Menanti Upaya KPK Menjerat NasDem di Kasus Korupsi SYL
Home > Detail

Menanti Upaya KPK Menjerat NasDem di Kasus Korupsi SYL

Erick Tanjung | Yaumal Asri Adi Hutasuhut

Rabu, 29 Mei 2024 | 12:05 WIB

Suara.com - SATU per satu fakta persidangan dugaan korupsi mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) terungkap. Lewat keterangan wakil bendahara umum NasDem, sekaligus staf khusus SYL, Joice Triatman terungkap aliran uang dari perkara korupsi di Kementerian Pertanian ke NasDem sebesar Rp850 juta. 

Sekjen NasDem Hermawi Taslim disebut mengetahui penerimaan uang itu. Fakta sidang inipun dinilai menjadi pintu masuk bagi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menjadikan NasDem sebagai tersangka korporasi. Taji KPK memulai menyidik NasDem pun dinanti. 

Pada persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Senin 27 Mei 2024, Joice  dihadirkan sebagai salah satu satu saksi. Disebutnya aliran uang itu atas perintah dari SYL saat masih menjabat menteri pertanian. 

"Iya. Saya mendapatkan perintah dari Pak Menteri untuk berkoordinasi dengan Pak Sekjen, Pak Kasdi,” kata Joice. 

Joice menjelaskan peruntukan uang dari Kementan guna kepentingan penyerahan formulir bakal calon angoota legislatif atau bacaleg DPR RI Nasdem ke KPU. Disebutnya penerimaan uang dari Kementan diketahui Sekjen NasDem Hermawi Taslim. 

“Pengurus, jadi yang mengetahui waktu itu Pak Sekjen Pak Hermawi Taslim mengetahui," ungkap Joice.

Awalnya uang yang diminta sebesar Rp1 miliar, tapi ditolak pihak Kementan karena dianggap terlalu besar, hingga akhirnya yang disepakati menjadi Rp850 juta. Namun Joice menyebut dari Rp850 juta, yang masuk ke NasDem hanya Rp800 juta.

Di dalam dakwaan SYL, juga terungkap uang yang mengalir ke NasDem sebesar Rp40 juta. Dengan rincian, pada 2020 Rp8,3 juta, 2021 senilai Rp23 juta, dan 20022 sejumlah Rp8,8 juta.

Kemudian terdapat 6.800 paket sembako untuk NasDem yang dananya bersumber dari Kementan. Pengadaan paket sembako terjadi pada 2023 dan dibagikan ke 34 provinsi. 

Ilustrasi Syahrul Yasin Limpo (SYL). [Suara.com/Iqbal]
Ilustrasi Syahrul Yasin Limpo (SYL). [Suara.com/Iqbal]

NasDem Bisa Jadi Tersangka?

Peneliti Pusat Kajian Antikorupsi Universitas Gadjah Mada (Pukat UGM) Zaenur Rohman menilai keterangan Joice bisa menjadi pintu masuk bagi KPK untuk menjadikan NasDem sebagai tersangka. Terlebih menurutnya keterangan Joice menyebut Hermawi mengetahui aliran uang tersebut. 

"Sehingga menurut saya ini KPK harus melihat peluang untuk menjerat Partai NasDem sebagai tersangka tindak pidana korupsi. Karena Nasdem ini kan sebagai partai merupakan korporasi menurut Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi," kata Zaenur dihubungi Suara.com, Selasa (28/5/2024). 

Nasdem sebagai partai politik masuk kategori korporasi karena memiliki badan hukum. Merujuk pada Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentan Tindak Pidana Korupsi, korporasi didefinisikan sebagai kumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

Sementara pada Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Tindak Pidana oleh Korporasi di pasal 1 juga memiliki definisi yang sama dengan Undang-Undang Tipikor. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisir, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

NasDem yang didefinisikan sebagai korporasi oleh Zaenur dapat diminta pertanggungjawaban secara hukum. 

"Saya melihat Nasdem itu menerima manfaat dengan menerima pemberian-pemberian dari SYL yang diambilkan dari Kementan. Kemudian kedua melakukan pembiaran itu dan juga tidak melakukan pencegahan, sehingga KPK harus melihat kemungkinan NasDem menjadi tersangka," tegas Zaenur. 

Senada dengan Zaenur, peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Diky Anandya mengatakan NasDem dapat dikategorikan sebagai korporasi, sehingga bisa dijerat kasus korupsi

"Sebetulnya secara prinsip semua penegak hukum itu dipermudah upaya untuk menindak korporasi melalui Perma Nomor 13 tahun 2016," kata Dicky. 

Sehingga menurutnya aliran uang ke NasDem dalam kasus korupsi SYL dapat dikembangkan. Tinggal kemauan KPK dalam pengembangan kasus. 

"Ini persoalannya bukan bisa atau tidak bisa, tapi soal mau atau tidak mau dari KPK. Kami melihat tindak tanduk atau inisiatif KPK dalam mengembangkan kasus korupsi SYL ini minim, sehingga penting untuk dikritisi," tegasnya.

Sementara Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri menyatakan tidak menutup kemungkinan korporasi bisa menjadi tersangka pada kasus korupsi SYL. 

“Sepanjang ditemukan alat bukti dan fakta hukum dipertimbangkan majelis hakim. Maka sangat mungkin korporasi bisa menjadi tersangka pengembangan lebih lanjut,” kata Ali. 

Suara.com telah menghubungi Hermawi Taslim lewat pesan WhatsApp pada Selasa (28/5) untuk mengkonfirmasi keterangan Joice, namun hingga berita ini diterbitkan, belum ada respons dari yang bersangkutan. 


Terkait

Terkait Korupsi Batu Bara, KPK Sita Uang Rupiah dan Valas di Rumah Ahmad Ali Nasdem
Selasa, 04 Februari 2025 | 19:25 WIB

Terkait Korupsi Batu Bara, KPK Sita Uang Rupiah dan Valas di Rumah Ahmad Ali Nasdem

Info sementara secara umum ditemukan dan disita dokumen, barang bukti elektronik, uang, ada juga tas dan jam, kata Tessa.

Geledah Rumah Ahmad Ali NasDem, KPK Sita Sejumlah Dokumen Hingga Uang
Selasa, 04 Februari 2025 | 19:17 WIB

Geledah Rumah Ahmad Ali NasDem, KPK Sita Sejumlah Dokumen Hingga Uang

Info sementara secara umum ditemukan dan disita dokumen, barang bukti elektronik, uang, ada juga tas dan jam, kata Tessa.

Bareskrim Usut Dugaan Korupsi LPEI, Kredit Macet 2 Perusahaan Berujung Kerugian Negara Ratusan Miliar
Minggu, 02 Februari 2025 | 18:44 WIB

Bareskrim Usut Dugaan Korupsi LPEI, Kredit Macet 2 Perusahaan Berujung Kerugian Negara Ratusan Miliar

Dugaan tindak pidana korupsi ini muncul ketika LPEI mulai melakukan kerjasama dengan PT DST. Saat itu pihak LPEI memberikan kredit kepada PT DST

Eks Pimpinan KPK Syarif: Vonis 6,5 Tahun Harvey Moeis Tak Sesuai Peraturan MA
Selasa, 28 Januari 2025 | 19:12 WIB

Eks Pimpinan KPK Syarif: Vonis 6,5 Tahun Harvey Moeis Tak Sesuai Peraturan MA

Laode tidak menjelaskan berapa vonis yang harus diberikan kepada Harvey jika mengacu pada panduan MA

Terbaru
Pertaruhan Harga Diri Indra Sjafri di Piala Asia U-20 2025
polemik

Pertaruhan Harga Diri Indra Sjafri di Piala Asia U-20 2025

Minggu, 16 Februari 2025 | 13:05 WIB

Apakah target yang diminta PSSI dan dipatok Indra Sjafri masuk akal?

Si Dia yang Jasadnya Diinjak-injak Sampai Kiamat di Jogja nonfiksi

Si Dia yang Jasadnya Diinjak-injak Sampai Kiamat di Jogja

Sabtu, 15 Februari 2025 | 12:15 WIB

Berikut kisah Tumenggung Endranata si pengkhianat.

Jurit Malam Kost 1000 Pintu: Antara Misteri, Teka-teki, dan Jump Scare yang Bikin Merinding nonfiksi

Jurit Malam Kost 1000 Pintu: Antara Misteri, Teka-teki, dan Jump Scare yang Bikin Merinding

Sabtu, 15 Februari 2025 | 10:55 WIB

Jurit Malam Kost 1000 Pintu mengisahkan tentang seorang gadis bernama Suci yang baru saja pindah ke sebuah kota untuk mencari kos.

Ribut-Ribut Penyanyi vs Pencipta Lagu, Pendengar Bisa Apa? polemik

Ribut-Ribut Penyanyi vs Pencipta Lagu, Pendengar Bisa Apa?

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:43 WIB

Sebenarnya revisi UU Hak Cipta tengah digodok oleh DPR RI. Kabar itu disampaikan Melly Goeslaw pada 11 Februari 2024 lalu.

Harap-Harap Cemas Penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia Di Balik Rencana Pemerintah Pangkas Anggaran polemik

Harap-Harap Cemas Penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia Di Balik Rencana Pemerintah Pangkas Anggaran

Jum'at, 14 Februari 2025 | 19:25 WIB

Meski Menteri Keuangan kemudian mengklarifikasi bahwa BPI tidak terdampak, kabar ini sempat membuat para awardee resah. Seperti apa keresahan awardee?

Pertanda Lemahnya Pengawasan Advokat di Kontroversi Razman Nasution Dan Firdaus Oiwobo polemik

Pertanda Lemahnya Pengawasan Advokat di Kontroversi Razman Nasution Dan Firdaus Oiwobo

Jum'at, 14 Februari 2025 | 17:34 WIB

MA bekukan hak beracara Razman & Firdaus. Pakar nilai sanksi kurang, harusnya dipidana.

Legitimasi Eks GAM Masih Kuat: Mualem Panglima Perang Jadi Gubernur Aceh polemik

Legitimasi Eks GAM Masih Kuat: Mualem Panglima Perang Jadi Gubernur Aceh

Jum'at, 14 Februari 2025 | 16:08 WIB

Berarti memang tingkat legitimasi atau dukungan dari masyarakat itu masih kepada tokoh eks-GAM, kata Kemal.