Suara.com - Lelaki tua itu tak bakal lagi ada pada setiap hari Jumat di TMP Kalibata. Biasanya ia menziarahi makam sang istri, berdoa dan menatap nisan. Kini ia menyusul sang mendiang. Tapi romantisme BJ Habibie di pusara Ainun, menjadi cerita abadi di pekuburan itu.
PRIA BERBAJU MERAH dan bertopi biram berada di antara ribuan pelayat yang lalu-lalang seusai prosesi upacara pemakaman BJ Habibie di Taman Makam Pahlawan Nasional Umum Kalibata, Kamis pekan lalu.
Saya menghampiri dirinya. Pada baju yang dikenakannya, tertera nama Joko S. Saya sedang mencari seorang petugas kebersihan bernama Joko, yang disebut-sebut kerap memberishkan pusara Ainun Habibie.
Namun, ada dua petugas kebersihan yang bernama Joko di sana. Untuk membedakannya, Joko yang saya cari berasal dari Semarang, Jawa Tengah.
“Permisi, Mas Joko ya?” tanya saya.
“Iya, betul,” jawabnya singkat, keheranan.
“Mas Joko yang biasa membersihkan pusara Ibu Ainun betul?” saya kembali bertanya.
“Oh enggak Mas, kalau saya biasa membersihkan semuanya. Mungkin Joko Banyuwangi, bukan saya,” ucap Joko, menghindar.
“Tapi saya dikasih tahu kalau Mas Joko Semarang yang biasa membersihkan pusara Ibu Ainun,” kata saya, tak mau kalah.
“Ya memang saya kebetulan saja beberapa kali diminta membersihkan pusara Eyang Ainun,” ujarnya.
Tahun 2004 Joko Santoso merantau ke Jakarta sebagai petugas kebersihan di TMPNU Kalibata. Selama 15 tahun, Joko bekerja sebagai pegawai lepas kebersihan atau biasa disebut rekanan di TMPNU Kalibata.
“Kalau teman-teman saya sudah di atas 25 tahun bekerja di sini, saya mungkin paling baru di antara teman-teman,” ucap Joko.
Setiap dua bulan sekali, Joko biasa pulang ke Semarang untuk menemui istri dan dua anaknya.
Joko bersyukur meski bekerja sebagai petugas kebersihan TMPNU Kalibata, mampu menafkahi istri dan anaknya di kampung.
Terlebih, bagi Joko, pekerja yang digelutinya kekinian bukanlah semata-mata demi mencari uang.
“Bagi saya, ini rezeki yang paling nikmat bisa bekerja di tempat pemakaman. Saya diingatkan selalu akan kematian. Pelan-pelan saya juga ingin mempelajari, kenapa Allah menaruh rejeki bagi saya di pemakaman ini,” tutur Joko.
Joko masih tak menyangka, BJ Habibie pria yang kerap disapanya Eyang Habibie menghembuskan nafas terkahirnya pada hari Rabu 11 September 2019.
Kesedihan dirasakan Joko tatkala mendengar kabar duka itu. Apalagi, BJ Habibie di mata Joko merupakan sosok yang sangat ramah.
“Eyang Habibie itu segala-galanya sangat ramah,” kata Joko.
“Saya terakhir ketemu Eyang Habibie itu 27 Agustus 2019, sebelum Eyang Habibie sakit, beliau sempat ziarah ke makam Eyang Ainun.”
Tak ada sikap berbeda BJ Habibie saat kali terakhir berziarah. Seperti biasanya, BJ Habibie membawakan bunga Melati dan Sedap Malam tatkala berziarah ke pusara Ainun.
“Eyang Habibie biasa ke sini hari Selasa dan Jumat. Bawa bunga Melati dan Sedap Malam.”
Suatu ketika, Joko pernah dipanggil BJ Habibie. Joko tak pernah menyangka, sebagai seorang petugas kebersihan makam, dapat berbicara langsung dengan Presiden ketiga RI.
“Mana yang jaga (pusara) istri saya,” tanya BJ Habibie kapada Paspampres.
Joko lantas dipanggil Paspampres untuk menemui BJ Habibie.
“Sini.. sini,” kata BJ Habibie, meminta Joko menghampirinya.
Joko yang canggung tetap melangkahkan kakinya menghampiri BJ Habibie.
“Bunganya kalau belum kering, jangan dibersihin dulu ya,” ucap BJ Habibie dengan dialek khasnya.
Joko hingga kekinian masih mengenang pesan itu, “Saya sempat kaget bisa dipanggil, bahkan sampai dikenal beliau.”
Cinta BJ Habibie kepada Ainun memang begitu besar. Joko adalah satu dari sekian banyak orang yang berani bersaksi tentang hal itu.
Joko teringat ketika BJ Habibie berziarah ke pusara Ainun sebelum genap 100 hari wafatnya sang istri.
“Saya sempat menangis ketika beliau berdoa di pusara Ibu Ainun, sebelum 100 harinya.”
“Pada akhir doanya, Eyang Habibie kalau tidak salah berkata ‘sementara ini kita tidak bisa ketemu, tapi saya yakin kita akan menyatu lagi’. Saya waktu itu ikut menangis,” tutur Joko.
Joko mengakui bersyukur, sebagai petugas kebersihan makam, sempat mengabadikan momen dengan foto bersama bareng BJ Habibie.
Foto tersebut kekinian dipajang dalam bingkai besar di ruang tamu rumahnya, Semarang.
“Itu akan jadi kenang-kenagan paling istimewa untuk saya. Fotonya ukuran besar, saya taruh di ruang tamu. Kalau di sini mungkin biasa, tapi di kampung itu orang pada heran, kok saya bisa foto dengan Eyang Habibie.”
Suatu ketika, beberapa bulan sebelum BJ Habibie mengembuskan napas terakhir, Joko sempat bermimpi.
Dalam bunga tidurnya, BJ Habibie berkunjung ke rumahnya di Semarang. Joko dalam mimpinya sempat menawarkan ayahnya untuk mengabadikan foto bersama saat BJ Habibie bertandang.
Joko juga masih bisa mengira-ngira percakapan dalam mimpinya itu:
“Bapak ini ada Eyang Habibie,” Joko memberitahukan kedatangan Habibie kepada ayahnya.
“Bapak mau foto bareng enggak sama Eyang Habibie buat kenang-kenangan,” tanya Joko.
“Jangan lah, Pak Habibie lagi punya hajat,“ kata ayah Joko.
Mimpi itu berakhir ketika Joko, ayahnya, dan BJ Habibie tiba-tiba berpindah ke masjid untuk berkumpul.
Joko tidak memahami apa makna di balik mimpinya itu. “Itu kenang-kenangan terkahir saya bersama Eyang Habibie, meski dalam mimpi.”
Sosok Habibie tak lagi mungkin ditemui Joko di Kalibata, hari Selasa ataupun Jumat.
Tapi Joko akan terus mengenang pertemuan-pertemuannya dengan Habibie setiap membersihkan pusara Blok M Kavling 120.
“Saya sudah bertemu Pak Thareq (putra kedua BJ Habibie) dan Ibu Widya serta anak-anaknya. Beliau menitip pesan untuk menjaga pusara Eyang.”
DPR memilih lima dari sepuluh capim yang akan memimpin KPK periode 2024-2029, Kamis, 21 November 2024.
Dukungan Anies terhadap Pramono-Rano jauh lebih berpengaruh jika dibandingkan dukungan Jokowi kepada RK-Suswono.
"Kalau misalkan ada dana lebih atau emang duitnya nggak kepakai, ya gua mengalokasikan untuk investasi," ujar Sonia.
Dosen Unhas diskors 2 semester usai lecehkan mahasiswi bimbingan skripsi. Korban trauma, Satgas PPKS dinilai tak berpihak, bukti CCTV ungkap kebenaran.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti berencana dalam beberapa kesempatan menyampaikan rencana penggantian kurikulum Merdeka.
Bahkan sebagian dari kalangan ibu rumah tangga mengalihkan belanja kebutuhan pokok mereka, dari yang biasa beli ayam potong kini diganti beli tahu atau tempe.
Tragedi itu tak hanya merenggut nyawa Raden. Sebanyak 13 warga lainnya menjadi korban, beberapa menderita luka berat hingga harus dirawat intensif di rumah sakit.