Tragedi Depo Berulang, Haruskah Nicke Dan Ahok Mundur?

Tragedi Depo Berulang, Haruskah Nicke Dan Ahok Mundur?


Suara.com - Wajah Acep tampak lesu dan lelah sudah beberapa hari sejak Jumat (3/3/2023) dirinya sibuk menyelamatkan diri hingga mengurus keluarganya yang menjadi korban kebakaran depo Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara pada hari itu.

Raut kesedihan pria bernama lengkap Acep Hidayat (56) terpancar dari sorot matanya. Betapa tidak, empat anggota keluarganya meninggal dunia saat peristiwa kebakaran Plumpang terjadi. Mereka adalah sang mertua Sumiati, anak ketiganya Trisrea Aprita, kemenakannya Rafiansyah Sahid Atala dan adik iparnya M Suheri Irwan.

Namun seberat apapun cobaan, Acep mencoba menerima. Ia serahkan semuanya kepada Tuhan. "Dia itu lagi mau mengungsi, karena kita orang tua kan cari jalan terbaik, cuman Allah berkehendak lain," kata Acep kepada awak media, Rabu (8/3/2023).

Acep mengaku sedih, apalagi jika mengingat almarhum sang mertua, Sumiati. Baginya, Sumiati adalah ibu terbaik yang pernah ada di kehidupannya, ia sudah menganggapnya sebagai ibu kandungnya.

"Ibu Sumiati itu ibu yang paling baik. Trish Rhea Aprilita itu anak yang paling baik, anak manis, tidak pernah merecoki orang tua, tidak pernah merengek," kenang Acep.

Acep tak sendiri, banyak keluarga seperti dirinya tengah dirundung duka mendalam sebab kebakaran depo Pertamina Plumpang. Data terkini menyebut, korban meninggal dunia ada 19 orang, sementara ratusan warga lainnya mengungsi.

Tak muluk-muluk bagi Acep, ia hanya meminta agar pemerintah memberikan solusi terbaik agar peristiwa mengerikan pada Jumat malam itu tak terulang.

"Gimana caranya kita ambil solusi yang terbaik untuk masa yang akan datang," pinta Acep.

Kebakaran Kilang Pertamina Kerap Terjadi

Kebakaran depo atau kilang Pertamina menjadi catatan tersendiri bagi anggota Komisi VII DPR RI yang menjadi mitra kerja BUMN. Legislator menyoroti berulangnya kasus kebakaran tersebut.

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mencatat, kasus kebakaran kilang Pertamina setidaknya sudah terjadi enam kali sejak 2021 sampai saat ini.

"Hampir 3 bulan sekali terjadi musibah (kebakaran). Ini kan luar biasa," ujar Mulyanto.

Menurut dia, secara sistemik depo dan kilang BBM yang sudah tua ini harus diaudit secara komprehensif.

Program perawatan dan perbaikan harus secara intensif dilakukan pertamina. Langkah mitigasi dan pencegahan yang diambil dari kasus-kasus sebelumnya menjadi penting.

Ia memandang, selama ini Kementerian BUMN lebih mendesak profit dan deviden terhadap Pertamina. Sementara soal maintenance fasilitas kurang mendapat perhatian.

"Ini kan kurang fair. Seharusnya anggaran dan SDM perawatan ini dialokasikan cukup untuk menangani fasilitas pertamina secara nasional," ujar Mulyanto.

Mulyanto meminta agar seluruh jajaran Pertamina dievaluasi. Ia bahkan turut menyebut sosok Komisaris Utama (Komut) Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok juga harus dievaluasi.

Termasuk kinerja komisaris utama, Bapak Ahok, yg bertanggung jawan terhadap pengawasan perusahaan dan membawahi Komite Resiko.

Mulyanto mengungkapkan, setelah kunjungan ke lokasi kebakaran Plumpang, rencananya Komisi VII akan memanggil pihak Pertamina. Pemanggilan tersebut dijadwalkan pada tanggal 10 Maret 2023 atau Jumat besok.

Disinggung soal dugaan unsur kesengajaan atau sabotase, Mulyanto menyebut dirinya belum melihat ada motif-motif tertentu seperti sabotase atau kesengajaan.

Korban terdampak kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara terus bertambah hingga Sabtu (4/3/2023). Seorang ibu dan anaknya ditemukan tewas berpelukan. [Suara.com/Bagaskara Isdiansyah]
Korban terdampak kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara terus bertambah hingga Sabtu (4/3/2023). Seorang ibu dan anaknya ditemukan tewas berpelukan. [Suara.com/Bagaskara Isdiansyah]

Sementara itu, anggota Komisi VII lainnya, Diah Nurwitasari mengatakan, dari hasil berdialog dengan pihak Pertamina, upaya investigasi sudah dilakukan atas insiden sejumlah kebakaran yang melanda depo atau kilang Pertamina.

"Dan investigasinya itu melibatkan baik secara internal maupun ada investigasi dari pihak ketiga. Jadi artinya, sebuah penilaian yang bukan semata-mata berasal dari internal Pertamina itu sendiri," ujar Diah.

"Dari beberapa hasil investigasi yang dikemukakan kepada kami, ya secara umum mencuat bahwa yang pertama banyak persoalan itu. Misalkan terkait dengan petir, jadi versi dari Pertamina adalah memang berdasarkan penelitian katanya gitu yah, bahwa karakteristik petir di Indonesia ini berbeda dengan karakteristik di negara negara subtropis. Sementara alat penangkal petir atau perlindungan terhadap petir yang dipasang banyak yang berasal dari negara-negara subtropis," sambungnya.


Diah kemudian juga menyoroti soal manajemen Pertamina. Di mana pengawasan di lapangan, pemeriksaan, kecermatan untuk memeriksa setiap kondisi yang ada.

"Dan ya boleh jadi memang sebetulnya di Pertamina kan diterapkan satu standar porsedur yang safety yang tinggi. Nah ini tidak boleh terjadi kelalaian," katanya.

Desakan Dirut-Komut Pertamina Mundur Atau Dimundurkan

Di sisi lain, pengamat ekonomi energi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi menilai, Direktur Utama, Nicke Widyawati dan Komisaris Pertamina harus mundur pascaterjadinya kebakaran di Depo Pertamina Plumpang.

"Kalau bisa, mundur atau dimundurkan," ujar Fahmy, Rabu (8/3/2023).

Langkah itu menurutnya harus dilakukan, bila tidak ada tanggung jawab dari Pertamina atas terjadinya kebakaran depo Plumpang. Apalagi peristiwa itu telah merenggut 19 nyawa manusia.

"19 nyawa ini tidak bisa diabaikan, Dirut dan Komisaris Pertamina harus mundur atau diganti. Kalau tidak mau, Erick Thohir yang harus mengganti," katanya.

Menurutnya, perbaikan sistem keamanan di depo Pertamina dan kilang harus dilakukan. Bila tidak diperbaiki, maka kejadian serupa akan kembali terjadi.

"Sudah berkali-kali terjadi masa tidak bertanggung jawab?," katanya.

Tanjung Priok Cocok Jadi Depo Pertamina Baru

Fahmy juga menilai sudah seharusnya depo Pertamina pindah, tidak lagi bertempat di Plumpang. Mengingat, kepadatan di wilayah itu menyebabkan udara sekitar depo menjadi hangat cenderung panas.

Selain itu, persediaan air menjadi menipis. Padahal, idealnya ketersediaan air di wilayah depo harus mencukupi, hal itu untuk mendinginkan area.

"Di Plumpang sudah tidak ada air, maka secara teknis tidak layak," kata dia.

Tempat baru untuk depo, menurutnya harus berada di Jabodetabek. Mengingat, depo tersebut akan memasok minyak untuk wilayah Jabodetabek.

Foto udara permukiman penduduk yang hangus terbakar dampak kebakaran Depo Pertamina Plumpang di Jalan Koramil, Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta, Sabtu (4/3/2023). Kejadian tersebut merenggut 14 nyawa warga dan melukai puluhan lainnya. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.
Foto udara permukiman penduduk yang hangus terbakar dampak kebakaran Depo Pertamina Plumpang di Jalan Koramil, Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta, Sabtu (4/3/2023). Kejadian tersebut merenggut 14 nyawa warga dan melukai puluhan lainnya. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.

Ia menyebut area dekat pelabuhan sangat cocok menjadi depo Pertamina. Salah satunya adalah kawasan Tanjung Priok yang dinilai ideal, karena dekat dengan kapal tanker merapat dan dengan debit air.

Menurut Fahmy, luasan depo baru menyesuaikan tanker yang memasok minyak. Namun juga diperlukan buffer zone atau zona aman sekitar 5 kilometer dari depo. Lokasi juga harus jauh dari permukiman penduduk. Pemindahan depo diyakini tidak akan mengganggu pasokan.

Jangan Kambinghitamkan Petir

Fahmy juga menyebut diperlukan mitigasi independen untuk mengantisipasi petir, yang selama ini dikambinghitamkan sebagai penyebab dan pemicu ledakan atau kebakaran di depo atau kilang Pertamina.

"Menurut prediksi saya, sistem keamanan yang dipakai Pertamina sangat buruk dan di bawah standar keamanan internasional. Mestinya ada begitu tersulut api, ada mekanisme berjenjang yang bisa mencegah api tidak menjadi besar," tuturnya.

Indonesia perlu mempelajari sistem keamanan zero accident (nol kecelakaan) yang berlaku di Eropa dan Amerika. Di negara-negara yang ada dalam dua benua tadi, sangat jarang terjadi ledakan atau kebakaran depo.

"Karena mereka menerapkan keamanan yang bagus. Kalau sering kebakaran, di depo Plumpang sudah tiga kali, maka saya simpulkan keamanan Pertamina sangat buruk," imbuh Fahmy.

Apa Penyebab Kebakaran Depo Plumpang?

Sampai saat ini pertanyaan itu belum terjawab. Baik Pertamina maupun polisi masih melakukan investigasi terkait penyebab kebakaran tersebut. Kekinian, Mabes Polri sudah memeriksa 24 saksi untuk dimintai keterangannya terkait kebakaran itu.

"Sampai saat ini telah dimintai keterangan sebanyak 24 orang saksi, dari sebelumnya 14 orang saksi. Jadi, ada penambahan 10 orang saksi," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan saat jumpa pers di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (8/3/2023).

Menurut dia, 24 orang itu terdiri dari saksi pihak Pertamina dan masyarakat. Dengan rincian yaitu 8 operator dan supervisor, 2 sekuriti dan 14 warga.

"Ke-24 orang yang telah dimintai keterangan tersebut terdiri dari operator, supervisor sebanyak 8 orang. Kemudian sekuriti sebanyak 2 orang dan dari saksi warga sebanyak 14 orang sehingga jumlahnya ada 24 orang yang telah dimintai keterangan," katanya.

TIM LIPUTAN: Bagaskara Isdiansyah, Novian Ardiansyah, Faqih Fathurrahman (Jakarta) dan Uli Febriarni (Yogyakarta)