Senyap di Dunia Maya, Kaesang dan Erina Terancam Gagal Jadi Ikon Pop Culture

Senyap di Dunia Maya, Kaesang dan Erina Terancam Gagal Jadi Ikon Pop Culture


Suara.com - Kaesang Pangarep dan Erina Gudono bisa jadi lengah mengantisipasi ganasnya netizen Indonesia yang dikenal bar-bar dan paling tidak sopan se-Asia Tenggara sebagaimana survey Digital Civility Index (DCI).

Citra low profile yang telah lama dibangun oleh keluarga Presiden Joko Widodo kini seakan tak mempan lagi mengobati respons buruk akibat persoalan jet pribadi dan gaya hidup hedon pasangan tersebut.

Belum lekang dari ingatan bagaimana demonstrasi kawal putusan MK diramaikan isu gaya hidup mewah istri Kaesang Pangarep yang dinilai tone deaf dengan keadaan bangsa saat ini. Bukannya tertuju pada isu menolak RUU Pilkada, warganet malah gagal fokus mengurusi bau ketiak Erina Gudono di media sosial.

Lepas dari kontroversi gaya hidup, saat ini keluarga Jokowi seakan lenyap dari media sosial. Seperti diketahui, Kaesang Pangarep, Erina Gudono, Gibran Rakabuming Raka, Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution adalah tokoh yang terkenal di media sosial.

Akun Instagram mereka memiliki centang biru. Di keluarga Jokowi hanya Iriana dan Selvi Ananda yang memang sedari awal tak aktif bahkan tak punya media sosial pribadi.

Anggota keluarga Jokowi yang mempunyai akun dengan centang biru ini kerap wara-wiri di media sosial dengan postingan kegiatan pribadi dan komentar terhadap berbagai isu. Namun semenjak unggahan Erina Gudono soal gambar jendela pesawat viral, mereka seakan hilang dari dunia maya.

Di Instagram, terpantau postingan terakhir pada feeds Kaesang Pangarep, Erina Gudono, Gibran Rakabuming dan Kahiyang Ayu ada di pertengahan Agustus 2024. Tepatnya sekitar tanggal 15-18 Agustus. Selebihnya tak ada lagi unggahan baru sampai hari ini. Kecuali Bobby Nasution yang memang adalah kepala daerah, masih terpantau mengunggah kegiatan dinasnya.

Demikian pula di platform X. Di platform ini biasanya Gibran, Kaesang dan Erina cukup aktif. Bahkan cuitannya kerap menjadi trending topic. Namun kini, akun mereka sepi.

Pernikahan Viral yang Diidentikkan Dengan Modal Pop Culture

Menteri BUMN Erick Thohir pernah berbicara soal pop culture pada Festival Budaya di pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono.

“Yang akan kita lakukan di pernikahan Kaesang-Erina ini adalah Festival Budaya. Dimana kita membumikan kembali pernikahan yang selama ini selalu kebarat-baratan, agar kembali ke adat istiadat kita. Nah nanti (dalam prosesi Ngunduh Mantu Kaesang-Erina) akan digelar di Loji Gandrung yang akan diisi oleh prosesi adat. Adapun di Pura Mangkunegaran, akan dilangsungkan Tasyakuran,” ujar Erick kala itu.

Keluarga Jokowi di Pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono (Instagram.@erinagudono)
Keluarga Jokowi di Pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono (Instagram.@erinagudono)

Namun kini, apakah pencitraan menuju ikon pop culture itu telah gagal?

Menurut pengamat komunikasi politik dari Universitas Brawijaya, Prof Anang Sujoko, S.sos, M.si, D.COMM, kondisi saat ini bisa jadi mengarah pada kegagalan tersebut.

“Saya tidak tahu, apakah mereka memikirkan dampaknya atau tidak. Atau bisa jadi Kaesang dan istrinya mungkin tidak menyangka bahwa (apa yang dilakukannya) akan keluar dan di-publish,” ujarnya.

Menurut guru besar FISIP UB ini, mungkin istri Kaesang tidak menyangka netizen bakal kritis terhadap postingan jendela pesawat di Instagram sampai-sampai bisa menemukan jenis pesawat, rute dan harganya. Bahkan sampai videonya ketika turun dari pesawat terekam dan dapat diakses publik.

“Hal ini menjadi pelajaran penting bagi keluarga Jokowi terutama Kaesang. Bahwa ketika mereka ingin membangun sebagai sebuah trendsetter atau pop culture maka harus berpikir bahwa pop culture itu harus didesain dan terencana. Ketika bicara poin didesain dan terencana maka harus melihat pada posisi dia. Bahwa posisinya adalah bagian dari keluarga pejabat publik. Terutama RI 1. Ini yang harus dipertimbangkan sehingga desainnya tidak kontraproduktif dengan kondisinya yang tak bisa lepas sebagai pejabat publik,” terang Anang.

Hilang Sesaat

Hilang dan bungkamnya keluarga Jokowi di media sosial dinilai sebagai sebuah strategi dalam krisis komunikasi publik. Menurut Anang, saat ini netizen sedang super reaktif dan komentarnya tidak terkontrol.
Bila direspons dengan tidak sesuai harapan maka netizen akan semakin kritis bahkan bisa merugikan pihak Jokowi sekeluarga.

“Salah satu strategi saat menghadapi publik yang luar biasa, maka ada kecenderungan diam dulu dalam beberapa hari, baru dirancang bagaimana menanggapi isu tersebut. Saya yakin mereka sedang menyiapkan dengan konsultan-konsultannya untuk mengatasi krisis komunikasi publik,” ujarnya.

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Brawijaya, Prof Anang Sujoko, S.sos, M.si, D.COMM. [ISTIMEWA]
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Brawijaya, Prof Anang Sujoko, S.sos, M.si, D.COMM. [ISTIMEWA]

Anang menduga akan ada jawaban dari pihak keluarga Jokowi ketika grafik diskusi di media sosial menunjukkan kulminasi yang sudah menurun atau antiklimaks. Berbeda halnya dengan Bobby Nasution yang masih harus tetap tampil karena kepentingannya di pilkada dan lain sebagainya.

Hilangnya “suara” keluarga Jokowi dari media sosial ini dinilai teknik untuk mereduksi akses komentar netizen. Mereka dinilai bisa muncul lagi di media sosial dalam waktu beberapa hari ke depan dengan bahan komunikasi publik yang lebih terencana.

“Nantinya (bila mereka muncul lagi) harus diarahkan dengan komunikasi publik yang arahnya tidak lagi berbicara soal flexing dan gaya hidup hedon tetapi simpati pada apa yang terjadi di masyarakat kita. Dia harus membuat tindakan dan kegiatan filantropi dan harus terus menerus juga konsisten,” kata dosen ilmu komunikasi ini.

Namun, Anang memberi catatan bahwa segala upaya yang akan dilakukan untuk mereduksi isu negatif ini tidak akan bisa menghapus jejak buruk komunikasi publik keluarga Jokowi.