Polemik Beda Hasil Lembaga Survei di Pilkada Jakarta: Masihkah Bisa Dipercaya?
Home > Detail

Polemik Beda Hasil Lembaga Survei di Pilkada Jakarta: Masihkah Bisa Dipercaya?

Bimo Aria Fundrika | Yaumal Asri Adi Hutasuhut

Jum'at, 08 November 2024 | 17:00 WIB

Suara.com - Hasil survei yang berbeda pada Pilkada Jakarta telah  merusak kepercayaan masyarakat terhadap pendekatan ilmiah. Pasalnya, lembaga survei adalah bagian penelitian yang bersifat ilmiah. Sudah seharusnya lembaga survei bekerja dengan mengedepankan moral,  menghasilkan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan. Bukan merangkap pekerjaan menjadi konsultan politik.

Polemik perbedaan hasil survei mewarnai Pilkada Jakarta. Poltracking dan LSI mengeluarkan hasil berbeda terkait elektabilitas kandidat. Survei Poltracking pada 24 November menunjukkan Ridwan Kamil-Suswono (Rido) unggul dengan 51,6%, disusul Pramono Anung-Rano Karno (Pram-Rano) dengan 36,4%, dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana (Dharma-Kun) di 3,9%.

Sebaliknya, survei LSI pada 23 Oktober menempatkan Pram-Rano di puncak dengan 41,6%, Rido di posisi kedua dengan 37,4%, dan Dharma-Kun di 6,6%.

Presiden Prabowo Subianto santap masakan padang bersama Cagub nomor 1 Jakarta Ridwan Kamil di salah satu rumah makan yang ada di Jakarta, Kamis (31/10/2024). [Foto: Tim Ridwan Kamil]
Presiden Prabowo Subianto santap masakan padang bersama Cagub nomor 1 Jakarta Ridwan Kamil di salah satu rumah makan yang ada di Jakarta, Kamis (31/10/2024). [Foto: Tim Ridwan Kamil]

Keduanya disebut menggunakan metode sampling yang sama dan dilakukan pada waktu hampir bersamaan. Namun, hasil survei berbeda ini menuai sorotan. Persepsi, organisasi survei publik, lalu melakukan investigasi.

Pada 4 November, Poltracking dijatuhi sanksi. Mereka dilarang melakukan publikasi tanpa persetujuan Dewan Etik. Poltracking disebut tidak dapat menunjukkan data asli 2.000 sampel karena alasan penyimpanan. 

Bahkan setelah klaim pemulihan data, Dewan Etik menemukan ketidaksesuaian antara jumlah sampel valid yang dilaporkan dengan data awal. Akibatnya, Dewan Etik tidak dapat mengkonfirmasi akurasi data Poltracking. Polemik berlanjut. Setelah mendapat sanksi, Poltracking memilih keluar dari keanggotaan Persepsi, sementara survei LSI dinyatakan sesuai prosedur.

Rusak Kepercayaan Terhadap Pendekatan Ilmiah

Ilustrasi Kotak Suara - Cara Cek DPT Online untuk Pilkada (Unsplash)
Ilustrasi Kotak Suara - Cara Cek DPT Online untuk Pilkada (Unsplash)

Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menilai perbedaan hasil survei elektabilitas di Pilkada Jakarta berpotensi menggerus kepercayaan publik terhadap metode ilmiah. Padahal, survei merupakan pendekatan ilmiah yang penting untuk memahami persoalan di masyarakat.

"Kita ini negara berkembang. Negara berkembang ini kan penelitian itu termasuk survei belum menjadi budaya. Tapi kalau ini sudah mulai disukai dan diharapkan masyarakat, terus lembaga survei itu kontroversial seperti ini, ini kan membuat masyarakat nanti menjadi ragu," kata Jamiluddin kepada Suara.com, Kamis (7/11/2024).

Dia menegaskan, sebagai bagian dari peneliti, lembaga survei memiliki tanggung jawab moral atas hasil penelitiannya. Sudah seharusnya lembaga-lembaga survei berpegang teguh pada kaidah-kaidah ilmiah. Tidak pula, merangkap menjadi konsultan politik.

Rangkap pekerjaan sebagai konsultan politik menjadi masalah di lembaga survei Indonesia, sering memicu perbedaan hasil publikasi karena pesanan dari kontestan politik. Jamiluddin menegaskan, selama lembaga survei belum mandiri finansial, fenomena seperti di Pilkada Jakarta akan terus berulang.

"Saya melihat benang merahnya itu, selama lembaga survei itu belum mandiri secara finansial. Jangan diharapkan mereka akan menyampaikan temuannya sebagaimana adanya," kata Jamiluddin.

Dia pun mendukung sanksi yang diberikan Persepsi kepada Poltracking. Menurutnya akan lebih baik Persepsi memiliki anggota lembaga survei yang kredibel dalam jumlah sedikit, dibanding  banyak anggota, tapi kredibilitasnya dipertanyakan.

 Afiliasi Lembaga Survei Harus Ditelusuri

Guru Besar Ilmu Politik Universitas Andalas, Asrinaldi menilai dalam kasus yang terjadi di Jakarta yang patut dipertanyakan afiliasi lembaga survei dengan kontestan pilkada yang diunggulkan.

"Apakah lembaga survei ini terafiliasi dengan calon atau tidak?," kata Asrinaldi kepada Suara.com.

Menurutnya pertanyaan itu layak diajukan untuk melihat independensi lembaga survei. Dalam hal ini, Poltracking yang dijatuhi sanksi oleh Persepsi, mengunggulkan pasangan Ridwan Kamil-Suswono.

RK sapaan akrab Ridwan Kamil, pada Selasa (5/11, ) merespons sanksi yang dijatuhkan kepada Poltracking. Dia menghormati keputusan itu, serta mengatakan bukan kewenangannya memberikan komentar yang lebih jauh. RK juga berharap fenomena yang terjadi menjadi bahan evaluasi. 

Senada dengan Jamiluddin, Asrinaldi menilai fenomena perbedaan hasil survei berdampak terhadap kepercayaan masyarakat. Dalam kontestasi politik, hasil survei memiliki peran untuk membantu para kandidat menyusun strategi dan melihat kecenderungan politik masyarakat yang cepat berubah.

Kata Asrinaldi, hasil survei sebenarnya bersifat rahasia, bahkan disebutnya sebagai data "intelijen" yang diolah. Jika hasil survei dipublikasi, katanya, maka dapat dibaca bertujuan untuk mempengaruhi pilihan masyarakat agar setuju dengan hasil yang dipublikasi.

Hasil Survei yang Ilmiah 

Ilustrasi lembaga survei. (Shutterstock)
Ilustrasi lembaga survei. (Shutterstock)

Jamiluddin, pengajar metodologi penelitian, menjelaskan beberapa hal penting untuk memastikan keabsahan survei. Menurutnya, inti penelitian terletak pada instrumen sebagai alat ukur dan sampel sebagai representasi populasi. Instrumen harus valid dan reliabel, sedangkan sampel harus representatif dan presisi tinggi. Jika ini terpenuhi, hasil survei dapat dipertanggungjawabkan.

Pelaksanaan survei di lapangan juga krusial; meskipun instrumen dan sampel sudah tepat, kualitas survei tetap dipengaruhi oleh eksekusi. Quality control diperlukan, seperti memverifikasi ulang 20 persen sampel. Jamiluddin menilai bahwa perbedaan hasil antara Poltracking dan LSI, meski metode dan waktu survei hampir sama, seharusnya menghasilkan kesimpulan yang konsisten.

"Biasanya, karena sampelnya berbeda, instrumennya juga berbeda, tetapi waktunya relatif sama,  seharusnya, kalaupun ada perbedaan hasil,  perbedaan itu tidaklah sangat ekstrim," jelasnya.


Terkait

Aplikasi Penghasil Uang Resmi dari Google: Isi Survei Singkat Auto dapat Saldo!
Senin, 24 Maret 2025 | 18:47 WIB

Aplikasi Penghasil Uang Resmi dari Google: Isi Survei Singkat Auto dapat Saldo!

Kamu bisa mendapat saldo melalui survei singkat di aplikasi penghasil uang resmi dari Google yaitu Google Survei Berhadiah.

Viral #KaburAjaDulu, Riset Ungkap Pekerja IT Indonesia Minat Pindah ke Singapura
Rabu, 19 Maret 2025 | 23:15 WIB

Viral #KaburAjaDulu, Riset Ungkap Pekerja IT Indonesia Minat Pindah ke Singapura

Firma riset Populix mengungkap survei terbaru soal minat para pekerja Indonesia yang ingin melanjutkan kariernya di luar negeri.

Survei Isu Prioritas Masyarakat: Ekonomi Jadi Sorotan Utama Jelang Lebaran
Sabtu, 15 Maret 2025 | 13:24 WIB

Survei Isu Prioritas Masyarakat: Ekonomi Jadi Sorotan Utama Jelang Lebaran

Survei Kawula17 Q1 2025: Ekonomi jadi isu utama 60 persen, naik 24 persen karena LPG, PPN, dan Ramadan.

Prabowo Lantik 961 Kepala Daerah dan Wakil di Istana, Jakarta Dijaga Ketat 2.802 Personel!
Kamis, 20 Februari 2025 | 08:30 WIB

Prabowo Lantik 961 Kepala Daerah dan Wakil di Istana, Jakarta Dijaga Ketat 2.802 Personel!

Ade Ary mengingatkan agar anggota melaksanakan tugas secara humanis dan mengedepankan pendekatan persuasif.

Terbaru
Asa Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026: Formasi Jangan Coba-coba
polemik

Asa Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026: Formasi Jangan Coba-coba

Minggu, 30 Maret 2025 | 21:45 WIB

Harapan untuk Timnas Indonesia bisa lolos ke Piala Dunia 2026 masih ada. Patrick Kluivert diminta untuk tidak coba-coba formasi demi hasil maksimal.

Polemik Royalti Lagu, Upaya VISI dan AKSI Mencari Titik Temu polemik

Polemik Royalti Lagu, Upaya VISI dan AKSI Mencari Titik Temu

Sabtu, 29 Maret 2025 | 11:06 WIB

Apa yang menjadi tuntutan VISI dan AKSI untuk segera diselesaikan melalui Revisi UU Hak Cipta?

Femisida Intim di Balik Pembunuhan Jurnalis Juwita oleh Anggota TNI AL polemik

Femisida Intim di Balik Pembunuhan Jurnalis Juwita oleh Anggota TNI AL

Jum'at, 28 Maret 2025 | 22:56 WIB

Wajib hukuman mati. Itu permintaan dari pihak keluarga dan saya pribadi sebagai kakak yang merasa kehilangan, ujar Subpraja.

RUU KUHAP Usulkan Larangan Liputan Langsung Sidang: Ancaman Bagi Kebebasan Pers! polemik

RUU KUHAP Usulkan Larangan Liputan Langsung Sidang: Ancaman Bagi Kebebasan Pers!

Jum'at, 28 Maret 2025 | 14:21 WIB

Selain bertentangan dengan kebebasan pers dan prinsip terbuka untuk umum, pelarangan tersebut dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap pengadilan.

Diskriminatif Terhadap Bekas Napi Hingga Jadi Alat Represi: SKCK Perlu Dihapus atau Direformasi? polemik

Diskriminatif Terhadap Bekas Napi Hingga Jadi Alat Represi: SKCK Perlu Dihapus atau Direformasi?

Jum'at, 28 Maret 2025 | 08:26 WIB

Penghapusan SKCK perlu dipertimbangkan secara proporsional dengan kepentingan publik.

Konflik Kepentingan di Balik Penunjukan Langsung PT LTI Sebagai EO Retret Kepala Daerah polemik

Konflik Kepentingan di Balik Penunjukan Langsung PT LTI Sebagai EO Retret Kepala Daerah

Kamis, 27 Maret 2025 | 17:41 WIB

Patut diduga PT LTI terhubung dengan Partai Gerindra yang menjadikan proses penunjukan PT LTI menimbulkan konflik kepentingan, kata Erma.

Gelombang Aksi Tolak UU TNI: Korban Demonstran Berjatuhan, Setop Kekerasan Aparat! polemik

Gelombang Aksi Tolak UU TNI: Korban Demonstran Berjatuhan, Setop Kekerasan Aparat!

Kamis, 27 Maret 2025 | 11:59 WIB

Tindakan kekerasan yang melibatkan anggota TNI terhadap peserta demo tolak pengesahan UU TNI adalah sebuah peringatan, sekaligus upaya membungkam masyarakat sipil.