Suara.com - POLEMIK akun Kaskus Fufufafa yang dikaitkan dengan Wakil Presiden Terpilih, Gibran Rakabuming Raka, masih hangat menjadi perbincangan publik. Isu ini pun mengerek sentimen negatif terhadap putra sulung Presiden Joko Widodo di media sosial.
Catatan Drone Emprit, suara negatif terhadap Gibran terus menanjak sejak isu Fufufafa keluar di media sosial. Dari 1 hingga 17 September 2024, sentimen negatif pada Gibran terkait Fufufafa mencapai 54 persen.
Puncak pembahasannya terjadi pada 11 September 2024, setelah keluar pernyataan Menteri Komunikasi dan Informasi Budi Arie Setiadi yang membantah Fufufafa milik Gibran.
Lead Analyst Drone Emprit, Rizal Nova Mujahid mengatakan, sikap warganet di media sosial sebagian besar percaya Fufufafa milik Gibran. Meski tidak sedikit juga yang meragukan akun tersebut.
Klaster yang percaya Fufufafa adalah milik Gibran menurut Rizal, dipengaruhi kuatnya ekspos unggahan diduga bukti keterkaitan Fufufafa dengan Gibran oleh sejumlah akun di media sosial.
Sedangkan klaster yang tidak percaya lebih banyak meminta publik menunggu penyelidikan pihak berwenang dan karena adanya bantahan Gibran sendiri.
“Ada banyak sekali akun-akun yang menyebarkan isu soal Fufufafa, baik dari klaster pengkritik Jokowi, klaster masyarakat umum, klaster influencer, hingga klaster pendukung Jokowi,” ujar Rizal kepada Suara.com, Rabu (18/9/2024).
Rizal menjelaskan, kekinian isu Fufufafa memang menjadi penyumbang terbesar percakapan dan asosiasi negatif yang melekat pada Gibran sehingga menimbulkan polarisasi di antara pihak pro dan kontra. Polarisasi ini dinilai hal wajar terjadi di jagat maya. Sebab sebelum isu Fufufafa muncul, polarisasi di media sosial sudah sering terjadi, terlebih jika membahas isu-isu pejabat teras.
“Jika disebut adu domba, ini mengasumsikan ada tiga pihak yang terlibat. Ada pihak pengadu, serta dua pihak yang diadu. Siapa pengadunya? Perbincangan di media sosial seringkali merupakan kontestasi narasi. Tentu semua berkepentingan. Nah, pada isu ini, siapa yang paling berkepentingan?” imbuhnya.
Apa yang terjadi pada isu Fufufafa, kata Rizal sudah bukan lagi echo chamber. Menurutnya, perbincangan isu Fufufafa sudah crossed platform media sosial and crossed cluster.
“Soal apakah isu ini bias informasi dan sarat kepentingan, itu benar. Banyak sekali informasi yang kurang tepat dan banyak di antaranya yang menjadi narasi utama yang beredar di media sosial,” papar dia.
Hanya Jadi Perbincangan Publik
Rizal tidak sependapat mengenai isu Fufufafa adalah gambaran bagaimana media sosial mempengaruhi perbincangan di dunia nyata.
“Saya kira terbalik, yang terjadi media sosial pada isu Fufufafa justru dipicu pernyataan di dunia nyata. Netizen itu justru lebih banyak respons atas apa yang terjadi di offline conversation,” terangnya.
Rizal mengatakan, awalnya postingan mengenai akun Fufufafa hanya iseng saja. Namun isu ini menjadi ramai ketika ada kepentingan yang bermain di mana para pihak meresponsnya.
Ia memberikan contoh ketika berita tentang Menkominfo Budi Arie yang membantah akun Fufufafa adalah milik Gibran langsung ditanggapi ramai-ramai oleh warganet di media sosial. Ini menurutnya gambaran bahwa apa yang menjadi perbincangan di media sosial merupakan respons terhadap yang tejadi di dunia nyata.
Selanjutnya adalah ketika akun X anonymous Indonesia membocorkan data akun Fufufafa yang terasosiasi dengan Gibran. Menurutnya akun tersebut sebenarnya hanya akun lucu-lucuan saja. Namun yang menjadi pertanyaan, dari mana akun tersebut mendapatkan data-data tersebut?
Menurut Rizal, pasti ada pihak tertentu yang memasok data ke akun tersebut di mana transaksi informasinya terjadi di dunia nyata bisa lewat jalur pribadi, WhatsApp, atau tatap muka. Data-data itu lalu di-spill akun Anonymous Indonesia hingga membuat ramai isu Fufufafa.
“Saya curiga justru ini yang terjadi kebalikannya, kita di media sosial diramaikan percakapannya oleh orang di belakangnya,” kata dia.
Jika ada anggapan media sosial mempengaruhi di dunia nyata, diperlukan penelitian lebih jauh. Ia melihat kontribusi keramaian isu di media sosial pada dunia nyata sebatas pada pembentukan opini, tetapi belum tentu berdampak pada pengambil kebijakan. Ini terjadi karena keputusan politik tidak berlangsung di dunia maya.
“Kita ingat berbagai diskusi politik terjadi sangat keras di dunia maya, bahkan sampai memengaruhi aktivitas di dunia nyata, tapi seringkali elit politik abai terhadap suara-suara itu. Ingat protes terkait revisi UU KPK, RUU Cipta Kerja, RUU Kesehatan, dan lain-lain? Ramai di media sosial tapi tidak berpengaruh pada keputusan akhir politik para elit di negeri ini,” ujarnya.
Karena itu, dalam kasus isu Fufufafa, Rizal menduga polemik tersebut hanya akan menjadi perbincangan publik belaka. “Saya kira naga-naganya ini akan berhenti semata pada perbincangan publik,” kata Rizal.
Apa yang terjadi dalam kasus Fufufafa, menurut Rizal, senada dengan isu Peringatan Darurat dan jet pribadi Kaesang Pangarep. Semuanya kata dia, berawal dari postingan iseng akun tertentu yang tidak punya tendensi politik apapun.
“Beberapa kali unggahan-unggahan publik yang kemudian viral, sifatnya bercanda, main-main,” katanya.
Ia mencontohkan isu tentang Peringatan Darurat. Awalnya kata dia yang mengunggah konten Peringatan Darurat adalah akun wibu yang isinya daily activity tidak terkait politik. “Namun tidak disangka yang awalnya main-main malah menjadi ramai dan seintens itu gerakannya,” ujar Rizal.
Sama juga dengan isu Kaesang naik jet pribadi. Awalnya dari sebuah akun di Instagram yang hanya bertanya mengenai jenis pesawat yang dinaiki Kaesang dan Erina Gudono karena melihat ada perbedaan bentuk jendela pesawat di postingan Erina Gudono.
Dari pertanyaan ini berkembang ke platform lain seperti X lalu dalam hitungan jam isu jet pribadi Kaesang ini menjadi perbincangan serius.
“Awalnya cuma nanya aja, ini pesawat apa, kok beda. Dijawab ini jet pribadi. Dalam hitungan jam menjadi perbincangan serius, kemudian orang melakukan investigasi. Dari situ jadi serius. Karena kalau dilihat orang yang pertama kali menyampaikan isu Kaesang adalah akun biasa, pekerja kantoran biasa,” paparnya.
Trending Topic di Medsos
Sebelumnya, akun Fufufafa di Kaskus viral lantaran postingannya banyak menulis tentang Prabowo Subianto pada 2014, saat Prabowo masih jadi lawan politik Jokowi di pemilihan presiden.
Kecurigaan mengenai Gibran sebagai pemilik akun Fufufafa bermula dari postingan seorang warganet pemilik akun X @koalaangle. Dia mengunggah tangkapan layar postingan Fufufafa yang menyebut nama-nama akun media sosialnya.
“Prime ID: Raka Gnarly (lupa password, gak bisa log in). Nama: Raka. Twitter: @rkgbrn.” Begitu isi tangkapan layar postingan Fufufafa yang diunggah ulang akun X @koalaangle.
Akun itu lalu membandingkan dengan tangkapan layar dari akun resmi Kaesang Pangarep, adik Gibran, yang mengucapkan selamat ulang tahun kepada Gibran. “Selamat ultah ibuk sama mas @rkgbrn,” cuitan Kaesang pada 2011.
Ada kesamaan nama akun @rkgbrn milik Gibran yang disebut akun fufufafa di Kaskus dengan cuitan Kaesang di X sehingga membuat warganet yakin Gibran lah pemilik akun Kaskus Fufufafa.
Pakar telematika Roy Suryo menemukan bahwa akun Fufufafa memiliki sekitar 5 ribu postingan ketika masih aktif. Dari 5 ribu tulisan yang pernah diposting akun Fufufafa, hampir setengahnya kini telah dihapus setelah kembali viral.
Sementara isi postingan itu menurut Roy Suryo, sekitar 70 persen berupa kritikan hingga ejekan kepada Prabowo Subianto.
"Dia selalu mengkritik, maaf dengan segala hormat, kepada presiden terpilih sekarang Pak Prabowo, mungkin sekitar 70 persen. Jadi sangat sering Fufufafa ini menyinggung soal statusnya Pak Prabowo yang tidak punya pendamping," ungkap Roy, dikutip dari tayangan video dikanal YouTube mantan Ketua KPK Bambang Widjojanto, Jumat (13/9).
Bukan sekadar mengkritik, menurut Roy, postingan akun Fufufafa termasuk penghinaan bahkan cenderung kasar. Dia mencontohkan, akun Fufufafa itu juga pernah menyinggung tentang orientasi seksual anak tunggal Prabowo, Didit Hediprasetyo yang berprofesi sebagai desainer.
Hingga kini belum diketahui kebenaran isu Gibran sebagai pemilik akun Fufufafa. Gibran sendiri sudah membantahnya. Secara singkat ia meminta wartawan untuk bertanya kepada pemilik akun bukan kepada dirinya.
"Lha mbuh, takono sing nduwe akun (ndak tahu, tanya saja pemilik akunnya)," ucap Gibran di Solo, Jawa Tengah, Selasa (10/9) lalu.
Dosen Unhas diskors 2 semester usai lecehkan mahasiswi bimbingan skripsi. Korban trauma, Satgas PPKS dinilai tak berpihak, bukti CCTV ungkap kebenaran.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti berencana dalam beberapa kesempatan menyampaikan rencana penggantian kurikulum Merdeka.
Bahkan sebagian dari kalangan ibu rumah tangga mengalihkan belanja kebutuhan pokok mereka, dari yang biasa beli ayam potong kini diganti beli tahu atau tempe.
Tragedi itu tak hanya merenggut nyawa Raden. Sebanyak 13 warga lainnya menjadi korban, beberapa menderita luka berat hingga harus dirawat intensif di rumah sakit.
Orang yang kecanduan judi online seperti halnya orang dengan kecanduan narkotika.
Kericuhan yang telah terjadi bukan sekadar permasalahan hukum an sich maupun problem sosial-kemasyarakatan belaka, tapi dampak buruk dari penetapan PIK 2 sebagai PSN.
Otoritas terkait menemukan ada indikasi keterlibatan mafia human trafficking atau perdagangan manusia terkait kedatangan pengungsi Rohingya ke Aceh.