Suara.com - "Demokrasi kini terancam mati akibat kekuatan yang menghalalkan segala cara. Kekuatan ini mampu menggunakan sumber daya dan alat-alat negara. Hal ini nampak di beberapa wilayah yang saya amati terus-menerus, seperti Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, hingga Sulawesi Utara dan berbagai provinsi lainnya."
Kalimat tajam ini meluncur deras dari mulut Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, saat menanggapi hasil Pilkada Serentak 2024, pada Rabu (27/11/2024).
Megawati tampak tak terima sejumlah jagoannya keok di ajang Pilkada Serentak 2024. Tentu yang paling menyakitkan adalah kekalahan pasangan Andika Perkasa-Hendrar Prihadi di Jawa Tengah, daerah yang selama ini dikenal sebagai ‘kandang banteng’ itu.
"Di Jawa Tengah, misalnya, saya mendapatkan laporan betapa masifnya penggunaan penjabat kepala daerah, hingga mutasi aparatur kepolisian demi tujuan politik elektoral," kata Megawati dalam keterangan video, Rabu (27/11/2024).
Andika Perkasa-Hendrar Prihadi yang diusung PDIP kalah dari pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju atau KIM Plus pemenang Pilpres 2024. Partai-partai politik yang tergabung dalam koalisi gemuk pendukung Lutfi-Yasin ini di antaranya; Gerindra, PKB, Demokrat, Golkar, NasDem, PKS, PAN, PPP, dan PSI.
Menukil hasil hitung cepat Saiful Mujani Research and Consulting atau SMRC, Lutfi-Yasin unggul telak dengan perolehan suara mencapai 59,14 persen. Sementara Andika-Hendi hanya 40,86 persen.
Gambaran serupa juga terlihat dari hasil hitung cepat Charta Politika. Pasangan Luthfi-Yasin unggul 58,44 persen dari Andika-Hendi 41,56 persen.
Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic), Khoirul Umam menyebut kekalahan Andika-Hendi menjadi sejarah sebab untuk pertama kalinya paslon yang diusung PDIP kalah di Pilkada Jawa Tengah.
Sejak gubernur dan wakil gubernur dipilih secara langsung pada 2008, 2013, hingga 2018, PDIP selalu menjadi pemenang di Jawa Tengah.
Khoirul menilai salah satu faktor penyebab kekalahan Andika-Hendi karena dominasi mesin politik KIM Plus. Selanjutnya faktor political endorsement Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi dan Presiden Prabowo Subianto. Dukungan kedua tokoh tersebut turut memberikan pesan politik kuat bagi simpul-simpul kekuatan politik; termasuk para donor logistik untuk all out memenangkan Luthfi-Yasin.
"Jaringan Jokowi juga all out and at all cost, karena hasil Pilkada Jateng menjadi pertaruhan nasib dan juga pride bagi Jokowi dan keluarga yang harus berhadap-hadapan dengan kekuatan PDIP yang selama ini terkuat," jelas Khoirul kepada Suara.com, Kamis (28/11/2024).
Selain kedua faktor itu, Khoirul menilai kemenangan Luthfi-Yasin yang merepresentasikan tokoh nasionalis dan religius tidak terlepas dari latar belakang karakter pemilih di Jawa Tengah. Masyarakat Jawa Tengah yang didominasi kalangan santri menurutnya akan lebih mendukung representasi kandidat nasionalis-religus tersebut daripada pasangan Andika-Hendi yang bercorak nasionalis-nasionalis.
"Dengan demikian, kekuatan KIM Plus yang di-back up oleh Jokowi bisa memanfaatkan situasi rapuhnya barisan kekuatan PDIP di Jawa Tengah. Ditambah lagi, constrain utama yang dihadapi calon PDIP di Pilkada Jateng ini adalah faktor sangat terbatasnya waktu sosialisasi, termasuk untuk melakukan penetrasi ke segmen santri di Jawa Tengah," jelas Khoirul.
Sementara peneliti SMRC, Saidiman Ahmad mengungkap adanya perubahan tren pada elektabilitas Luthfi-Yasin setelah mendapat endorsement dari Jokowi dan Prabowo.
Ia menjabarkan pada September dan Oktober, elektabilitas Luthfi-Yasin sempat mengalami penurunan dari 57,9 persen menjadi 47,5 persen. Sebaliknya, Andika-Hendi mengalami peningkatan signifikan dari 36,6 persen menjadi 48,1 persen.
Kemudian di minggu kedua November sebelum masa pencoblosan, elektabilitas Luthfi-Yasin dan Andika-Hendi menurut Saidiman menunjukkan kondisi yang relatif stabil. Andika-Hendi dari 48,1 persen meningkat menjadi 50,4 persen dan Luthfi-Yasin dari 47,5 persen menjadi 47 persen.
"Dalam masa tenang, rupanya ada pergerakan suara Luthfi-Yasin yang cukup signifikan," tutur Saidiman kepada Suara.com, Kamis (28/11/2024).
Saidiman menilai endorsement Jokowi dan Prabowo nampak membuat partai-partai di KIM Plus menjadi lebih solid menjelang pemilihan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari komposisi pemilih partai KIM Plus yang dominan mendukung Luthfi-Yasin. Padahal berdasar hasil survei SMRC, sebelumnya Andika-Hendi cukup banyak menggerus suara partai-partai pendukung Luthfi-Yasin.
"Namun mengingat presiden aktif ikut berkampanye, mungkin perlu ditelusuri soal netralitas aparat di tingkat bawah," ujarnya.
Bukan Sekadar Kandang Banteng
Kekalahan Andika-Hendi di Jawa Tengah mengejutkan Megawati. Presiden RI ke-5 itu mengaku mengenal baik Jawa Tengah. Daerah tersebut menurutnya bukan sekadar kandang banteng. Lebih dari itu, ia menyebut Jawa Tengah sebagai tempat persemaian gagasan nasionalisme dan patriotisme.
Megawati membeberkan bagaimana rekam jejak perjalanan karir politiknya di Jawa Tengah. Salah satunya di mana ia tiga kali terpilih sebagai anggota DPR RI dari daerah tersebut. Ia meyakini Andika-Hendi tidak akan terkalahkan jika pelaksanaan Pilkada Jawa Tengah berjalan jujur dan adil.
"Saya melihat energi pergerakan rakyat, simpatisan, dan kader yang militan dan seharusnya tidak akan terkalahkan jika pilkada dilakukan secara fair, jujur, dan berkeadilan," katanya.
Penggunaan sumber daya dan alat negara yang terjadi di balik kekalahan Andika-Hendi di Pilkada Jawa Tengah dan beberapa daerah lain, menurut Megawati sudah di luar batas-batas kepatutan etika, moral, dan hati nurani. Sebagai Ketua Umum PDIP ia menyerukan seluruh kader dan relawan untuk mengumpulkan bukti-bukti terkait kecurangan, ketidaknetralan aparat negara, mobilisasi bansos hingga praktik politik uang yang terjadi.
"Terus jaga semangat perjuangan. Kita tidak pernah menyerah. Kita terus melakukan perlawanan secara terukur dalam koridor hukum, meskipun kita tahu, sekarang ini hukum semakin dibuat jauh dari keadilan," ucapnya.
Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad turut merespons tudingan Megawati tersebut. Ia menyarankan jika memang memiliki bukti-bukti terkait kecurangan yang terjadi di Pilkada 2024 agar dilaporkan ke Badan Pengawas Pemilu atau Bawaslu.
"Mungkin akan bisa dibuktikan apabila kemudian ada laporan ke Bawaslu, ke Gakkumdu nanti kita akan lihat bagaimana prosesnya," kata Dasco di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (28/11/2024).
Goyang Dominasi PDIP
Pengamat politik dari UIN Walisongo Semarang, Kholidul Adib menilai kemenangan Luthfi-Yasin akan memengaruhi dinamika politik di Jawa Tengah. Ia memprediksi Jawa Tengah ke depan akan menjadi medan politik yang dinamis.
Adanya perubahan dominasi partai di tingkat eksekutif, kata Adib, juga membuka kemungkinan partai-partai dalam KIM Plus berupaya menggoyang dominasi PDIP sebagai partai penguasa di Jawa Tengah.
“Jika pemerintahan provinsi tidak lagi didominasi PDIP, tetapi Ketua DPRD tetap berasal dari kader PDIP, maka hubungan eksekutif dan legislatif akan berjalan dinamis. Mekanisme check and balances akan terbentuk dengan baik,” jelas Kholidul Adib.
Di sisi lain, ia berpendapat kemenangan Luthfi-Yasin sekaligus membuka peluang bagi partai-partai di KIM Plus untuk mengkonsolidasikan kekuatan mereka menuju Pemilu 2029.
Jika strategi ini berhasil, PDIP harus bekerja keras untuk mempertahankan pengaruhnya di Jawa Tengah yang selama ini dikenal sebagai kandang banteng.
keterlibatan aparat penegak hukum di lingkaran pertambangan ilegal bukan hal baru
Di tengah melemahnya daya beli, pengguna pay later mengalami peningkatan karena menjadi alternatif masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Untuk bisa menggambarkan kondisi hidup layak di masyarakat, BPS semestinya melakukan penghitungan dengan merujuk pada harga-harga bahan pokok, tanah, listrik hingga air.
"Karena kan perspektif yang masih mendiskriminasi perempuan itu rata-rata dimiliki oleh laki-laki," ujar Kurnia.
DPR memilih lima dari sepuluh capim yang akan memimpin KPK periode 2024-2029, Kamis, 21 November 2024.
Dukungan Anies terhadap Pramono-Rano jauh lebih berpengaruh jika dibandingkan dukungan Jokowi kepada RK-Suswono.
"Kalau misalkan ada dana lebih atau emang duitnya nggak kepakai, ya gua mengalokasikan untuk investasi," ujar Sonia.