Senin, 01 Jan 2024
Kelabakan soal Kakak Pembina, Pengakuan Buzzer Pendukung Jokowi Home > Detail

Kelabakan soal Kakak Pembina, Pengakuan Buzzer Pendukung Jokowi

Reza Gunadha | Muhammad Yasir

Senin, 14 Oktober 2019 | 07:52 WIB

Suara.com - Orang-orang yang giat menulis artikel mendukung pemerintah dan Presiden Jokowi di media-media sosial disebut memunyai 'kakak pembina', sebenarnya siapa?

SELEMBAR FOTO YANG DISEBAR Seword.com melalui Facebook, 2 Mei 2019 pukul 07.36 WIB itu biasa-biasa saja.

Potret itu mengabadikan momen sejumlah pegiat media sosial seperti Denny Siregar, Pepih Nugraha, Yusuf Muhammad, Abu Janda, dan lainnya meriung di satu ruangan.

Namun, tulisan akun Seword sebagai keterangan foto itu yang lantas memicu perdebatan panas. Berikut tulisan keterangan foto itu:

Lima kali debat capres cawapres, lima kali pula kami berkumpul nonton bersama. Membuat konten secara spontan, merespons setiap pernyataan.

Tim ini memang tak terlihat. Selain Kakak Pembina dan Presiden, tak ada yang benar-benar tahu komposisi tim ini.

Seperti halnya Avengers, setiap orang saling menjaga, menahan diri untuk tidak mengambil gambar. Tapi saya pikir momen ini sayang untuk tidak dibagikan dan diceritakan.

Kekinian, orang-orang sibuk kasak-kusuk mencari kebenaran ada atau tidaknya “buzzer istana”. Ada pula yang berdebat, tentang siapa sosok “kakak pembina” yang disebutkan dalam tulisan singkat itu.

***

MENDHANG KAMULAN: Kutukan di Tanah Jawa, adalah novel yang lahir dari tangan Kujitow Elkayeni, setahun lalu.

Tapi jauh sebelum itu, Jito sudah dikenal sebagai penulis beragam artikel mendukung pemerintah dan Presiden Jokowi di laman daring Seword.

Namun, Jito tegas menolak disebut sebagai buzzer, apalagi dinamakan sebagai buzzer istana.

“Tidak ada itu buzzer istana. Kalau soal istilah ‘kakak pembina’, itu cuma gimik Alif (Alifurrahman S Asyari; Pemred Seword),” kata Jito.

“Gimik? Maksudnya? Untuk apa Seword membuat gimik seperti itu?” kata saya.

“Itu Alif menyindir beberapa organisasi relawan, yang belakangan ini seakan-akan merasa paling berjasa dalam memenangkan Jokowi saat Pilpres 2019,” ungkapnya.

Namun, Jito mengakui gimik itu justru menjadi “bumerang”. Sebab, gara-gara unggahan itu, banyak pihak menilai Seword Cs memproduksi artikel mendukung pemerintah atas pesanan seseorang yang disebut ”kakak pembina”.

“Kelabakan juga akhirnya buat menangkis,” tukasnya.

“Apa benar, setelah Jokowi menang pilpres, banyak organisasi relawan sekarang sedang mencari perhatian?” tanya saya.

 “Ya memang, menjelang Oktober, banyak orang menunjukkan kerelawanannya. Masing-masing merasa paling berjasa. Makanya Alif itu sebenarnya menyindir,” jawabnya.

“Soal ‘Kakak Pembina’ apa yang Mas Jito tahu?” tanya saya.

“Awalnya dari Alif kan, itu awalnya ya sidiran. Kalaupun dimaksudkan siapa itu ‘Kakak Pembina’, sebenarnya bukan satu orang.”

“Jadi ‘kakak pembina’ itu banyak?”

“Artinya, siapa di organisasi relawan yang dulu mengoordinasikan relawan, biasanya disebut sebagai kakak pembina. Misalnya di Seword, Alif itu bisa disebut sebagai ‘kakak pembina’ bagi kami. Jadi, kalau dimaksud ‘kakak pembina’ itu dari tangan kanan pemerintah, tidak ada,” klaimnya.

***

JITO MENGAKU mulai intens menulis soal politik sejak 2014. Sebelumnya, Jito hanya menulis menyoal sastra.

Jito mengaku awalnya terdorong menulis soal politik tatkala melihat Jokowi begitu banyak mendapat serangan isu-isu negatif dari tabloid Obor Rakyat.

“Karena kontestasi politik sedemikian keras, saya ikut masuk membela. Karena saya berpendapat Pak Jokowi orang baik, difitnah, diserang terus,” tutur Jito.

Tapi, Jito mewanti-wanti jangan menyebut dirinya sebagai buzzer ataupun influencer. Jito mengaku hanyalah penulis biasa di Seword.

Kebetulan, Jito juga mengenal dekat dengan Pimpinan Redaksi Seword yakni Alif. Mereka saling mengenal lantara berada di lingkaran yang sama, yakni pendukung Jokowi.

“Artikel opini di Seword propemerintah dan Jokowi?” tanya saya.

“Narasi secara umum memang positif ke pemerintah. Seword kan partisan, berpihak ke pemerintah. Jadi narasi utamanya tetap mendukung pemerintah, itu pasti,” kata Jito.

“Apa ada permintaan khusus dari redaksi untuk anda menulis topik tertentu?” tanya saya.

“Kalau topik kamu harus menyerang ini, menyerang itu, enggak ada,” ungkapnya.

“Mas Jito dibayar berapa setiap kali menulis di Seword?”

 “Tergantung yang baca. Semakin banyak yang baca, semakin besar. Sebenarnya kalau dihitung nominal, kecil.”

“Saya kan bekerja juga. Saya tidak hidup dari situ.”

“Tapi Mas Jito sering menulis opini pro-Jokowi, apa sebatas preferensi politik saja? Atau ada keuntungan lain?” tanya saya.

“Kalau maksudnya dapat dari istana enggak. Tapi kalau ada keuntungan dari yang lain, mungkin ada ya. Karena itu kan berjejaring begitu. Tapi kalau dibilang dari istana dapat jatah, itu enggak ada,” tegasnya.

Terbaru
Di Balik Kepulan Asap: Siapa Raup Untung dari PLTU Baru Suralaya?
polemik

Di Balik Kepulan Asap: Siapa Raup Untung dari PLTU Baru Suralaya?

Kamis, 19 September 2024 | 20:06 WIB

Data Kementerian ESDM akhir 2023 menunjukkan oversupply listrik di grid Jawa-Bali mencapai 4 gigawatt. Artinya, keberadaan PLTU baru sebenarnya tidak terlalu mendesak.

Cuma Heboh di Dunia Maya, Ada Apa di Balik Skenario Fufufafa? polemik

Cuma Heboh di Dunia Maya, Ada Apa di Balik Skenario Fufufafa?

Kamis, 19 September 2024 | 08:29 WIB

Apa yang terjadi pada isu Fufufafa sudah bukan lagi echo chamber. Perbincangan isu Fufufafa sudah crossed platform media sosial and crossed cluster.

Polemik Akun Fufufafa: Fakta Kabur yang Menciptakan Kebingungan Publik polemik

Polemik Akun Fufufafa: Fakta Kabur yang Menciptakan Kebingungan Publik

Selasa, 17 September 2024 | 20:10 WIB

Kecurigaan mengenai Gibran sebagai pemilik akun Fufufafa bermula dari postingan seorang netizen

Perilaku Kejahatan Anak Makin Liar: Gejala Anomie yang Tak Cukup Diselesaikan Lewat Penjara polemik

Perilaku Kejahatan Anak Makin Liar: Gejala Anomie yang Tak Cukup Diselesaikan Lewat Penjara

Sabtu, 14 September 2024 | 20:09 WIB

Kondisi anomie acap kali menyertai setiap perubahan sosial di masyarakat.

Kasus Nyoman Sukena: Peringatan Darurat Pelestarian Landak Jawa polemik

Kasus Nyoman Sukena: Peringatan Darurat Pelestarian Landak Jawa

Jum'at, 13 September 2024 | 20:20 WIB

Dengan penuh kasih sayang, Nyoman Sukena memelihara dua ekor Landak Jawa itu

Menantu Hingga Anak Jokowi di Pusaran Dugaan Gratifikasi: Masihkah KPK Punya Taji? polemik

Menantu Hingga Anak Jokowi di Pusaran Dugaan Gratifikasi: Masihkah KPK Punya Taji?

Jum'at, 13 September 2024 | 09:54 WIB

Pada prosesnya nanti, KPK harus mengusut pihak yang memberikan dan memastikan maksud pemberian dugaan gratifikasi itu.

Babak Baru Seteru PKB-PBNU: Cak Imin dan Gus Yahya Semakin Jauh dari Titik Temu polemik

Babak Baru Seteru PKB-PBNU: Cak Imin dan Gus Yahya Semakin Jauh dari Titik Temu

Kamis, 12 September 2024 | 17:32 WIB

Dinamika ini mengundang pertanyaan besar: benarkah tidak ada konflik di balik layar?