Senin, 01 Jan 2024
Batu Turbah dan Mereka yang Teguh Menjadi Syiah di Tengah Hujatan
Home > Detail

Batu Turbah dan Mereka yang Teguh Menjadi Syiah di Tengah Hujatan

Reza Gunadha | Ria Rizki Nirmala Sari

Senin, 28 Mei 2018 | 08:15 WIB

Suara.com - Muslim Syiah di Indonesia kerap menjadi sasaran persekusi. Mereka dianggap menyembah patung karena memakai batu turbah ketika sujud dalam salat. Namun, di tengah gencarnya tuduhan seperti itu, mereka tetap teguh bersetia.

Empat tahun menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi, meninggalkan kesan mendalam di pikiran Rohmah. Di negeri Raja Salman tersebut, ia terheran-heran karena banyak orang sampai menangis saat berdoa.

“Saya juga seringkali menangis mendengar ayat-ayat Alquran dilantunkan di Arab Saudi. Meskipun waktu itu saya belum mengerti arti ayat-ayat itu, tapi rasanya menyejukkan,” tutur perempuan berusia 52 tahun itu kepada Suara.com, di Islamic Cultural Center Jakarta, Jalan Buncit Raya No 35 RT1/RW7, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (24/5/2018).

Sejak saat itu, Rohmah memutuskan mempelajari Islam dari berbagai mazhab. Ia giat mencari informasi dan pengetahuan mengenai Islam dari berbagai sumber di tempat kerjanya.

Ketika asyik melakukan pembelajaran itulah, Rohmah mengakui penasaran terhadap mazhab Syiah. Rasa penasarannya itu berpusar pada sejumlah hal yang menurutnya baik.

”Dalam buku-buku yang saya pelajari di Saudi, mazhab A bilang begini, terus di ajaran lain menentukan begitu, tapi di Syiah ini dipersatukan, ketemu solusinya. Akhirnya, saya memutuskan untuk bermazhab, yakni Syiah,” terangnya.

Sepulangnya ke Indonesia, Rohmah bertekad mendalami mazhab tersebut. Setelah sekian lama melakukan pencarian, ia akhirnya menemukan ICC Jakarta.

Ia memutuskan untuk menyambangi ICC Jakarta. Ia betul-betul masih mengingat, kali pertama datang ke sana, sempat ditolak masuk oleh Zainal alias Babeh, penjaga keamanan tempat tersebut. Zainal sendiri merupakan penganut Islam mazhab Sunni.

“Sewaktu saya kali pertama datang kan gerbang ditutup. Oleh Babeh tak boleh masuk. Saya sempat menangis ke Babeh dan bilang, ‘Pak, tolong dong pak, saya dari Arab nih’ begitu, akhirnya dibolehkan masuk setelah menjelaskan maksud kedatangan,” kenangnya.

Rohmah aslinya berdomisili di Tangerang. Setelah ikut pembelajaran di ICC Jakarta, ia juga dipekerjakan sebagai asisten rumah tangga tempat tersebut dan tinggal di situ.

Trisna, perempuan berusia 23 tahun, juga memunyai kisah unik hingga akhirnya ia memutuskan untuk bermazhab Syiah.

Pegawai swasta tersebut awalnya ingin mempelajari Islam Syiah, sehingga sekali waktu mengikuti pembelajaran di ICC Jakarta.

Setelahnya, ia memantabkan diri bergabung dan memutuskan pindah indekos ke Pejaten Barat, dekat dengan ICC Jakarta. Padahal, tempat kerjanya berada di Permata Hijau, Jakarta Selatan.

“Saya sudah tiga tahun mengikuti pengajian di sini. Dulu saya juga banyak belajar, setelahnya saya memutuskan pindah indekos ke sini, karena tak mau jauh-jauh dari ICC,” terangnya.

Trisna lantas mengungkapkan satu rahasia dirinya. Ia menuturkan, orang tuanya belum mengetahui dirinya kekinian memeluk mazhab Syiah.

”Orang tua belum tahu, tapi suatu saat, saya akan memberitahukannya dan menjelaskan kepada mereka,” terangnya.

Rohmah maupun Trisna mengakui, menjadi seorang Muslim dan bermazhab Syiah tak lazim di Indonesia. Apalagi, mereka kerap dituduh negatif, terutama sebagai penyembah patung karena memakai turbah saat salat.

Ustaz Ahmad Hafidz Alkaff, seorang habib sekaligus juru bicara ICC Jakarta, megakui, Muslim Syiah di Indonesia kerap dituduh menyembah patung.

”Saya tegaskan, Mazhab Syiah 12 Imam secara internasional diakui sebagai bagian dari Islam. Kami tidak menyembah patung, kami menyembah Allah SWT,” tegasnya.

Ia menuturkan, mengenai batu turbah yang dipersoalkan, sebenarnya hanyalah lempengan tanah yang dipadatkan dan digunakan ketika sujud saat salat.

Turbah berasal dari bahasa Arab yaitu turab, yang berarti debu atau lumpur. Menurut kepercayaan mereka, salat tidak akan sah apabila sujud di atas sajadah atau alas lain buatan manusia.

Dalam fikih Syiah, tuturnya, sujud di atas tanah merupakan perintah Rasulullah dan para imam Ahlul Bait AS.

"Dalam mazhab kami, orang sujud itu harus di atas tanah atau sesuatu yang ditumbuhkan dari tanah. Syaratnya tidak bisa dibuat menjadi pakaian atau makanan. Tidak harus batu turbah, tetapi bisa pakai kertas," jelasnya.

”Sujud ’di atas’ (batu) dengan ’sujud kepada’ (batu) itu dua hal yang berbeda, tak bisa dicampuradukkan. Ini fitnah mengenai hal tersebut dahsyat sekali,” ungkapnya.

Hafidz menuturkan, banyak orang di luar Syiah yang datang ke ICC Jakarta, salah satunya untuk mengonfirmasi tuduhan tersebut.

”Ketika mereka datang, kami terima dan jelaskan. Setelahnya, mereka mengatakan tak masalah. Jadi saya bisa jamin, informasi negatif itu sengaja disebar untuk merusak persaudaraan Sunni-Syiah,” tuturnya.

Terbaru
Dari Setoran Hingga Tembakan: Polisi di Lingkaran Tambang Ilegal
polemik

Dari Setoran Hingga Tembakan: Polisi di Lingkaran Tambang Ilegal

Kamis, 28 November 2024 | 19:49 WIB

keterlibatan aparat penegak hukum di lingkaran pertambangan ilegal bukan hal baru

Hemat Tanpa Utang? Paylater Jadi Bantalan Hidup Keluarga Milenial di Tengah Tekanan Ekonomi nonfiksi

Hemat Tanpa Utang? Paylater Jadi Bantalan Hidup Keluarga Milenial di Tengah Tekanan Ekonomi

Kamis, 28 November 2024 | 14:59 WIB

Di tengah melemahnya daya beli, pengguna pay later mengalami peningkatan karena menjadi alternatif masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Menertawai Standar Hidup Layak BPS Rp1 Juta Per Bulan, Driver Ojol: Buat Makan Aja Kurang! nonfiksi

Menertawai Standar Hidup Layak BPS Rp1 Juta Per Bulan, Driver Ojol: Buat Makan Aja Kurang!

Rabu, 27 November 2024 | 12:13 WIB

Untuk bisa menggambarkan kondisi hidup layak di masyarakat, BPS semestinya melakukan penghitungan dengan merujuk pada harga-harga bahan pokok, tanah, listrik hingga air.

'Milih Imam Kok Wedok?': Seksis dan Diskriminasi Warnai Pilkada 2024 polemik

'Milih Imam Kok Wedok?': Seksis dan Diskriminasi Warnai Pilkada 2024

Selasa, 26 November 2024 | 16:14 WIB

"Karena kan perspektif yang masih mendiskriminasi perempuan itu rata-rata dimiliki oleh laki-laki," ujar Kurnia.

Dominasi Jaksa dan Polisi Dalam Jajaran Pimpinan KPK: Mewaspadai Upaya DPR Lemahkan Pemberantasan Korupsi polemik

Dominasi Jaksa dan Polisi Dalam Jajaran Pimpinan KPK: Mewaspadai Upaya DPR Lemahkan Pemberantasan Korupsi

Senin, 25 November 2024 | 18:15 WIB

DPR memilih lima dari sepuluh capim yang akan memimpin KPK periode 2024-2029, Kamis, 21 November 2024.

Hitung Mundur Pilkada Jakarta: Adu Kuat Pengaruh Jokowi dan Anies di Ibu Kota polemik

Hitung Mundur Pilkada Jakarta: Adu Kuat Pengaruh Jokowi dan Anies di Ibu Kota

Senin, 25 November 2024 | 12:55 WIB

Dukungan Anies terhadap Pramono-Rano jauh lebih berpengaruh jika dibandingkan dukungan Jokowi kepada RK-Suswono.

Bongkar Mitos SCBD: Realita Hidup Pekerja Kerah Putih Gaji Dua Digit nonfiksi

Bongkar Mitos SCBD: Realita Hidup Pekerja Kerah Putih Gaji Dua Digit

Jum'at, 22 November 2024 | 11:18 WIB

"Kalau misalkan ada dana lebih atau emang duitnya nggak kepakai, ya gua mengalokasikan untuk investasi," ujar Sonia.