Lelaki Tua yang Membawa Melati dan Sedap Malam untuk Ainun
Home > Detail

Lelaki Tua yang Membawa Melati dan Sedap Malam untuk Ainun

Reza Gunadha | Muhammad Yasir

Senin, 16 September 2019 | 08:05 WIB

Suara.com - Lelaki tua itu tak bakal lagi ada pada setiap hari Jumat di TMP Kalibata. Biasanya ia menziarahi makam sang istri, berdoa dan menatap nisan. Kini ia menyusul sang mendiang. Tapi romantisme BJ Habibie di pusara Ainun, menjadi cerita abadi di pekuburan itu.

PRIA BERBAJU MERAH dan bertopi biram berada di antara ribuan pelayat yang lalu-lalang seusai prosesi upacara pemakaman BJ Habibie di Taman Makam Pahlawan Nasional Umum Kalibata, Kamis pekan lalu.

Saya menghampiri dirinya. Pada baju yang dikenakannya, tertera nama Joko S. Saya sedang mencari seorang petugas kebersihan bernama Joko, yang disebut-sebut kerap memberishkan pusara Ainun Habibie.

Namun, ada dua petugas kebersihan yang bernama Joko di sana. Untuk membedakannya, Joko yang saya cari berasal dari Semarang, Jawa Tengah.

“Permisi, Mas Joko ya?” tanya saya.

“Iya, betul,” jawabnya singkat, keheranan.

 “Mas Joko yang biasa membersihkan pusara Ibu Ainun betul?” saya kembali bertanya.

“Oh enggak Mas, kalau saya biasa membersihkan semuanya. Mungkin Joko Banyuwangi, bukan saya,” ucap Joko, menghindar.

“Tapi saya dikasih tahu kalau Mas Joko Semarang yang biasa membersihkan pusara Ibu Ainun,” kata saya, tak mau kalah.

“Ya memang saya kebetulan saja beberapa kali diminta membersihkan pusara Eyang Ainun,” ujarnya.

Tahun 2004 Joko Santoso merantau ke Jakarta sebagai petugas kebersihan di TMPNU Kalibata. Selama 15 tahun, Joko bekerja sebagai pegawai lepas kebersihan atau biasa disebut rekanan di TMPNU Kalibata.

“Kalau teman-teman saya sudah di atas 25 tahun bekerja di sini, saya mungkin paling baru di antara teman-teman,” ucap Joko.

Setiap dua bulan sekali, Joko biasa pulang ke Semarang untuk menemui istri dan dua anaknya.

Joko bersyukur meski bekerja sebagai petugas kebersihan TMPNU Kalibata, mampu menafkahi istri dan anaknya di kampung.

Terlebih, bagi Joko, pekerja yang digelutinya kekinian bukanlah semata-mata demi mencari uang.

“Bagi saya, ini rezeki yang paling nikmat bisa bekerja di tempat pemakaman. Saya diingatkan selalu akan kematian. Pelan-pelan saya juga ingin mempelajari, kenapa Allah menaruh rejeki bagi saya di pemakaman ini,” tutur Joko.

Joko S, petugas yang biasa menjaga serta membersihkan makam Ainun Habibie. [Suara.com/Muhammad Yasir]
Joko S, petugas yang biasa menjaga serta membersihkan makam Ainun Habibie. [Suara.com/Muhammad Yasir]

Joko masih tak menyangka, BJ Habibie pria yang kerap disapanya Eyang Habibie menghembuskan nafas terkahirnya pada hari Rabu 11 September 2019.

Kesedihan dirasakan Joko tatkala mendengar kabar duka itu. Apalagi, BJ Habibie di mata Joko merupakan sosok yang sangat ramah.

“Eyang Habibie itu segala-galanya sangat ramah,” kata Joko.

“Saya terakhir ketemu Eyang Habibie itu 27 Agustus 2019, sebelum Eyang Habibie sakit, beliau sempat ziarah ke makam Eyang Ainun.”

Tak ada sikap berbeda BJ Habibie saat kali terakhir berziarah. Seperti biasanya, BJ Habibie membawakan bunga Melati dan Sedap Malam tatkala berziarah ke pusara Ainun.

“Eyang Habibie biasa ke sini hari Selasa dan Jumat. Bawa bunga Melati dan Sedap Malam.”

Suatu ketika, Joko pernah dipanggil BJ Habibie. Joko tak pernah menyangka, sebagai seorang petugas kebersihan makam, dapat berbicara langsung dengan Presiden ketiga RI.

“Mana yang jaga (pusara) istri saya,” tanya BJ Habibie kapada Paspampres.

Joko lantas dipanggil Paspampres untuk menemui BJ Habibie.

“Sini.. sini,” kata BJ Habibie, meminta Joko menghampirinya.

Joko yang canggung tetap melangkahkan kakinya menghampiri BJ Habibie.

“Bunganya kalau belum kering, jangan dibersihin dulu ya,” ucap BJ Habibie dengan dialek khasnya.

Joko hingga kekinian masih mengenang pesan itu, “Saya sempat kaget bisa dipanggil, bahkan sampai dikenal beliau.”

Sebuah kotak kayu berukuran sekitar 30 x 30 sentimeter ikut dimasukkan dalam ambulans yang menghantarkan jenazah Presiden ke-3 RI BJ Habibie dari rumah duka ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Kamis (12/9/2019). [Suara.com/Novian Ardiansyah]
Sebuah kotak kayu berukuran sekitar 30 x 30 sentimeter ikut dimasukkan dalam ambulans yang menghantarkan jenazah Presiden ke-3 RI BJ Habibie dari rumah duka ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Kamis (12/9/2019). [Suara.com/Novian Ardiansyah]

Cinta BJ Habibie kepada Ainun memang begitu besar. Joko adalah satu dari sekian banyak orang yang berani bersaksi tentang hal itu.

Joko teringat ketika BJ Habibie berziarah ke pusara Ainun sebelum genap 100 hari wafatnya sang istri.

“Saya sempat menangis ketika beliau berdoa di pusara Ibu Ainun, sebelum 100 harinya.”

“Pada akhir doanya, Eyang Habibie kalau tidak salah berkata ‘sementara ini kita tidak bisa ketemu, tapi saya yakin kita akan menyatu lagi’. Saya waktu itu ikut menangis,” tutur Joko.

Joko mengakui bersyukur, sebagai petugas kebersihan makam, sempat mengabadikan momen dengan foto bersama bareng BJ Habibie.

Foto tersebut kekinian dipajang dalam bingkai besar di ruang tamu rumahnya, Semarang.

“Itu akan jadi kenang-kenagan paling istimewa untuk saya. Fotonya ukuran besar, saya taruh di ruang tamu. Kalau di sini mungkin biasa, tapi di kampung itu orang pada heran, kok saya bisa foto dengan Eyang Habibie.”

Suatu ketika, beberapa bulan sebelum BJ Habibie mengembuskan napas terakhir, Joko sempat bermimpi.

Dalam bunga tidurnya, BJ Habibie berkunjung ke rumahnya di Semarang. Joko dalam mimpinya sempat menawarkan ayahnya untuk mengabadikan foto bersama saat BJ Habibie bertandang.

Joko juga masih bisa mengira-ngira percakapan dalam mimpinya itu:

“Bapak ini ada Eyang Habibie,” Joko memberitahukan kedatangan Habibie kepada ayahnya.

“Bapak mau foto bareng enggak sama Eyang Habibie buat kenang-kenangan,” tanya Joko.

“Jangan lah, Pak Habibie lagi punya hajat,“ kata ayah Joko.

Mimpi itu berakhir ketika Joko, ayahnya, dan BJ Habibie tiba-tiba berpindah ke masjid untuk berkumpul.

[Suara.com/Ema Rohimah]
[Suara.com/Ema Rohimah]

Joko tidak memahami apa makna di balik mimpinya itu. “Itu kenang-kenangan terkahir saya bersama Eyang Habibie, meski dalam mimpi.”

Sosok Habibie tak lagi mungkin ditemui Joko di Kalibata, hari Selasa ataupun Jumat.

Tapi Joko akan terus mengenang pertemuan-pertemuannya dengan Habibie setiap membersihkan pusara Blok M Kavling 120.

“Saya sudah bertemu Pak Thareq (putra kedua BJ Habibie) dan Ibu Widya serta anak-anaknya. Beliau menitip pesan untuk menjaga pusara Eyang.”


Terkait

Anak Eks Ajudan Taruh Foto di Makam BJ Habibie, Ada Kisah Haru di Baliknya
Minggu, 15 September 2019 | 20:31 WIB

Anak Eks Ajudan Taruh Foto di Makam BJ Habibie, Ada Kisah Haru di Baliknya

"Surat itu isi curahan hati saya, saya menitipkan salam kepada Pak Habibie untuk ayah saya yang sudah almarhum," kata Untag saat ditemui seusai berziarah.

Xanana Gusmao Ziarah ke Pusara Habibie
Minggu, 15 September 2019 | 15:33 WIB

Xanana Gusmao Ziarah ke Pusara Habibie

Sebelum berziarah, Xanana telah memberikan belasungkawa ke rumah duka BJ Habibie pada Sabtu (14/9) kemarin

Terbaru
Isu Fatherless Makin Marak, Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah Tayang di saat yang Tepat!
nonfiksi

Isu Fatherless Makin Marak, Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah Tayang di saat yang Tepat!

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah berhasil meraih 420 ribu penonton meski berhadapan dengan film The Conjuring.

Pengalaman Tiga Hari di Pestapora 2025, Festival Musik yang Penuh Warna dan Kejutan nonfiksi

Pengalaman Tiga Hari di Pestapora 2025, Festival Musik yang Penuh Warna dan Kejutan

Selasa, 09 September 2025 | 20:27 WIB

Catatan tiga hari Pestapora 2025, pesta musik lintas generasi.

Review Film The Conjuring: Last Rites, Penutup Saga Horor yang Kehilangan Taring nonfiksi

Review Film The Conjuring: Last Rites, Penutup Saga Horor yang Kehilangan Taring

Sabtu, 06 September 2025 | 08:00 WIB

Plot yang lemah, jumpscare yang klise, serta kurangnya ide segar membuat film terasa datar.

Review Panji Tengkorak, Tetap Worth It Ditonton Meski Meski Penuh Cacat nonfiksi

Review Panji Tengkorak, Tetap Worth It Ditonton Meski Meski Penuh Cacat

Sabtu, 30 Agustus 2025 | 08:00 WIB

Film ini justru hadir dengan nuansa kelam, penuh darah, dan sarat pertarungan.

'Sudahlah Tertindas, Dilindas Pula', Kesaksian Teman Affan Kurniawan yang Dilindas Rantis Brimob polemik

'Sudahlah Tertindas, Dilindas Pula', Kesaksian Teman Affan Kurniawan yang Dilindas Rantis Brimob

Jum'at, 29 Agustus 2025 | 13:04 WIB

Affa Kurniawan, driver ojol yang baru berusia 21 tahun tewas dilindas rantis Brimob Polda Jaya yang menghalau demonstran, Kamis (28/8) malam. Semua bermula dari arogansi DPR.

Review Film Tinggal Meninggal: Bukan Adaptasi Kisah Nyata tapi Nyata di Sekitar Kita nonfiksi

Review Film Tinggal Meninggal: Bukan Adaptasi Kisah Nyata tapi Nyata di Sekitar Kita

Sabtu, 23 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Film Tinggal Meninggal lebih banyak mengajak penonton merenungi hidup ketimbang tertawa?

80 Tahun Indonesia Merdeka; Ironi Kemerdekaan Jurnalis di Antara Intimidasi dan Teror polemik

80 Tahun Indonesia Merdeka; Ironi Kemerdekaan Jurnalis di Antara Intimidasi dan Teror

Minggu, 17 Agustus 2025 | 15:38 WIB

Di usia 80 tahun kemerdekaan Indonesia, jurnalis masih menghadapi intimidasi, teror, hingga kekerasan.