mereka itu sangat terdidik, karena itu jangan-jangan kemunculan Jokowi kampanye secara langsung ini justru bisa menurunkan wibawa Jokowi itu sendiri di Jakarta yang memang resistensinya sudah tinggi. Dan jangan-jangan ini juga justru pengaruhnya negatif untuk RK," tuturnya.
Sementara dukungan Anies menurut Saidiman sangat menguntungkan Pramono-Rano. Salah satunya diyakini mampu menarik suara-suara di wilayah ceruk PDI Perjuangan seperti Jakarta Timur dan Selatan.
"Jakarta Timur dan Jakarta Selatan yang selama ini dikenal sebagai basisnya Anies itu di sana, itu kalau berpindah secara signifikan akan sangat menguntungkan Pram-Rano secara elektoral. Karena sebelumnya itu bukan basis mereka," ungkap Saidiman.
Selain menguntungkan Pramono-Rano, dukungan Anies tersebut menurut Saidiman juga berdampak terhadap soliditas pemilih PKS selaku pengusung RK-Suswono. Hasil survei yang dilakukan SMRC menemukan banyak pemilih PKS yang terbelah mendukung Pramono-Rano.
"Ini agak mengejutkan sebenarnya karena PKS itu biasanya solid massanya dan menurut saya yang menyebabkan itu terjadi adalah Anies. Karena hampir semua pendukung PKS (pemenang Pileg DPRD Jakarta) kemarin itu adalah pendukung Anies," katanya.
Jika melihat tren elektabilitasnya ditambah adanya dukungan dari Anies, Saidiman menilai kemenangan satu putaran untuk Pramono-Rano bisa saja terjadi.
"Tapi ini kalau politiknya berjalan normal ya: tidak ada mobilisasi sumber daya di minggu terakhir ini, tidak ada politisasi bansos, politik uang, atau intimidasi. Kalau itu terjadi, ya bisa saja yang normal ini kemudian berubah," pungkasnya.
"Kalau misalkan ada dana lebih atau emang duitnya nggak kepakai, ya gua mengalokasikan untuk investasi," ujar Sonia.
Dosen Unhas diskors 2 semester usai lecehkan mahasiswi bimbingan skripsi. Korban trauma, Satgas PPKS dinilai tak berpihak, bukti CCTV ungkap kebenaran.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti berencana dalam beberapa kesempatan menyampaikan rencana penggantian kurikulum Merdeka.
Bahkan sebagian dari kalangan ibu rumah tangga mengalihkan belanja kebutuhan pokok mereka, dari yang biasa beli ayam potong kini diganti beli tahu atau tempe.
Tragedi itu tak hanya merenggut nyawa Raden. Sebanyak 13 warga lainnya menjadi korban, beberapa menderita luka berat hingga harus dirawat intensif di rumah sakit.
Orang yang kecanduan judi online seperti halnya orang dengan kecanduan narkotika.
Kericuhan yang telah terjadi bukan sekadar permasalahan hukum an sich maupun problem sosial-kemasyarakatan belaka, tapi dampak buruk dari penetapan PIK 2 sebagai PSN.