Bongkar Mitos SCBD: Realita Hidup Pekerja Kerah Putih Gaji Dua Digit
Home > Detail

Bongkar Mitos SCBD: Realita Hidup Pekerja Kerah Putih Gaji Dua Digit

Erick Tanjung | Muhammad Yasir

Jum'at, 22 November 2024 | 11:18 WIB

Suara.com - MODIS dan hedonis. Begitu stereotip yang lekat kepada para pekerja kantoran di kawasan elite Sudirman Central Business District atau SCBD, Jakarta Selatan. Rendra dan Sonia menceritakan sisi lain di balik itu. Generasi zoomers ini memilih arif meski gaji mencapai dua digit.

"Mungkin kalau mau ngikutin lifestyle para pekerja kantoran di SCBD, gua bisa-bisa aja. Tapi kalau ikut-ikutan seperti itu, gua justru bukan jadi diri gua sendiri," kata Rendra kepada Suara.com, Rabu (20/11/2024).

Berpenghasilan di atas Upah Minimum Provinsi atau UMP Jakarta, tidak lantas membuat Rendra terbawa arus lingkungan sekitar. Seperti ikut-ikutan harus belanja pakaian branded terbaru hingga makan di tempat-tempat mewah.

Pria 26 tahun asal Bandung, Jawa Barat ini sudah satu tahun bekerja di perusahaan bank berpelat merah di kawasan SCBD, Jakarta Selatan. Kalau dihitung berikut bonus, rata-rata upah yang diterimanya setiap bulan bisa mencapai belasan juta rupiah.

Alih-alih ikut-ikutan makan siang di mall atau restoran mewah, Rendra, sehari-hari justru lebih sering membawa bekal makanan. Malah terkadang menyempatkan masak sendiri di rumah dinas. Tapi lebih sering mebeli bekal di warteg yang harganya jauh lebih murah.

"Gua lihat di sini teman-teman gua juga banyak yang menerapkan ini," ungkapnya.

Menurut Rendra tidak seluruh pekerja kantoran di kawasan Segitiga Emas Jakarta seperti SCBD, bergaya hedon. Soal gaya hidup, menurutnya itu kembali ke pribadi masing-masing.

Kisah yang sama juga diungkap Sonia warga BSD, Tangerang. Perempuan berusia 26 tahun ini sudah tiga tahun bekerja di perusahaan bank asing di SCBD. Selain memilih membawa bekal dari rumah karena alasan kesehatan, Sonia juga mengaku lebih sering makan siang di kantin atau warteg ketimbang tempat-tempat mewah.

Pekerja melintas di pelican crossing di kawasan Perkantoran Sudirman, Jakarta, Selasa (28/5/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Ilustrasi pekerja melintas di pelican crossing di kawasan Perkantoran Sudirman, Jakarta. [Suara.com/Alfian Winanto]

Padahal, upah Sonia juga di atas rata-rata UMP Jakarta. Sama seperti Rendra, sebulan penghasilannya di angka belasan juta rupiah.

"Kalau makan siang yang penting kenyang," ucap Sonia.

Makan mewah, kata Sonia, bagi pekerja kantoran sepertinya itu paling hanya sesekali saja. Biasanya, di waktu sehabis gajian.

"Kalau awal bulan ya sesekali lah ya kita makan di Pacific Place gitu," katanya.

Tapi kata dia lebih sering ditraktir klien. Sisi lain yang mungkin menurutnya tidak banyak diketahui orang-orang di luar.

"Sama partner-partner, kami lunch meeting gitu sering. Itu mungkin yang kadang suka dilihat orang-orang kayak kami ini makannya mewah mulu. Padahal itu ajakan klien," ungkapnya seraya tertawa.

Sementara Rendra, bercerita lebih memilih makan 'mewah' ketika bersama keluarga. Sedangkan untuk sehari-hari selama bekerja ia lebih sering bawa bekal atau makan di warteg.

"Gua sendiri kalau Senin-Jumat pasti makan ya biasa-biasa aja. Tapi kalau Sabtu-Minggu ketika gua pulang ke Bandung, gua habisin waktu makan enak dan lebih mahal gitu lah bareng keluarga. Jadi gua prioritaskan itu untuk keluarga," ungkapnya.

Modis Nggak Harus Mahal

Sebagai pekerja kantoran di SCBD berpenampilan modis, tidak serta-merta harus menggunakan barang-barang mahal atau branded.

Sonia bercerita sebagai pekerja kantoran di SCBD ia lebih mementingkan bagaimana berpenampilan rapi. Sebab itu sudah menjadi tuntutan dan etika berkerja di lingkungan kawasan bisnis yang juga kerap bersinggungan dengan klien berlatar belakang pebisnis.

"Jadi makanya mereka pakai gayanya elite. Pakai tas yang mewah, outfit yang oke. Tapi buat sepantaran saya sih masih gini-gini aja," ungkapnya.

Ilustrasi pekerja vs perppu cipta kerja (Pixabay)
Ilustrasi pekerja vs perppu cipta kerja (Pixabay)

Sedangkan Rendra tak memungkiri, memang ada sebagian pekerja di kawasan SCBD yang sangat mementingkan penampilan. Menggunakan outfit serba branded dari ujung kaki hingga kepala.

Tapi untuk di lingkungan tempatnya bekerja, juga banyak yang memilih tampil modis meski dengan harga yang terjangkau. Walaupun secara keuangan, sebenarnya mereka juga bisa saja mengikuti gaya hidup mewah seperti itu.

"Contohnya lanyard (tali gantungan ID card). Ada labeling kalau pekerja kantoran di SCBD itu katanya lanyard minimal merk Coach yang harganya sejutaan. Rasanya gue bisa dan mampu juga kok beli. Tapi gua pilih yang harganya cuma Rp100-200 ribu. Karena gua mikir, ngapain sih lanyard doang harus mahal-mahal," jelasnya.

Nabung dan Investasi

Alih-alih mengikuti gaya hidup serba mewah, Sonia dan Rendra mengaku lebih banyak mengalokasikan penghasilannya selama bekerja untuk menabung atau investasi. Apalagi mereka juga berlatar belakang sebagai pekerja di perusahaan perbankan. Sedikit banyaknya tahu soal manajemen keuangan.

Sonia menuturkan hampir 60 persen penghasilannya ia sisihkan untuk menabung. Sedangkan sisanya sekitar 30-40 persen itu dipergunakan untuk kebutuhan operasional.

"Kalau misalkan ada dana lebih atau emang duitnya nggak kepakai, ya gua mengalokasikan untuk investasi," tuturnya.

Rendra pun berpikiran seperti itu. Apalagi ia telah berencana menikah dalam waktu dekat. Menurutnya masih banyak kebutuhan hidup yang perlu dipersiapkan matang-matang daripada memikirkan gengsi atau ikut-ikutan bergaya mewah.

"Sekalian curhat kan nih jadinya," katanya tertawa.


Terkait

Ngeri! Tawuran Maut Kebon Singkong Vs Cipinang Jagal di Jaktim: Satu Tewas Tersambar Kereta hingga Kena Panah di Leher
Jum'at, 22 November 2024 | 10:30 WIB

Ngeri! Tawuran Maut Kebon Singkong Vs Cipinang Jagal di Jaktim: Satu Tewas Tersambar Kereta hingga Kena Panah di Leher

"Untuk sementara ini jumlah pelaku tawuran yang mengalami luka-luka tiga orang, satu orang meninggal dunia."

Dapat Endorse Anies, Bang Doel Pede Menang Satu Putaran Pilkada Jakarta
Jum'at, 22 November 2024 | 08:30 WIB

Dapat Endorse Anies, Bang Doel Pede Menang Satu Putaran Pilkada Jakarta

Ia juga menilai, sikap Anies juga secara tidak langsung mengajak para basis masanya alias anak abah untuk mengikuti kampanye secara riang gembira.

Terbaru
Review M3GAN 2.0: Kembalinya Cegil dalam Tubuh Robot yang jadi Makin Dewasa!
nonfiksi

Review M3GAN 2.0: Kembalinya Cegil dalam Tubuh Robot yang jadi Makin Dewasa!

Sabtu, 28 Juni 2025 | 09:05 WIB

M3GAN 2.0 nggak lagi serem seperti film pertamanya.

Logika 'Nyeleneh': Ketika UU Tipikor Dianggap Bisa Jerat Pedagang Pecel Lele di Trotoar polemik

Logika 'Nyeleneh': Ketika UU Tipikor Dianggap Bisa Jerat Pedagang Pecel Lele di Trotoar

Kamis, 26 Juni 2025 | 19:08 WIB

"Tapi saya yakin tidak ada lah penegakan hukum yang akan menjerat penjual pecel lele. Itu tidak apple to apple," ujar Zaenur.

Penyiksaan Demi Pengakuan: Praktik Usang Aparat yang Tak Kunjung Padam polemik

Penyiksaan Demi Pengakuan: Praktik Usang Aparat yang Tak Kunjung Padam

Kamis, 26 Juni 2025 | 14:36 WIB

Setiap tindak penyiksaan harus diberikan hukuman yang setimpal dan memberi jaminan ganti rugi terhadap korban serta kompensasi yang adil, jelas Anis.

Dari Tambang ke Dapur Bergizi: Gerakan NU Bergeser, Kritik Pemerintah Jadi Tabu? polemik

Dari Tambang ke Dapur Bergizi: Gerakan NU Bergeser, Kritik Pemerintah Jadi Tabu?

Kamis, 26 Juni 2025 | 08:41 WIB

Kerja sama tersebut menghilangkan daya kritis ormas keagamaan terhadap kebijakan atau keputusan pemerintah yang tidak pro rakyat.

2 Juta Lapangan Kerja dari Koperasi Prabowo: Ambisius atau Realistis? polemik

2 Juta Lapangan Kerja dari Koperasi Prabowo: Ambisius atau Realistis?

Rabu, 25 Juni 2025 | 21:34 WIB

Angka ini sangat ambisius apabila dilihat dari track record koperasi kita, kata Jaya.

Marcella Mengaku, Marcella Membantah; Upaya Membelokan Nalar Kritis di Ruang Publik polemik

Marcella Mengaku, Marcella Membantah; Upaya Membelokan Nalar Kritis di Ruang Publik

Rabu, 25 Juni 2025 | 18:34 WIB

Pengakuan Marcella Soal Biaya Narasi Penolakan RUU TNI dan "Indonesia Gelap" Dinilai Berbahaya: Membuat Kelompok Masyarakat Sipil Semakin Rentan

Suara Profetik Lintas Iman Menolak PSN Merauke: Penjarahan Berkedok Pembangunan polemik

Suara Profetik Lintas Iman Menolak PSN Merauke: Penjarahan Berkedok Pembangunan

Rabu, 25 Juni 2025 | 14:10 WIB

Proyek tersebut tidak berdasarkan pada prinsip-prinsip kemanusian dan adab," kata Busyro.