Terancam Punah, Kuskus Mata Biru Ternate Diburu untuk Konsumsi
Home > Detail

Terancam Punah, Kuskus Mata Biru Ternate Diburu untuk Konsumsi

Erick Tanjung | Muhammad Yasir

Kamis, 04 Juli 2024 | 08:35 WIB

Suara.com - FAJIR Kabir bergegas merogoh telepon seluler di saku celananya. Matanya terus menyorot ke area hutan sekitar Danau Tolire Kecil. 

"Ada yang berburu," lapor Fajir kepada Junaidi Abas lewat telepon. 

"Tahan. Tahan dulu mereka!" perintah Junaidi. 

Waktu menunjukan pukul 00.00 WIT, Senin, 1 Juni 2024. Terlihat gelagat lima orang mencurigakan di area hutan Danau Tolire Kecil. Mereka memakai lampu senter di kepala. Dua di antaranya menyandang senapan angin. 

Warga sekitar terus mengawasi kelima orang yang diduga baru saja selesai berburu. Sementara Fajir bergegas menjemput Junaidi dengan mengendarai mobil pick-up. Rumah Ketua Komunitas Pulau Tareba itu tak jauh dari Danau Tolire Kecil yang berada di Kelurahan Takome, Ternate Barat, Maluku Utara

"Kalian dari mana?" Junaidi bersama warga menghampiri dan menginterograsi. 

Dua dari lima orang itu mengaku bernama Obi dan Vebi. Mereka berasal dari Halmahera Barat. Sehari-harinya bekerja di sebuah toko kelontong di Ternate. 

Junaidi lalu mengecek ke mobil pick-up yang dipakai lima orang itu. Di sana ditemukan tiga ekor kuskus mata biru dalam kondisi mati ditembak. Lalu ada pisang dan botol minuman keras jenis cap tikus. 

"Mereka ngaku itu untuk dikonsumsi, dibakar," kata Junaidi kepada Suara.com, Selasa (2/7/2024). 

"Biasanya memang kuskus ini dikonsumsi dengan minuman cap tikus," imbuhnya. 

Kuskus mata biru di ternate yang ditangkap oleh pemburu hutan Danau Tolire Kecil, Ternate, Maluku Utara. [Dok. Komunitas Pulau Tareba]
Kuskus mata biru di ternate yang ditangkap oleh pemburu hutan Danau Tolire Kecil, Ternate, Maluku Utara. [Dok. Komunitas Pulau Tareba]

Junaidi malam itu langsung menghubungi petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Ternate untuk melapor. Namun tak ada respons. Kelima pelaku perburuan liar tersebut akhirnya dilepaskan. 

"Karena kami kan tidak punya wewenang, yang punya wewenang itu kan BKSDA. Sedangkan kuskus waktu itu langsung kami amankan dan tanam (kubur)," jelas Junaidi. 

Terancam Punah

Kuskus merupakan hewan berkantung atau marsupialia. Satwa endemik Indonesia Timur (Papua, Maluku, Sulawesi dan Timor) ini populasinya semakin menurun akibat kehilangan habitat dan perburuan liar. 

Di Indonesia terdapat empat genus kuskus, yaitu Phalanger, Spilocuscus, Ailurops dan Strigocuscus. Sedangkan di luar Indonesia, penyebaran kuskus terdapat di New Guinea dan sebagian Australia.

Peneliti dari Pusat Riset Zoologi Terapan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wartika Rosa Farida menyebut lebih dari 18 jenis kuskus di Indonesia berstatus dilindungi. Status konservasi kuskus di Indonesia tertuang dalam Peraturan Perburuan Binatang Liar atau PPBL Nomor 226/1931, Undang-Undang Nomor 5 Tahum 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. 

Selain itu, Internasional Union Conservation of Nature atau IUCN telah memasukan kuskus dalam redlist (buku merah) sebagai hewan vulnerable atau terancam, dan juga terdaftar dalam CITES Appendiks II.

"Itu artinya kuskus tidak boleh diburu, disakiti, dibunuh, dan diperdagangkan, baik hidup atau mati, seluruhnya atau sebagian," kata Rosa dikutip Suara.com dari situs brin.go.id, Rabu (3/7).

Kepala Seksi BKSDA Ternate, Abas Hurasan mengungkap, perburuan kuskus mata biru atau dikenal warga dengan nama kuso telah dua kali terjadi di tahun 2024. Kejadian pertama pada 24 Januari 2024.

Pelaku saat itu berjumlah empat orang. Tiga di antaranya asal Halmahera Barat. Warga Takome yang memergoki mereka menemukan bukti satu ekor kuso sudah dalam kondisi mati ditembak. 

Saat diperiksa petugas BKSDA Ternate ketiga pelaku mengaku menburu kuso untuk dikonsumsi. Mereka juga berdalih tidak mengetahui kuso merupakan satwa dilindungi. Karena alasan itu, BKSDA Ternate hanya memberi sanksi teguran. Keempat pelaku lalu dilepaskan setelah membuat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatannya. 

"Senjata yang mereka pakai kita tahan. Sementara ini masih ada di kantor," ungkap Abas kepada Suara.com, Rabu (3/7).

Sedangkan terkait kejadian kedua pada Senin, 1 Juli 2024 lalu, kata Abas, pihaknya tidak sempat meminta keterangan kelima pelaku. Sebab para pelaku telah dilepas warga. 

Abas mengaku sempat diberi kabar warga dini hari itu. Namun dia berdalih saat itu sedang berada di Ambon. 

"Personel kami di sini juga kan sedikit aja. Kebetulan di kantor itu juga banyak barang bukti burung-burung harus dijaga. Jadi ada dua orang di sana tidak bisa pergi. Sedangkan yang lain pada di luar Ternate. Saya malah di Ambon," katanya. 

Kuskus mata biru, satwa endemik di Ternate, Maluku Utara. [Dok. Komunitas Pulau Tareba]
Kuskus mata biru, satwa endemik di Ternate, Maluku Utara. [Dok. Komunitas Pulau Tareba]

Sebagai upaya menekan perburuan kuso, Abas mengklaim pihaknya kerap melakukan patroli. Selain juga menyosialisasikan terkait status kuso sebagai satwa dilindungi. 

"Sering kami juga jalan-jalan patroli. Kami juga sosialisasi," kata dia.

Sikap Tegas

Perburuan liar terhadap kuskus mata biru yang terus berulang membuat Junaidi geram. Ketua Komunitas Pulau Tareba itu menilai perlu ketegasan dari BKSDA, pemerintah daerah dan aparat penegak hukum untuk menghentikan kasus tersebut. 

"Kami resah dan marah atas kejadian ini. Karena sangat merusak, menghabiskan, dan mengancurkan keberadaan satwa yang dilindungi," ujar Junaidi. 

Menurut Junaidi, komunitas dan warga sekitar telah sedemikian rupa berupaya mencegah perburuan kuskus mata biru yang acap kali dilakukan penduduk luar. Namun pemerintah daerah harusnya juga memiliki keseriusan dalam upaya melindungi satwa endemik Pulau Ternate tersebut.

"Bagi kami kuskus mata biru yang menjadi hewan endemik Pulau Ternate ini benar-benar berada dalam bahaya. Hewan nocturnal ini setiap malam diburu untuk dimakan orang-orang yang tidak bertanggungjawab," pungkasnya. 


Terkait

Tidore Kepulauan Resmi Miliki SPKLU Perdana, Dukung NZE 2060
Jum'at, 28 Juni 2024 | 12:00 WIB

Tidore Kepulauan Resmi Miliki SPKLU Perdana, Dukung NZE 2060

Selain menggunakan kendaraan listrik, wara diimbau juga menerapkan Electrifying Lifestyle sektor lainnya.

3 Kapal Feri Layari Rute Ternate-Jailolo, Perkuat Kegiatan Ekonomi Warga Setempat
Kamis, 27 Juni 2024 | 13:10 WIB

3 Kapal Feri Layari Rute Ternate-Jailolo, Perkuat Kegiatan Ekonomi Warga Setempat

Jalur transportasi laut ini akan memperluas layanan kapal feri di wilayah Maluku Utara (Malut).

Terbaru
Review Caught Stealing, Jangan Pernah Jaga Kucing Tetangga Tanpa Asuransi Nyawa
nonfiksi

Review Caught Stealing, Jangan Pernah Jaga Kucing Tetangga Tanpa Asuransi Nyawa

Sabtu, 01 November 2025 | 08:05 WIB

Film Caught Stealing menghadirkan aksi brutal, humor gelap, dan nostalgia 90-an, tapi gagal memberi akhir yang memuaskan.

Niat Bantu Teman, Malah Diteror Pinjol: Kisah Mahasiswa Jogja Jadi Korban Kepercayaan nonfiksi

Niat Bantu Teman, Malah Diteror Pinjol: Kisah Mahasiswa Jogja Jadi Korban Kepercayaan

Jum'at, 31 Oktober 2025 | 13:18 WIB

Ia hanya ingin membantu. Tapi data dirinya dipakai, dan hidupnya berubah. Sebuah pelajaran tentang batas dalam percaya pada orang lain.

Review Film The Toxic Avenger, Superhero 'Menjijikkan' yang Anehnya Cukup Menghibur nonfiksi

Review Film The Toxic Avenger, Superhero 'Menjijikkan' yang Anehnya Cukup Menghibur

Sabtu, 25 Oktober 2025 | 08:00 WIB

Film ini rilis perdana di festival pada 2023, sebelum akhirnya dirilis global dua tahun kemudian.

Tentang Waktu yang Berjalan Pelan dan Aroma Kopi yang Menenangkan nonfiksi

Tentang Waktu yang Berjalan Pelan dan Aroma Kopi yang Menenangkan

Jum'at, 24 Oktober 2025 | 13:06 WIB

Di sebuah kafe kecil, waktu seolah berhenti di antara aroma kopi dan tawa hangat, tersimpan pelajaran sederhana. Bagaimana caranya benar-benar di Buaian Coffee & Service.

Review Film No Other Choice yang Dibayang-bayangi Kemenangan Parasite di Oscar, Lebih Lucu? nonfiksi

Review Film No Other Choice yang Dibayang-bayangi Kemenangan Parasite di Oscar, Lebih Lucu?

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 09:05 WIB

No Other Choice memiliki kesamaan cerita dengan Parasite, serta sama-sama dinominasikan untuk Oscar.

Kuku Kecil Mimpi Besar: Cerita Vio, Mahasiswa yang Menyulap Hobi Jadi Harapan nonfiksi

Kuku Kecil Mimpi Besar: Cerita Vio, Mahasiswa yang Menyulap Hobi Jadi Harapan

Jum'at, 17 Oktober 2025 | 13:12 WIB

Di tengah padatnya kuliah, mahasiswa Jogja bernama Vio menyulap hobi nail art menjadi bisnis. Bagaimana ia mengukir kesuksesan dengan kuku, kreativitas, dan tekad baja?

Review Film Rangga & Cinta: Bikin Nostalgia Masa Remaja, Tapi Agak Nanggung nonfiksi

Review Film Rangga & Cinta: Bikin Nostalgia Masa Remaja, Tapi Agak Nanggung

Sabtu, 11 Oktober 2025 | 09:00 WIB

Rangga & Cinta tak bisa menghindar untuk dibandingkan dengan film pendahulunya, Ada Apa Dengan Cinta? alias AADC.

×
Zoomed