Kelabakan soal Kakak Pembina, Pengakuan Buzzer Pendukung Jokowi
Home > Detail

Kelabakan soal Kakak Pembina, Pengakuan Buzzer Pendukung Jokowi

Reza Gunadha | Muhammad Yasir

Senin, 14 Oktober 2019 | 07:52 WIB

Suara.com - Orang-orang yang giat menulis artikel mendukung pemerintah dan Presiden Jokowi di media-media sosial disebut memunyai 'kakak pembina', sebenarnya siapa?

SELEMBAR FOTO YANG DISEBAR Seword.com melalui Facebook, 2 Mei 2019 pukul 07.36 WIB itu biasa-biasa saja.

Potret itu mengabadikan momen sejumlah pegiat media sosial seperti Denny Siregar, Pepih Nugraha, Yusuf Muhammad, Abu Janda, dan lainnya meriung di satu ruangan.

Namun, tulisan akun Seword sebagai keterangan foto itu yang lantas memicu perdebatan panas. Berikut tulisan keterangan foto itu:

Lima kali debat capres cawapres, lima kali pula kami berkumpul nonton bersama. Membuat konten secara spontan, merespons setiap pernyataan.

Tim ini memang tak terlihat. Selain Kakak Pembina dan Presiden, tak ada yang benar-benar tahu komposisi tim ini.

Seperti halnya Avengers, setiap orang saling menjaga, menahan diri untuk tidak mengambil gambar. Tapi saya pikir momen ini sayang untuk tidak dibagikan dan diceritakan.

Kekinian, orang-orang sibuk kasak-kusuk mencari kebenaran ada atau tidaknya “buzzer istana”. Ada pula yang berdebat, tentang siapa sosok “kakak pembina” yang disebutkan dalam tulisan singkat itu.

***

MENDHANG KAMULAN: Kutukan di Tanah Jawa, adalah novel yang lahir dari tangan Kujitow Elkayeni, setahun lalu.

Tapi jauh sebelum itu, Jito sudah dikenal sebagai penulis beragam artikel mendukung pemerintah dan Presiden Jokowi di laman daring Seword.

Namun, Jito tegas menolak disebut sebagai buzzer, apalagi dinamakan sebagai buzzer istana.

“Tidak ada itu buzzer istana. Kalau soal istilah ‘kakak pembina’, itu cuma gimik Alif (Alifurrahman S Asyari; Pemred Seword),” kata Jito.

“Gimik? Maksudnya? Untuk apa Seword membuat gimik seperti itu?” kata saya.

“Itu Alif menyindir beberapa organisasi relawan, yang belakangan ini seakan-akan merasa paling berjasa dalam memenangkan Jokowi saat Pilpres 2019,” ungkapnya.

Namun, Jito mengakui gimik itu justru menjadi “bumerang”. Sebab, gara-gara unggahan itu, banyak pihak menilai Seword Cs memproduksi artikel mendukung pemerintah atas pesanan seseorang yang disebut ”kakak pembina”.

“Kelabakan juga akhirnya buat menangkis,” tukasnya.

“Apa benar, setelah Jokowi menang pilpres, banyak organisasi relawan sekarang sedang mencari perhatian?” tanya saya.

 “Ya memang, menjelang Oktober, banyak orang menunjukkan kerelawanannya. Masing-masing merasa paling berjasa. Makanya Alif itu sebenarnya menyindir,” jawabnya.

“Soal ‘Kakak Pembina’ apa yang Mas Jito tahu?” tanya saya.

“Awalnya dari Alif kan, itu awalnya ya sidiran. Kalaupun dimaksudkan siapa itu ‘Kakak Pembina’, sebenarnya bukan satu orang.”

“Jadi ‘kakak pembina’ itu banyak?”

“Artinya, siapa di organisasi relawan yang dulu mengoordinasikan relawan, biasanya disebut sebagai kakak pembina. Misalnya di Seword, Alif itu bisa disebut sebagai ‘kakak pembina’ bagi kami. Jadi, kalau dimaksud ‘kakak pembina’ itu dari tangan kanan pemerintah, tidak ada,” klaimnya.

***

JITO MENGAKU mulai intens menulis soal politik sejak 2014. Sebelumnya, Jito hanya menulis menyoal sastra.

Jito mengaku awalnya terdorong menulis soal politik tatkala melihat Jokowi begitu banyak mendapat serangan isu-isu negatif dari tabloid Obor Rakyat.

“Karena kontestasi politik sedemikian keras, saya ikut masuk membela. Karena saya berpendapat Pak Jokowi orang baik, difitnah, diserang terus,” tutur Jito.

Tapi, Jito mewanti-wanti jangan menyebut dirinya sebagai buzzer ataupun influencer. Jito mengaku hanyalah penulis biasa di Seword.

Kebetulan, Jito juga mengenal dekat dengan Pimpinan Redaksi Seword yakni Alif. Mereka saling mengenal lantara berada di lingkaran yang sama, yakni pendukung Jokowi.

“Artikel opini di Seword propemerintah dan Jokowi?” tanya saya.

“Narasi secara umum memang positif ke pemerintah. Seword kan partisan, berpihak ke pemerintah. Jadi narasi utamanya tetap mendukung pemerintah, itu pasti,” kata Jito.

“Apa ada permintaan khusus dari redaksi untuk anda menulis topik tertentu?” tanya saya.

“Kalau topik kamu harus menyerang ini, menyerang itu, enggak ada,” ungkapnya.

“Mas Jito dibayar berapa setiap kali menulis di Seword?”

 “Tergantung yang baca. Semakin banyak yang baca, semakin besar. Sebenarnya kalau dihitung nominal, kecil.”

“Saya kan bekerja juga. Saya tidak hidup dari situ.”

“Tapi Mas Jito sering menulis opini pro-Jokowi, apa sebatas preferensi politik saja? Atau ada keuntungan lain?” tanya saya.

“Kalau maksudnya dapat dari istana enggak. Tapi kalau ada keuntungan dari yang lain, mungkin ada ya. Karena itu kan berjejaring begitu. Tapi kalau dibilang dari istana dapat jatah, itu enggak ada,” tegasnya.


Terkait

Dengung yang Bising di Media Sosial, Cerita Buzzer Pendukung Jokowi
Senin, 14 Oktober 2019 | 07:21 WIB

Dengung yang Bising di Media Sosial, Cerita Buzzer Pendukung Jokowi

Cyber troops ini yang memang direkrut untuk menyerang. Memang ada kontrak-kontrak tertentu untuk kelompok seperti ini, dan itu enggak banyak sebenarnya."

Rudiantara Dikritik Rachel Maryam, Ini Tanggapan Kominfo
Kamis, 10 Oktober 2019 | 13:55 WIB

Rudiantara Dikritik Rachel Maryam, Ini Tanggapan Kominfo

Kominfo buka suara atas kritikan Rachel Maryam terhadap Rudiantara terkait buzzer.

Menkominfo: Tidak Ada yang Salah dengan Buzzer, di UU Tak Dilarang
Rabu, 09 Oktober 2019 | 19:49 WIB

Menkominfo: Tidak Ada yang Salah dengan Buzzer, di UU Tak Dilarang

Rudiantara mengatakan seorang buzzer bisa dikenai pasal dalam UU ITE apabila kontennya melanggar.

Menkominfo Ajak Buzzer Kompak dengan Pemerintah, Rachel: Berani Bayar?
Rabu, 09 Oktober 2019 | 16:00 WIB

Menkominfo Ajak Buzzer Kompak dengan Pemerintah, Rachel: Berani Bayar?

"Rakyat disuruh jadi buzzer? Buzzer itu ada bayarannya," kata Rachel Maryam.

Terbaru
Review Film Tinggal Meninggal: Bukan Adaptasi Kisah Nyata tapi Nyata di Sekitar Kita
nonfiksi

Review Film Tinggal Meninggal: Bukan Adaptasi Kisah Nyata tapi Nyata di Sekitar Kita

Sabtu, 23 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Film Tinggal Meninggal lebih banyak mengajak penonton merenungi hidup ketimbang tertawa?

80 Tahun Indonesia Merdeka; Ironi Kemerdekaan Jurnalis di Antara Intimidasi dan Teror polemik

80 Tahun Indonesia Merdeka; Ironi Kemerdekaan Jurnalis di Antara Intimidasi dan Teror

Minggu, 17 Agustus 2025 | 15:38 WIB

Di usia 80 tahun kemerdekaan Indonesia, jurnalis masih menghadapi intimidasi, teror, hingga kekerasan.

Review Jujur Merah Putih One for All: Film yang Seharusnya Tidak Dibuat polemik

Review Jujur Merah Putih One for All: Film yang Seharusnya Tidak Dibuat

Sabtu, 16 Agustus 2025 | 11:46 WIB

Efek suaranya minim, mixing audionya berantakan, dan dubbing-nya seperti orang membaca teks sambil menunggu pesanan makanan datang.

Review Weapons, Horor Intelektual yang Mengguncang Pikiran nonfiksi

Review Weapons, Horor Intelektual yang Mengguncang Pikiran

Sabtu, 09 Agustus 2025 | 09:05 WIB

Weapons adalah film horor yang berani, cerdas, dan penuh emosi.

Rumah Hantu Jenderal Dudung: Gaji Prajurit Dikuliti, Sengkarut Dana Setengah Triliun Rupiah nonfiksi

Rumah Hantu Jenderal Dudung: Gaji Prajurit Dikuliti, Sengkarut Dana Setengah Triliun Rupiah

Senin, 04 Agustus 2025 | 18:10 WIB

Di balik derita para prajurit, terbentang sebuah skandal besar yang berpusat pada program ambisius era KSAD Jenderal (Purn) Dudung Abdurachman.

Review Film Ghost Train, Cari Hantu demi Konten Berujung Petaka nonfiksi

Review Film Ghost Train, Cari Hantu demi Konten Berujung Petaka

Sabtu, 02 Agustus 2025 | 09:15 WIB

Seperti apa sebuah kereta menghantui para penumpang di Korea? Jawabannya ada di film Ghost Train.

Review A Normal Woman, Saat Kecantikan Tak Mampu Bikin Hidup jadi Sempurna nonfiksi

Review A Normal Woman, Saat Kecantikan Tak Mampu Bikin Hidup jadi Sempurna

Sabtu, 26 Juli 2025 | 09:05 WIB

Film A Normal Woman ketolong akting Marissa Anita yang ciamik!