Anies, Make Jakarta Great Again!

Anies, Make Jakarta Great Again!


Suara.com - Suara.com - Ketokohan Anies Baswedan di Jakarta kerap menjadi pembicaraan, baik kontroversinya maupun program-programnya selama memimpin wilayah yang didiami masyarakat multietnik ini.

Perjalanan Anies Baswedan meraih kursi Gubernur Jakarta pada 2017 menjadi cerminan politik nasional yang tentunya menjadi perbincangan publik dengan berbagai macam kontradiksi.

Diusung Partai Gerindra dan PKS pada Pilkada 2017, Anies bersama Sandiaga Uno tampil meyakinkan dengan kemenangan lebih dari 57 persen atas rival terkuat Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang mendapat 42 persen suara masyarakat Jakarta.

Bagi sejumlah tokoh, Jakarta ibarat kawah candradimuka calon pemimpin nasional. Bila gagal memimpin dan mencuri hati warganya, bakal menjadi momok di kemudian hari. Pun sebaliknya, bila berhasil eluk-eluk warga untuk pemimpinnya bakal mengantarkannya ke level selanjutnya dalam konteks politik nasional.

Klaim keberhasilan memimpin Jakarta, kemudian menyertai Anies Baswedan yang menyelesaikan masa jabatannya hingga tahun 2022. Ia paripurna hingga akhir dalam memimpin ibu kota. Keberhasilan itu pula yang membuatnya berhadap-hadapan dengan salah satu partai pengusungnya di Pilkada Jakarta 2017, Gerindra, dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Meski kalah dalam Pilpres 2024, nama Anies tetap harum di Jakarta. Ia menjadi simbol oposisi terhadap Pemerintahan Jokowi secara politik. Tak hanya itu, Anies pun digadang-gadang bakal kembali ke panggung politik Jakarta.

Bermodal dukungan penuh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menjadi pemenang pemilu legsilatif di Jakarta 2024, serta tambahan sokongan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan terbaru dari Partai NasDem, nama Anies kian mengkilat untuk melenggang kembali ke singgasana Jakarta-1 dengan modal awal dukungan 39 kursi di parlemen ibu kota.

Elektabilitas Tinggi

Belum lagi, hasil survei Litbang Kompas terbaru pada Selasa 16 Juli 2024 yang menunjukan elektabilitasnya jauh berada di puncak sebagai kandidat gubernur di Pilkada Jakarta.

Keterpilihan Anies di Jakarta tembus 29,8 persen, mengungguli rivalnya di Pilkada Jakarta 2017, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang hanya 20 persen. Sementara, mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil hanya mendapat 8,5 persen.

Meski begitu, Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad menilai, Anies bakal menjadi ancaman bagi kekuasaan Prabowo-Gibran jika menjabat lagi sebagai gubernur Jakarta. Anies berpotensi maju lagi dalam Pilpres 2029.

"Anies ini, saya kira akan jadi penantang Prabowo-Gibran nanti," ujar Saidiman kepada Suara.com, Senin (22/7/2024).

Namun, hal itu hanya sekadar kalkulasi politik yang terjadi saat ini. Pun tak menutup kemungkinan pada Pemilu 2029 nanti bakal muncul tokoh lain, semisal Ridwan Kamil. Sebabnya, situasi politik nasional yang sangat dinamis dan elastis, bisa menjadi penyebabnya.

Tak hanya Anies, Ridwan Kamil bisa jadi cerita lain bagi Prabowo dan Anies pada Pemilu 2029, bila terpilih lagi menjadi Gubernur Jawa Barat di Pilkada 2024. Ridwan Kamil memiliki modal populer dan elektabilitas tertinggi di Jawa Barat, tinggal memperbaiki kinerja.

"Jadi saya melihat RK (Ridwan Kamil) ini cukup kunci dari Kader Golkar," katanya.

Menurut Saidiman, dalam beberapa tahun terakhir Golkar kehilangan figur populer di tingkat nasional. Tapi mereka memiliki potensi untuk mengusulkan kader untuk diusung pada Pilpres 2029.

"Karena itu, saya melihat kenapa Golkar tidak mau didikte untuk kepentingan politik tertentu dengan mendorong RK di Pilkada Jakarta, tetapi tetap ngotot RK di Jabar. Saya kira itu bagian dari strategi mereka untuk mempersiapkan kadernya maju di kepemimpinan nasional 2029," tuturnya.

Analis komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul M Jamiluddin Ritonga mengibaratkan, Pilkada Jakarta seperti 'perjudian' bagi Anies Baswedan. Jika terpilih menjadi Gubernur Jakarta lagi, maka bakal memuluskan jalannya maju di Pilpres 2029.

"Sebab bila Anies terpilih, nanti akan menjadi pundi-pundi politik agar dia tetap eksis 2029," kata Jamiluddin kepada Suara.com.

Dengan menjabat sebagai gubernur, Anies bisa terus berkiprah di masyarakat dan menjaga popularitasnya sebagai tokoh. Itu diperlukannya karena masyarakat Indonesia adalah orang yang cepat lupa.

"Di sisi lain, kalau dia kalah maka karir politiknya akan habis dan itu menyulitkannya maju di Pemilu 2029," ujarnya.

Kalkulasi Politik

Anies seperti tidak menemukan lawan sepadan di Jakarta, bahkan putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep yang dianggap bisa menjadi pembanding tak berdaya dalam survei.

Hal itu tergambarkan dalam hasil survei Litbang Kompas, elektabilitas Kaesang di Jakarta hanya sekitar 1 persen, jauh di bawah Anies.

"Jadi memang dalam kalkulasi politik itu orang akan mengatakan Anies akan menang," katanya.

Tetapi di era Pemerintahan Jokowi, kerap terjadi sesuatu yang kontralogika atau tidak masuk akal. Misalnya, kandidat-kandidat yang dianggap tidak layak, elektabilitas rendah, tiba-tiba hasil survei bisa melonjak drastis.

Penyebabnya, menurut Jamiluddin, lembaga survei di Indonesia banyak tidak taat asas. Banyak lembaga survei seperti 'tukang', yang mengerjakan jejak pendapat sesuai order dari pihak yang membayar.

"Gejala itu mengemuka di lembaga-lembaga survei. Karena itu lembaga-lembaga survei itu bisa menggiring opini yang awalnya tidak respek kepada si calon, tiba-tiba bisa digiring," ungkapnya.

Dia menuturkan, belajar dari survei Pemilu 2024, kekuatan politik itu bukan semata dari sang calon. Tak jarang kekuatan-kekuatan 'belakang layar' secara politis bisa memutarbalikkan hasil survei.

"Jadi kalau Kaesang maju, itu tidak menjamin dia kalah. Karena dia akan didukung begitu kuatnya orang di belakangnya. Mulai dari bapaknya, hakim, ormas-ormas, atau relawan-relawan yang selama ini mem-backup Jokowi," tuturnya.

"Jadi kalau Kaesang itu maju bukan dia hebat. Dia akan menjadi ancaman serius bagi Anies, karena dibackup kekuatan yang sangat luar biasa dan kadang-kadang di luar nalar politik".

Program Anies Dihapus

Sebagai bakal Calon Gubenur Jakarta, Anies Baswedan menyatakan bakal mengembalikan program-program andalannya yang telah dihapus Penjabat Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono. Kebijakan itu akan dikembalikan Anies jika kembali terpilih sebagai gubernur Jakarta pada Pilkada Serentak 2024.

Menurutnya, Pemerintah Jakarta harus melihat warganya seperti suadara atau anak-anaknya. Sehinga tidak pelit kepada rakyat.

"Oleh karena itu, kami akan pastikan kembalikan semua manfaat-manfaat yang sempat terpotong. Karena apa? Karena harus bisa memberikan manfaat pada masyarakat yang ada di sini," ucap Anies.

Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid mengatakan, misi Anies tersebut menjadi fokus mereka dalam kampanye di Pilkada Jakarta nanti.

"Kemudian tagline-nya adalah menjadikan kembali Jakarta yang maju kotanya, bahagia warganya. Itu bisa saja menjadi tagline bersama, yang kami perjuangkan bersama."

"Dan tentu bagi PKS yang diinginkan adalah agar Jakarta lebih baik, melanjutkan kebaikannya dan itu bisa dilakukan melalui pasangan Anies dan Sohibul," kata HNW kepada Suara.com di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin sore.

Dia menambahkan, PKS banyak mendapat keluhan dari warga terkait kepemimpinan Heru Budi karena sejumlah program Anies dihapus. Sehingga, banyak warga yang menginginkan Anies kembali memimpin Jakarta.

Infografis Program Anies yang hilang di masa Heru Budi. [Suara.com/Rochmat]
Infografis Program Anies yang hilang di masa Heru Budi. [Suara.com/Rochmat]

Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia mengatakan, partainya sampai saat ini belum menjalin komunikasi dengan Anies Baswedan terkait Pilkada 2024. Walau berdasar hitungan-hitungan di atas kertas elektabilitas Anies di berbagai lembaga survei unggul di Jakarta.

"Belum ada, belum ada (komunikasi dengan Anies)," kata Doli saat dihubungi Suara.com, Senin (22/7/2024).

Dalam menentukan kandidat calon gubernur, Golkar selalu melihat pertimbangan ilmiah seperti hasil survei. Namun di samping itu juga tetap berdasar hasil kesepakatan dengan para pimpinan partai politik di Koalisi Indonesia Maju (KIM).

Dua hal itu menurut Doli juga menjadi dasar Golkar lebih condong mendorong Ridwan Kamil untuk maju di Piklada Jawa Barat ketimbang Jakarta. Sebab berdasar hasil survei Ridwan Kamil lebih berpotensi menang di Jawa Barat.

Sementara di Jakarta, lanjut Doli, Golkar telah menyiapkan Jusuf Hamka alias Babah Alun. Kekinian partainya tengah memantau perkembangan elektabilitas Jusuf Hamka setelah namanya dimunculkan sebagai calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta.

"Kan masih ada sisa 30 hari lagi kami melakukan exercise. Kami lihat surveinya bagaimana, kami lihat perkembangannya seperti apa," katanya.

Editor II: Chandra Iswinarno

Editor I : Erick Tanjung

Reporter: Yaumal Asri Adi Hutasuhut, M Yasir