Dugaan masuknya alat peretas buatan Israel berteknologi canggih ke Indonesia secara ilegal terkuak dalam sebuah dokumen.
Pengirimnya merupakan Q Cyber Technologies Sarl, sebuah perusahaan yang berada di Luksemburg dan pernah tercatat menjadi induk usaha NSO Group, perusahaan asal Israel yang memproduksi spyware.
Nama NSO Group mencuat di dunia internasional dalam kaitannya dengan Pegasus, sebuah sistem telik sandi yang bisa mencuri bahkan mengakses data ke sejumlah device tanpa diketahui sang pemilik.
Pegasus tidak mudah terdeteksi, bahkan diklaim lebih efektif dalam melakukan penyadapan karena bisa memcahkan enkripsi iPhone, Mac, android dan semua perangkat elektronik berbasis OS. Dalam proses pengoperasiannya, bisa dilakukan tanpa harus melakukan aktivasi atau zero click.
Dalam dokumen berisi riwayat importasi, diduga alat untuk spionase tersebut masuk ke Indonesia dengan mekanisme 'bawah tangan'.
Namun alat itu diduga digunakan oleh sejumlah lembaga, yakni BIN, Mabes Polri, BSSN dan KPK.
Berdasarkan sumber IndonesiaLeaks, penggunaan Pegasus juga disebut tidak sesuai dengan peruntukan dan fungsinya. Lantaran ada sejumlah nama tokoh politik yang diduga pernah menjadi target abuse pegasus.
Bahkan dugaan tersebut semakin menguat, ketika di tahun 2019 silam, Pegasus diduga sudah digunakan salah satu anggota tim pemenangan presiden yang bisa dengan bebas masuk ke dalam grup WhatsApp lawan politik capres yang menggunakannya.
Pemerintah perlu segera menindak tegas pelaku perdagangan ilegal hiu dan memperkuat regulasi serta pengawasan di lapangan.
Skandal itu terkuak menjadi ramai di media sosial (medsos), pasalnya agenda picik itu menjadi bentuk pembungkaman keluarga korban.
Dari kasus Wensen School, perlahan terkuak fenomena gunung es bagaimana kualitas tempat penitipan anak belum menjadi perhatian dari pemerintah secara umum.
Berbagai skandal pimpinan KPK yang terjadi dalam kurun waktu empat tahun belakangan turut membuat kepercayaan masyarakat kepada lembaga tersebut turun.