Isi Dokumen Semut Merah yang Diduga Plot Menjatuhkan Gus Dur
Home > Detail

Isi Dokumen Semut Merah yang Diduga Plot Menjatuhkan Gus Dur

Reza Gunadha | Erick Tanjung

Rabu, 08 Januari 2020 | 08:10 WIB

Suara.com - Buku Menjerat Gus Dur (2019; Numedia Digital Indonesia), menggegerkan publik karena mengungkap skandal dugaan adanya skenario sejumah elite politikus melengserkan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dari tampuk kursi kepresidenan tahun 2001.

Virdika Rizky Utama, penulis buku tersebut, kepada Erick Tanjung—jurnalis Suara.com—mengakui tergerak menyusun buku itu berdasarkan dua dokumen rahasia temuannya.

Satu di antara dua dokumen itu adalah, surat berisi notulensi rapat elite politik Partai Golkar dan sejumlah pihak di rumah Arifin Panigoro pada 22 Juni 2000. Notulensi sebanyak 9 lembar itu tertanggal 3 Juli 2000 yang ditandatangani oleh Priyo Budi Santoso.

Kedua, surat bercap confidential berjumlah 3 lembar yang ditulis Fuad Bawazier kepada Ketua Umum Golkar, Akbar Tandjung tertanggal 29 Januari 2001.  

Khusus soal surat Fuad Bawazier yang ditujukan kepada Ketua Umum Partai Golkar saat itu, Akbar Tanjung, terbilang unik.

Sebab, berdasarkan kop surat, terdapat keterangan waktu yakni tanggal 16 Januari 2001 pukul 22.43 WIB.

Namun pada bagian akhir surat, persis di atas nama Fuad Bawazier, tertera tanggal 29 januari 2001 atau dua hari sebelum Memorandum I oleh DPR untuk Gus Dur.

Surat yang ditulis oleh Fuad Bawazier untuk Akbar Tandjung menyebut bahwa surat itu adalah satu pelaksanaan rencana Semut Merah alias Semer.

“Tugas yang diberikan kepada Fuad Bawazier berkaitan dengan penggalangan opini, dukungan masyarakat luas, mahasiswa, media, ormas, pengusaha, cendekiawan, preman, kelompok kanan, serta masyarakat lainnya di seluruh Indonesia, dalam rangka penjatuhan kredibilitas Presiden Wahid melalui kasus Buloggate dan Bruneigate yang telah berjalan sesuai rencana,” tulis Virdika, hlm 151.

Virdika pada halaman yang sama melanjutkan, “Bahkan lebih dari itu, kekuatan dan efek dari operasi tahap pertama ini–menurut pandangan Fuad—sudah harus ditingkatkan kepada pelaksanaan operasi skenario kedua, yakni: memaksa Gus Dur mundur dan mendorong Megawati Soekarnoputri menjadi presiden, yang akan bisa kendalikan dan pada akhirnya akan kita singkirkan juga.”

Pada surat Fuad yang didapatkan Virdika, terdapat 7 laporan garis besar dan sejumlah rekomendasi hasul pelaksaan skenario pertama (halaman 152-153).

Pertama, BEM PTN dan PTS seluruh Indonesia yang telah dikoordinasi serta kelompok kanan ormas Islam untuk mengepung Senayan untuk menekan DPR agar menerima kerja pansus yang menyatakan Gus Dur telah menyalahgunakan kekuasaan.

Kedua, saat sidang paripurna digelar, mahasiswa akan bergabung dengan massa pemuda Partai Keadilan dan sejumlah ormas lainnya.

Ketiga, memperoleh dukungan dari sejumlah orang yang meemngaruhi beberapa kantong massa PDIP untuk melakukan demonstrasi menyikat Gus Dur di sidang parlemen.

Keempat, melakukan aksi borong dollar di pasar vaulta asing untuk menjatuhkan nilai tukar rupiah.

Kelima, kerja media massa yang bertugas mem-blow up secara kolosal dan provokatif semua pemberitaan berkaitan dengan tuntutan mundur terhadap Gus Dur.

Keenam, penggiringan opini publik oleh para tokoh dan cendekiawan atas kegagalan pemerintahan Gus Dur lewat tulisan di media massa.

Ketujuh, tugas saudara Dien Syamsuddin untuk mengendalikan MUI lewat kasus Ajinomoto telah berhasil memaksa para ulama dan tokoh agama mencabut dukungannya kepada presiden.

Erick Tanjung, jurnalis Suara.com yang melakukan wawancara terhadap Virdika, juga diberi kesempatan untuk mereproduksi dokumen tersebut.

Berikut selengkapnya:

Halaman pertama

[Virdika/repro Suara.com oleh Erick Tanjung]
[Virdika/repro Suara.com oleh Erick Tanjung]

Halaman kedua

[Virdika/repro Suara.com oleh Erick Tanjung]
[Virdika/repro Suara.com oleh Erick Tanjung]

Halaman ketiga

[Virdika/repro Suara.com oleh Erick Tanjung]
[Virdika/repro Suara.com oleh Erick Tanjung]

Bantahan Akbar dan Fuad

Akbar Tanjung sendiri, ketika dikonfirmasi oleh Virdika tanggal 24 januari 2019, mengatakan, "“Mungkin saja datanya, mungkin juga tidak. Kalau pun ada, saya tidak terlalu fokus atau memperhatikannya."

Kendati demikian, tulis Virdika pada halaman 154 manuskripnya, "Akbar mengakui bertemu dengan Fuad Bawazier beberapa kali. Hanya saja, lanjut Akbar, tak pernah membicarakan detail atau sejauh seperti yang tertulis di dokumen tersebut."

Sementara Fuad Bawazier kepada Virdika tanggal 25 Januari 2019 "Mengaku tak pernah membuat surat kepada Akbar Tandjung. Menurutnya, proses penjatuhan Gus Dur disebabkan oleh tindakan Gus Dur sendiri yang sering menimbulkan kontroversi".


Terkait

Putra dan Menantu Ikut Pilkada, Akbar Tanjung Yakin Jokowi Tak Ikut Andil
Selasa, 24 Desember 2019 | 21:19 WIB

Putra dan Menantu Ikut Pilkada, Akbar Tanjung Yakin Jokowi Tak Ikut Andil

Menurutnya tidak masalah apabila Jokowi memberikan jalan kepada putra dan menantunya untuk mencoba peruntungan di kancah perpolitikan.

Putra dan Menantu Jokowi Ikut Pilkada, Akbar Tanjung: Itu Hak Mereka
Selasa, 24 Desember 2019 | 19:00 WIB

Putra dan Menantu Jokowi Ikut Pilkada, Akbar Tanjung: Itu Hak Mereka

Akbar beranggapan, jika Gibran dan Bobby memandang dunia politik di Indonesia dinamis sehingga bisa membuka peluang bagi siapapun yang ingin terjun ke dunia politik.

Kontroversi Pelarangan Natal, Akbar Tanjung: Harus Beri Kesempatan
Selasa, 24 Desember 2019 | 18:16 WIB

Kontroversi Pelarangan Natal, Akbar Tanjung: Harus Beri Kesempatan

Akbar juga melihat kalau masyarakat nonmuslim juga kerap menghargai kegiatan ibadah muslim.

Respons soal Larangan Natal, Akbar Tanjung Curhat Masa Masuk SMA Katolik
Selasa, 24 Desember 2019 | 18:14 WIB

Respons soal Larangan Natal, Akbar Tanjung Curhat Masa Masuk SMA Katolik

Semasa SMP, Akbar habiskan di Perguruan Cikini dan memutuskan untuk melanjutkan di SMA Katolik Kanisius.

Terbaru
Arsitektur Sunyi 'Kremlin', Ruang Siksa Rahasia Orba yang Sengaja Dilupakan
nonfiksi

Arsitektur Sunyi 'Kremlin', Ruang Siksa Rahasia Orba yang Sengaja Dilupakan

Selasa, 30 September 2025 | 19:26 WIB

Ada alamat di Jakarta yang tak tercatat di peta teror, namun denyutnya adalah neraka. Menelusuri 'Kremlin', ruang-ruang interogasi Orde Baru, dan persahabatan aneh di Cipinang

Menyusuri Jejak Ingatan yang Memudar, Penjara Tapol PKI di Jakarta nonfiksi

Menyusuri Jejak Ingatan yang Memudar, Penjara Tapol PKI di Jakarta

Selasa, 30 September 2025 | 15:38 WIB

Ingatan kolektif masyarakat tentang tapol PKI dari balik jeruji penjara Orde Baru telah memudar, seiring perkembangan zaman. Jurnalis Suara.com mencoba menjalinnya kembali.

Review Film Kang Solah: Spin-Off Tanpa Beban, Tawa Datang Tanpa Diundang nonfiksi

Review Film Kang Solah: Spin-Off Tanpa Beban, Tawa Datang Tanpa Diundang

Sabtu, 27 September 2025 | 08:00 WIB

Akankah Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung menyaingi kesuksesan Kang Mak tahun lalu?

Review Afterburn, Dave Bautista dan Samuel L. Jackson Pun Gagal Selamatkan Film Medioker Ini nonfiksi

Review Afterburn, Dave Bautista dan Samuel L. Jackson Pun Gagal Selamatkan Film Medioker Ini

Sabtu, 20 September 2025 | 09:00 WIB

Film Afterburn adalah karya aksi pasca-apokaliptik yang gagal total karena cerita tidak logis, naskah yang lemah, dan eksekusi yang membosankan.

Isu Fatherless Makin Marak, Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah Tayang di saat yang Tepat! nonfiksi

Isu Fatherless Makin Marak, Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah Tayang di saat yang Tepat!

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah berhasil meraih 420 ribu penonton meski berhadapan dengan film The Conjuring.

Pengalaman Tiga Hari di Pestapora 2025, Festival Musik yang Penuh Warna dan Kejutan nonfiksi

Pengalaman Tiga Hari di Pestapora 2025, Festival Musik yang Penuh Warna dan Kejutan

Selasa, 09 September 2025 | 20:27 WIB

Catatan tiga hari Pestapora 2025, pesta musik lintas generasi.

Review Film The Conjuring: Last Rites, Penutup Saga Horor yang Kehilangan Taring nonfiksi

Review Film The Conjuring: Last Rites, Penutup Saga Horor yang Kehilangan Taring

Sabtu, 06 September 2025 | 08:00 WIB

Plot yang lemah, jumpscare yang klise, serta kurangnya ide segar membuat film terasa datar.